Pola Asuh Anak
DAFTAR ISI
- Apa Itu Pola Asuh Anak?
- Jenis Pola Asuh Anak dan Efeknya
- Manakah yang Paling Ideal?
- Kapan Harus Ke Dokter atau Psikolog?
- Hubungi Psikolog Ini untuk Tips Pola Asuh Anak yang Tepat
Apa Itu Pola Asuh Anak?
Pola asuh anak adalah suatu proses yang bertujuan meningkatkan serta mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak sejak bayi hingga dewasa.
Hal ini menjadi tanggung jawab orang tua, sebab orang tua merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal. Baik secara akademik maupun kehidupan secara umum.
Itulah sebabnya, orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan asuhan yang tepat untuk anak. Pola asuh yang baik penting agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang bisa dan sesuai dengan masyarakat.
Tiap orang tua tentu berhak memutuskan gaya pengasuhan seperti apa yang ingin mereka terapkan pada sang buah hati.
Baik itu pola asuh yang permisif, otoriter, atau autoritatif, merupakan beberapa pilihan untuk mendidik dan membesarkan Si Kecil.
Hal yang perlu kamu ingat adalah pola asuh akan memengaruhi kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.
Jenis Pola Asuh Anak dan Efeknya
Berikut beberapa jenis pola asuh anak dan dampaknya masing-masing pada Si Kecil:
1. Pola asuh permisif
Menurut ahli, jenis ini memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini tidak memberikan batasan yang tegas pada anak.
Biasanya orang tua akan mengikuti apa pun yang anak inginkan sehingga ia cenderung tidak memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri.
Bukan cuma itu, orang tua biasanya memberikan tuntutan yang minim kontrol pada perilaku anak.
Jika anak melakukan kesalahan, orang tua permisif jarang, bahkan tidak pernah memberikan hukuman.
Menurut ahli, dampak pola asuh permisif akan membawa pengaruh atas sifat-sifat anak, seperti:
- Suka memberontak.
- Prestasinya rendah.
- Suka mendominasi.
- Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
- Kurang bisa mengendalikan diri.
- Tidak jelas arah hidupnya.
2. Pola asuh otoriter
Dalam buku Raising Children In Digital Era, tipe orang tua otoriter biasanya lahir dari pola asuh serupa yang mereka terima ketika kecil.
Jenis ini tidak memberikan ruang diskusi pada anak. Sederhananya, peraturan dibuat untuk mengontrol anak.
Tidak cuma itu, orang tua yang menerapkan pola asuh ini sering kali terbilang keras dengan alasan mendidik.
Mereka cenderung memberikan kontrol yang sangat kuat pada perilaku anak. Singkatnya, anak harus patuh, dan kalau melanggar maka tidak jarang konsekuensinya adalah hukuman, bahkan hukuman fisik.
Efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu.
Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk.
Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia menjadi marah dengan keadaan, lalu mengeluarkannya dalam bentuk agresivitas pada orang lain.
Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.
Bahkan, efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.
Pola asuh otoriter memang sah-sah saja diterapkan. Gaya pengasuhan ini mungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilaku. Misalnya, berkaitan dengan aturan jam malam.
Di luar masalah jam malam, orang tua bisa menerapkan pola asuh yang dinilai baik untuk anak, alias mengombinasikan pola asuh.
Menurut ahli, dampak pola asuh otoriter akan membawa pengaruh atas sifat-sifat anak, seperti:
- Tidak mempunyai kekuatan memilih.
- Tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
- Takut salah.
- Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
- Takut mengemukakan pendapat.
- Kurangnya motivasi internal.
3. Pola asuh authoritative
Inilah pola asuh yang paling disarankan ahli untuk orang tua terapkan. Pola asuh ini memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten.
Selain itu, pola asuh authoritative tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. Di sini, orang tua akan mendorong adanya diskusi dengan anak.
Contohnya, seperti menjelaskan pada Si Kecil mengapa diberikan aturan tertentu.
Sederhananya, orang tua tidak membebaskan dan menerima begitu saja perilaku anak, tapi juga tidak memberikan kontrol yang berlebihan.
Menariknya, anak akan diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggung jawab pada pilihannya.
Berikut dampak pola asuh authoritative pada anak:
- Memiliki keterampilan sosial yang baik.
- Terampil menyelesaikan permasalahan.
- Mudah bekerja sama dengan orang lain-lain.
- Lebih percaya diri.
- Tampak lebih kreatif.
4. Uninvolved parenting
Selain tiga pola asuh utama di atas, ada juga pola asuh keempat, yaitu uninvolved parenting atau pengasuhan yang tidak terlibat alias mengabaikan.
Gaya pengasuhan ini berupa sedikit tuntutan, respons yang rendah, dan komunikasi yang sangat sedikit.
Pada uninvolved parenting, orang tua tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, namun, umumnya terpisah dari kehidupan anak.
Orang tua selalu memastikan bahwa anak-anak mereka diberi makan dan memiliki tempat tinggal, tapi tidak menawarkan apa-apa dalam hal bimbingan, struktur, aturan, atau bahkan dukungan.
Dalam kasus yang ekstrem, orang tua bahkan mungkin menolak atau mengabaikan kebutuhan anak-anak mereka.
Orang tua yang tidak terlibat dalam pengasuhan cenderung memiliki sedikit pengetahuan tentang apa yang anak-anaknya tengah lakukan.
Aturannya pun cenderung sedikit sehingga anak-anak mungkin tidak menerima banyak bimbingan, pengasuhan, dan perhatian orang tua.
Pada pola asuh tidak terlibat ini, orang tua berharap anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri.
Mereka tidak mencurahkan banyak waktu atau energi untuk memenuhi kebutuhan dasar anak.
Orang tua jenis ini mungkin lalai tetapi tidak selalu disengaja. Mungkin saja itu sebagai akibat masalah kesehatan mental atau masalah penyalahgunaan zat pada orang tua.
Sehingga mereka tidak dapat merawat kebutuhan fisik atau emosional anak secara konsisten.
Disisi lain, orang tua yang tidak terlibat dalam pengasuhan kurang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak.
Hal tersebut bisa disebabkan karena kewalahan dengan masalah lain, seperti pekerjaan atau mengurus rumah tangga.
Manakah yang Paling Ideal?
Terkadang orang tua tidak bisa menerapkan satu jenis pola asuh saja. Contohnya, penting bagi orangtua mengenali kapan harus permisif dan kapan perlu lebih tegas.
Mungkin sulit untuk tetap konsisten ketika menyeimbangkan hidup dan mengasuh anak. Namun, hindari merasa bersalah jika sesuatu tidak sesuai dengan harapan orang tua.
Bagaimanapun, dari keempat jenis pola asuh di atas, pengasuhan authoritative adalah jenis yang terbaik.
Studi telah menemukan bahwa orang tua authoritative lebih cenderung membesarkan anak-anak yang percaya diri yang mencapai kesuksesan akademis, memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, dan lebih mampu dalam memecahkan masalah.
Alih-alih selalu datang untuk menyelamatkan anak mereka seperti yang khas di antara orang tua yang permisif, orang tua authoritative membiarkan anak mereka melakukan kesalahan.
Ini memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar sambil memberi tahu mereka bahwa orang tua mereka akan ada untuk mendukung mereka.
Pola asuh yang authoritative juga baik bagi anak untuk menghadapi konflik.
Cara anak belajar menghadapi konflik di usia muda berperan penting dalam cara mereka menangani kekalahan atau seberapa tangguh mereka saat dewasa nanti.
Dengan pola asuh yang permisif, solusi untuk konflik umumnya terserah pada anak.
Anak “menang” dan orang tua “kalah”. Pendekatan ini membuat anak-anak menjadi lebih egois dan kurang mampu mengatur diri sendiri.
Sedangkan pola asuh otoriter yang didominasi dengan hukuman nyatanya tidak benar-benar mengajari anak sesuatu yang berguna.
Apalagi bila dilakukan dengan kekerasan karena Memarahi dan Memukul Tidak Dapat Mendisiplinkan Anak, Ini Alasannya.
Dalam kebanyakan kasus, ini mengajarkan mereka bahwa orang dengan kekuatan paling besar yang akan menang, terlepas dari adil atau tidak.
Nah, meskipun orang tua authoritative menetapkan batasan dan mengharapkan anak-anak mereka memiliki tanggung jawab, mereka tidak hanya menuntut kepatuhan buta.
Mereka berkomunikasi dan bernalar dengan anak yang dapat membantu menginspirasi kerja sama dan mengajari anak alasan di balik aturan.
Kapan Harus Ke Dokter atau Psikolog?
Jika orang tua cukup kesulitan dalam menerapkan pola asuh anak yang tepat, tidak ada salahnya untuk berdiskusi dengan profesional keluarga atau psikolog anak.
Hubungi Psikolog Ini untuk Tips Pola Asuh Anak yang Tepat
Jika orang tua membutuhkan tips terkait pola asuh anak yang tepat dan efektif, segera hubungi psikologi di Halodoc untuk mendapat tips dan saran mengenai pola asuh yang bisa diterapkan.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi, Psikolog
- Risvi Rayhani S.Psi, M.Psi, Psikolog
- Angie Nathania Devi M.Psi, Psikolog
- Nisfie M. Hoesein S.Psi, Psikolog, CHt
Itulah beberapa psikolog yang bisa kamu hubungi untuk bantu tentukan pola asuh yang tepat untuk diterapkan.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!