Phenytoin
DAFTAR ISI
Perhatian Sebelum Menggunakan Phenytoin
Interaksi Phenytoin dengan Obat Lain
Deskripsi Phenytoin
Phenytoin adalah obat resep yang termasuk dalam kelas antikonvulsan atau antiepileptik. Obat ini memiliki manfaat utama dalam mengendalikan serta mencegah kejang pada penderita epilepsi.
Umumnya phenytoin tersedia dengan merek dagang Phenytek dan Dilantin. Selain itu, obat ini tersedia juga sebagai obat generik dengan resep dokter.
Phenytoin tidak hanya berfungsi untuk pengobatan epilepsi, tetapi juga bermanfaat untuk mengatasi dan mencegah kejang yang dapat terjadi selama dan setelah operasi otak.
Manfaat Phenytoin
Phenytoin memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Kejang pada epilepsi
Phenytoin memiliki fungsi utama untuk mencegah dan mengurangi gejala kejang pada pengidap epilepsi. Kejang sendiri merupakan hasil dari aktivitas listrik yang tiba-tiba dan tidak teratur dalam otak, yang dapat sementara mengganggu fungsi normalnya.
Dengan memperlambat sinyal-sinyal listrik ini, phenytoin dapat menghentikan kejang dan menjaga agar fungsi otak tetap stabil.
Penting untuk kamu ingat, phenytoin tidak dapat mengobati semua jenis kejang pada pengidap epilepsi.
Kejang pada pengidap epilepsi sendiri dapat terjadi akibat beberapa hal. Simak penjelasannya pada artikel berikut: “Ketahui 6 Pemicu Kejang pada Pengidap Epilepsi”
2. Trigeminal neuralgia
Selain mengatasi kejang, phenytoin juga dapat mengobati penyakit neuralgia trigeminal. Neuralgia trigeminal adalah kondisi nyeri saraf yang menyebabkan rasa sakit yang tajam pada wajah.
Phenytoin bekerja dengan cara memperlambat impuls listrik dalam saraf dan mengurangi kemampuannya untuk mengirimkan sinyal rasa sakit. Hal ini membantu mengurangi intensitas serangan nyeri pada pasien yang mengalami neuralgia trigeminal.
Selain dua penyakit di atas, phenytoin juga digunakan untuk mengontrol detak jantung yang tidak teratur dan mencegah kejang setelah operasi otak. Obat ini juga mungkin bermanfaat untuk pengobatan lainnya. Untuk lebih jelasnya, kamu dapat bertanya pada apoteker atau dokter.
Perhatian Sebelum Menggunakan Phenytoin
Sebelum menggunakan obat ini, pastikan untuk memberitahu dokter jika kamu mengalami kondisi berikut ini:
- Memiliki alergi terhadap phenytoin atau pernah mengalami masalah hati akibat phenytoin.
- Memiliki alergi terhadap obat-obatan antikonvulsan lainnya seperti ethotoin, fosphenytoin, atau mephenytoin.
- Memiliki riwayat masalah jantung, penyakit hati, atau diabetes.
- Mengalami depresi, atau memiliki pikiran atau tindakan untuk melakukan bunuh diri.
- Mengalami kekurangan vitamin D atau kondisi lain yang menyebabkan penipisan tulang.
- Memiliki porfiria
- Sedang hamil atau berencana hamil.
Konsultasikan semua kondisi kesehatan kamu dengan dokter sebelum memulai penggunaan phenytoin. Tujuannya untuk memastikan obat ini aman dan sesuai untuk kamu gunakan.
Pada beberapa kasus, kamu mungkin juga perlu melakukan tes darah khusus untuk melihat reaksi terhadap obat ini.
Dosis Phenytoin
Dokter biasanya akan meresepkan phenytoin dalam dosis rendah pada permulaan penggunaan dan meningkatkannya selama beberapa minggu. Untuk memastikan dosis yang tepat, kamu juga mungkin perlu melakukan tes darah saat memulai penggunaan phenytoin atau jika dosis berubah.
Berikut adalah dosis umum dalam menggunakan obat phenytoin:
1. Epilepsi
Dosis phenytoin untuk pengidap epilepsi adalah sebagai berikut:
- Dewasa: Biasanya 200 mg hingga 500 mg per hari, dalam 1 atau 2 dosis.
- Anak usia 12 hingga 17 tahun: Biasanya 300 mg hingga 400 mg per hari, dalam 2 dosis.
- Anak usia di bawah 11 tahun: Dosis bervariasi tergantung pada berat badan.
2. Trigeminal neuralgia
Dosis phenytoin untuk pengidap trigeminal neuralgia dewasa umumnya adalah sekitar 300 mg hingga 500 mg per hari. Dosis akan diberikan dalam 1 atau 2 dosis.
Selain dengan konsumsi obat, trigeminal neuralgia dapat ditangani dengan cara lainnya. Simak penjelasannya pada artikel berikut ini: “Inilah 3 Jenis Pengobatan untuk Mengatasi Trigeminal Neuralgia”.
Perlu kamu ingat, dosis ini tidaklah pasti karena perlu menyesuaikan kembali dengan merek obat serta kondisi kesehatanmu. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti aturan pada kemasan obat.
Cara Penggunaan Phenytoin
Phenytoin tersedia dengan resep dokter dalam beberapa bentuk sediaan, termasuk tablet standar, tablet yang dapat dikunyah, kapsul, dan cairan atau suspensi.
Umumnya obat ini dapat kamu konsumsi sebanyak satu atau dua kali sehari baik bersama atau tanpa makanan, tergantung pada merek obat. Jika dosis terbagi menjadi dua kali sehari, usahakan ada jarak waktu antara dosis secara merata sepanjang hari.
Untuk phenytoin dalam bentuk tablet standar dan kapsul, cara penggunaannya mudah. Kamu cukup menelan tablet atau kapsul utuh dengan segelas air, susu, atau jus tanpa dikunyah atau dihancurkan.
Sementara itu, untuk sediaan berbentuk tablet kunyah, jangan menelan tablet secara utuh. Pastikan untuk mengunyah tablet hingga hancur sebelum kamu telan.
Sebelum penggunaan phenytoin berbentuk cairan atau suspensi, pastikan untuk mengocoknya dengan baik agar obat tercampur secara merata.
Gunakan alat ukur yang tersedia dengan obat untuk memastikan kamu mengonsumsi dosis yang sesuai. Usahakan untuk tidak menggunakan sendok teh atau sendok makan biasa, karena alat ini tidak dapat mengukur jumlah obat dengan akurat.
Jangan menghentikan penggunaan phenytoin tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan penggunaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan serangan kejang.
Ketahui juga cara melakukan pertolongan pertama pada kejang epilepsi dengan membaca artikel berikut ini: “Pertolongan Pertama saat Pengidap Epilepsi Alami Kejang”.
Efek Samping Phenytoin
Beberapa efek samping umum dapat muncul dari penggunaan phenytoin. Biasanya, efek samping ini dapat hilang dengan sendirinya. Efek samping umum yang dapat muncul meliputi:
- Ngantuk dan kebingungan.
- Berbicara tergagap.
- Gerakan mata yang tidak normal.
- Masalah dengan keseimbangan, koordinasi, atau gerakan otot.
Meskipun begitu, penggunaan phenytoin juga dapat menyebabkan efek samping serius. Hubungi dokter segera jika kamu mengalami efek samping di bawah ini:
- Detak jantung yang lambat atau tidak teratur, nyeri dada, jantung berdebar, dan pusing (seperti akan pingsan).
- Ruam kulit ringan maupun berat.
- Demam, menggigil, sakit tenggorokan, dan kelenjar bengkak.
- Gusi merah atau bengkak dan luka di mulut.
- Mudah memar, pendarahan tidak biasa, bercak merah atau ungu di bawah kulit.
- Masalah hati, hilang nafsu makan, nyeri perut bagian atas, urine gelap, tinja berwarna tanah liat, dan kulit atau mata menguning.
Penggunaan phenytoin dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping jangka panjang, seperti:
- Penurunan kadar vitamin D dalam darah yang dapat menyebabkan osteoporosis dan osteopenia, meningkatkan risiko patah tulang.
- Kerusakan saraf (neuropati perifer), yang dapat menyebabkan gejala seperti mati rasa dan kesemutan di tangan atau kaki.
- Perubahan pada kulit wajah menjadi kasar, terasa sedikit berbulu.
- Pengaruh terhadap kemampuan berpikir secara jelas.
Selain itu, pada beberapa kasus, depresi dan pikiran bunuh diri juga dapat muncul saat menggunakan phenytoin. Hubungi dokter jika terjadi perubahan perilaku serius.
Interaksi Phenytoin dengan Obat Lain
Phenytoin dapat berinteraksi dengan sejumlah obat lain, seperti:
- Obat lain untuk epilepsi. Contohnya seperti carbamazepine, clonazepam, lamotrigine, phenobarbital, sodium valproate, topiramate, oxcarbazepine, ethosuximide, atau vigabatrin.
- Obat penyakit jantung. Contohnya seperti amiodarone dan ticlopidine.
- Delavirdine atau rescriptor.
- Valproate. Seperti Depacon atau Depakene. Penggunaan bersama dapat meningkatkan risiko hyperammonemia.
- Obat herbal St. John’s wort. Penggunaannya dengan phenytoin dapat mengurangi kadar phenytoin dalam darah.
- Obat pereda nyeri yang mengandung salisilat. Seperti aspirin, choline magnesium trisalicylate, choline salicylate, diflunisal, magnesium salicylate, dan salsalate.
- Obat asam lambung. Contohnya seperti cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine.
Selain obat-obatan di atas, terdapat masih banyak lagi obat lainnya yang dapat berinteraksi dengan phenytoin.
Oleh sebab itu, pastikan untuk selalu memberitahu dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan dan suplemen yang sedang kamu konsumsi sebelum memulai penggunaan phenytoin.
Kontraindikasi Phenytoin
Kamu sebaiknya tidak menggunakan phenytoin jika memiliki alergi terhadap obat ini atau kandungan dalam obat ini.
Phenytoin dapat menyebabkan kerusakan pada janin. Jika kamu sedang hamil, kamu sebaiknya jangan mengonsumsi obat ini kecuali atas instruksi dokter. Segera konsultasikan pada dokter spesialis kandungan apabila kamu hamil saat sedang mengonsumsi obat ini.
Selain itu, hindari penggunaan obat ini dengan obat delavirdine atau rescriptor karena dapat menyebabkan efek samping berbahaya.
Pastikan untuk selalu mengkomunikasikan riwayat kesehatanmu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
Apabila dokter meresepkan phenytoin, kamu bisa mendapatkan dengan praktis di Toko Kesehatan Halodoc. Nikmati kenyamanan berbelanja obat dari mana saja dan kapan saja!