Paraplegia
Paraplegia adalah jenis cedera tulang belakang yang menyebabkan gangguan fungsi saraf motorik dan sensorik, yang berakibat hilangnya perasaan atau gerakan ekstremitas bawah. Ini juga dapat digambarkan sebagai kelumpuhan sebagian atau seluruhnya yang sebagian besar memengaruhi kaki, daerah panggul dan batang tubuh yang menghambat segala jenis gerakan.
Cedera atau trauma pada tulang belakang memengaruhi kemampuan otak dan sumsum tulang belakang, untuk mengirim dan menerima pesan dari otak ke berbagai bagian tubuh yang dikendalikan oleh fungsi saraf sensorik, motorik dan otonom. Hal ini menyebabkan hilangnya segala jenis sensasi di bawah daerah toraks tubuh dan tidak dapat menggerakkannya.
Paraplegia terdiri dari dua jenis, yaitu:
- Paraplegia sebagian. Pada kondisi ini, semua saraf tidak berhenti berfungsi dan pengidapnya masih dapat merasakan sensasi dan menggerakkan anggota badan sampai batas tertentu.
- Paraplegia lengkap. Pada kondisi ini, kelumpuhan telah mencapai tingkat neurologis, yang menyebabkan hilangnya sensitivitas mutlak pada ekstremitas bawah yang menghalangi segala jenis gerakan atau sensasi.
Penyebab Paraplegia
Seringnya paraplegia disebabkan oleh masalah pada otak atau sumsum tulang belakang, yang berfungsi untuk bekerjasama dalam menerima impuls sensorik dan mengirimkan impuls motorik.
Oleh karena itu, jika salah satunya tidak berfungsi dengan seharusnya, sinyal yang seharusnya diterima dan dikirim dapat menjadi lemah atau bahkan tidak ada. Cedera sumsum tulang belakang merupakan penyebab utama paraplegia.
Walaupun kebanyakan kerusakan otak dan sumsum tulang belakang bersifat traumatik, tapi ada kondisi medis lain juga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ pada sistem saraf pusat tersebut. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
- Penyakit genetik seperti genetic spastic paraplegia.
- Kekurangan oksigen karena tersedak, komplikasi kelahiran dan cedera lainnya.
- Penyakit autoimun.
- Infeksi otak atau sumsum tulang belakang.
- Kelainan sumsum tulang belakang seperti syrinx.
- Tumor atau penyebarannya yang menyebabkan kompresi pada tulang belakang.
Faktor Risiko Paraplegia
Aktivitas dan alasan kesehatan tertentu dapat membuat seseorang lebih rentan terkena paraplegia, seperti:
- Melakukan olahraga yang sifatnya kasar, yang berdampak besar pada tulang belakang dan anggota tubuh, seperti sepak bola, rugby, gulat.
- Terlibat dalam kegiatan atletik dan olahraga senam, menyelam, selancar, yang memberikan tekanan kuat pada tulang belakang.
- Memiliki riwayat kanker atau tumor di otak dan sumsum tulang belakang.
- Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan sistem saraf herediter yang kemungkinan diturunkan dari orangtua/kerabat dekat kepada anak.
Gejala Paraplegia
Tanda dan gejala paraplegia tergantung pada seberapa parah kerusakan tulang belakang. Awalnya, tubuh tampaknya berada dalam keadaan syok tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan lembek dan hilangnya peregangan otot. Tanda dan gejala lainnya meliputi:
- Hilangnya sensasi dan imobilitas total dari pinggang ke bawah.
- Masalah saat bernapas, batuk atau bersin.
- Kehilangan kendali atas kandung kemih atau buang air besar.
- Nyeri hebat dan sensasi menyengat di ekstremitas bawah.
- Hilangnya libido dan perubahan fungsi seksual dan kesuburan.
- Depresi atau perubahan suasana hati yang cukup sering.
- Luka baring.
- Kenaikan berat badan karena kehilangan aktivitas fisik.
Diagnosis Paraplegia
Untuk mengetahui ada tidaknya jenis kehilangan sensasi pada pasien, khususnya setelah kecelakaan, dokter biasanya mendiagnosis paraplegia dengan mengetahui riwayat medis lengkap, dan diikuti dengan pemeriksaan fisik menyeluruh. Dokter juga dapat melakukan tes berikut yang meliputi:
-
- X-ray. Untuk memeriksa apakah ada patah tulang di tulang belakang.
- CT scan. Untuk memahami tingkat keparahan trauma atau kelumpuhan.
- MRI. Untuk mencari bekuan darah yang dapat menekan cairan tulang belakang.
- Hitung darah lengkap.
- Tes saraf potensial yang dibangkitkan. Untuk menilai jalur saraf ke daerah yang terkena.
- Pungsi lumbar. Menggunakan cairan serebrospinal untuk menyingkirkan infeksi tulang belakang lainnya.
Pengobatan Paraplegia
Kondisi setiap pengidap berbeda, karenanya penanganan yang bekerja baik untuk seseorang mungkin tidak berhasil untuk orang lain. Secara umum, perawatan intensif memberi kesempatan terbaik bagi pemulihan individu, terutama jika perawatan diberikan secepatnya.
Untuk mengobati paraplegia, dokter akan melakukan tindakan sesuai dengan penyebab yang mendasari terjadinya paraplegia. Beberapa opsi tatalaksana termasuk:
- Operasi untuk mengatasi pembengkakan di lokasi cedera, menghilangkan lesi, atau mengangkat objek yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang.
- Operasi penyelarasan tulang belakang.
- Pembedahan sekunder, contohnya untuk mengatasi masalah pada cedera otot akibat paraplegia.
- Obat-obatan untuk mengurangi risiko infeksi, pembekuan darah, dan masalah sekunder lainnya.
- Fisioterapi, untuk membantu pengidap mendapatkan kembali sebanyak mungkin fungsi dengan mengajarkan otak dan sumsum tulang belakang cara mengatasi cedera. Terapi ini juga bisa membantu untuk memperlambat hilangnya tonus otot di bawah lokasi cedera.
- Terapi latihan untuk membantu tubuh tetap dalam bentuk fisik yang baik dan mengurangi rasa sakit kronis.
- Psikoterapi untuk membantu mengadopsi keterampilan mengatasi dan mengelola cedera.
- Edukasi tentang cedera, program advokasi, dan kelompok dukungan keluarga.
- Pelatihan dan terapi kerja untuk membantu mempelajari keterampilan baru, mendapatkan kembali yang lama, dan menemukan cara baru untuk mengatasi cedera.
Komplikasi Paraplegia
Seiring waktu, kelumpuhan akibat paraplegia dapat menyebabkan berbagai masalah dalam tubuh. Masalah-masalah ini dapat bervariasi tergantung pada seberapa parah paraplegia dan bagian tubuh mana yang terpengaruh.
Misalnya, kelumpuhan dapat menyebabkan kelenturan. Gangguan pada pensinyalan melalui sumsum tulang belakang dapat menyebabkan respons otot yang terlalu aktif. Ini dapat menyebabkan:
- Peningkatan tonus otot.
- Kejang otot.
- Kontraksi otot yang cepat.
- Refleks tendon abnormal.
Kelumpuhan juga dapat memengaruhi sistem pencernaan. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan masalah dengan buang air besar. Masalah berkisar dari sembelit hingga ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar. Masalah serupa dapat terjadi dengan kandung kemih.
Paraplegia juga dapat menyebabkan atrofi otot, yang terjadi ketika massa otot berkurang. Hal ini menyebabkan otot menjadi lembek dan lemah. Ada juga peningkatan risiko infeksi, seperti sepsis. Namun, beberapa obat seperti antibiotik dapat membantu mengurangi risiko infeksi ini.
Pencegahan Paraplegia
Sayangnya, sebagian besar kasus paraplegia disebabkan oleh kecelakaan dan kondisi yang tidak dapat dicegah. Namun, kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko kecelakaan, seperti mengemudi dengan aman.
Kapan Harus ke Dokter?
Segeralah temui dokter jika mengalami gejala paraplegia, untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan. Bila dokter meresepkan obat, kamu bisa download Halodoc untuk cek kebutuhan medis kamu dengan mudah.
Referensi:
Spinal Cord. Diakses pada 2022. Paraplegia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and conditions. Spinal cord injury.
News Medical Life Sciences. Diakses pada 2022. Paraplegia Complications.
Healthline. Diakses pada 2022. Understanding Paraplegia.
Medical News Today. Diakses pada 2022. Everything You Need To Know About Paraplegia.
Net Meds. Diakses pada 2022. Paraplegia: Causes, Symptoms And Treatment.
Diperbarui pada 24 Juni 2022
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan