Osteomalasia
Pengertian Osteomalasia
Osteomalasia adalah kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak, sehingga mudah patah. Osteomalasia hampir mirip dengan osteoporosis, karena sama-sama menyebabkan tulang rapuh. Namun, keduanya memiliki penyebab dan gejala yang berbeda.
Kelainan ini paling sering dialami oleh orang yang kekurangan vitamin D dan mendapatkan sedikit paparan sinar matahari. Oleh karena itu, osteomalasia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin D dan sering berjemur.
Faktor Risiko Osteomalasia
Asupan vitamin D yang tidak memadai, merupakan faktor risiko yang paling tinggi yang bisa memicu terjadi osteomalasia. Selain itu, minimnya paparan sinar matahari pada tubuh juga bisa meningkatkan risikonya.
Baca juga: Buat Tulang Rapuh, Ini Bedanya Osteomalasia dan Osteoporosis
Penyebab Osteomalasia
Osteomalasia dapat terjadi karena beberapa penyebab. Penyebab utamanya berupa kekurangan kalsium, fosfor, atau vitamin D. Berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya osteomalasia.
- Defisiensi vitamin D yang bisa terjadi karena sedang menjalani diet.
- Kurang paparan sinar matahari.
- Malabsorpsi, usus kecil yang tak bisa menyerang nutrisi dengan baik. Kondisi ini bisa disebabkan oleh bypass lambung, penyakit kandung empedu, atau gangguan usus kecil.
- Gangguan ginjal atau hati.
- Efek samping dari obat-obatan.
- Gangguan absorpsi akibat penggunaan antasida kronik.
Gejala Osteomalasia
Seseorang yang mengidap osteomalasia bisa mengalami beberapa keluhan. Berikut gejala-gejala yang biasanya dialami oleh pengidapnya:
- Otot menjadi lemah dan mudah letih yang mungkin menjadi tanda awal defisiensi vitamin D.
- Nyeri tulang yang mungkin terasa ringan pada awalnya, tapi bisa bertambah parah saat melakukan aktivitas tertentu seiring dengan perkembangan penyakit. Osteomalasia paling sering terjadi pada panggul, tulang panjang pada ekstremitas, spina, dan iga.
- Kesulitan berganti posisi dari posisi berbaring ke posisi duduk, atau dari posisi duduk ke posisi berdiri.
- Gaya berjalan bergoyang yang mungkin akibat nyeri dan kelemahan otot.
- Kifosis dorsal yang dapat terjadi pada kasus berat.
- Fraktur patologis.
- Mudah lelah.
Baca juga: Nyeri Tulang yang Berulang, Waspada Terkena Osteomalasia
Diagnosis Osteomalasia
Beberapa metode pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis osteomalasia antara lain:
- Biopsi tulang. Dokter akan memasukkan jarum hingga ke tulang pasien untuk mengambil sampel jaringan tulang. Sampel tersebut akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.
- Tes darah dan urine. Tes ini berfungsi untuk memeriksa kadar vitamin D dan mineral lain pada tubuh pengidap.
- Sinar-X. Tes ini bertujuan untuk memeriksa apakah pengidap memiliki keretakan kecil pada tulang (Looser zones) yang menjadi salah satu ciri-ciri osteomalasia.
- Pemeriksaan kepadatan mineral tulang. Hal ini untuk melihat kadar kalsium dan fosfat pada tulang pengidap.
Komplikasi Osteomalasia
Osteomalasia yang tak ditangani dengan tepat, bisa menimbulkan beberapa masalah lainnya. Komplikasi osteomalasia bisa menyebabkan patah tulang, terutama pada tulang rusuk, tulang belakang, dan kaki. Sementara itu, komplikasi ostomalasia pada anak bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang anak. Kondisi ini bisa membuatnya terlambat bisa duduk, merangkak, atau berjalan.
Pengobatan Osteomalasia
Bila osteomalasia disebabkan karena kekurangan vitamin D, maka pengidap bisa diberi suntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu. Setelah beberapa lama, suntikkan vitamin D bisa dikurangi menjadi 1600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
Selain itu, pengidap perlu memperbaiki gaya hidupnya dengan memperbanyak mengonsumsi kalsium. Cara tersebut bertujuan agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, dan yoghurt asupan kalsium juga bisa didapatkan dari suplemen.
Jika kamu kekurangan vitamin D, maka sebaiknya perbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Sedangkan untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh, cobalah untuk sering berjemur di bawah sinar matahari.
Baca juga: Adakah Efek Samping dari Pengobatan Penyakit Osteomalasia?
Waktu berjemur yang paling baik adalah saat pagi, sekitar pukul 07.00-09.00 pagi dan sore pada pukul 16.00-17.00. Selain itu, pengidap perlu menjalani diet vitamin D disertai mengonsumsi suplemen kalsium. Apabila osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, maka penyakit tersebut perlu mendapatkan penanganan terlebih dahulu. Bila pengidap mengalami deformitas ortopedik persisten, maka ia perlu menggunakan brace atau korset. Kondisi tersebut bisa juga diatasi dengan melakukan pembedahan.
Pencegahan Osteomalasia
Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah osteomalasia. Cara pertama adalah dengan mengonsumsi makanan kaya vitamin D, seperti sereal, keju, telur, minyak ikan, hati, susu, jus jeruk, atau yoghurt. Cara kedua adalah dengan meluangkan waktu untuk menjemur tubuh di bawah sinar matahari.
Cara yang ketiga adalah dengan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Hal ini dilakukan jika kandungan vitamin D dan mineral pada makanan yang dikonsumsi belum cukup atau kamu memiliki gangguan pencernaan untuk menyerap kandungan vitamin dan mineral dalam makanan. Pastikan untuk bicarakan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen dalam bentuk apapun.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila mengalami gejala-gejala di atas, segeralah temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan terhindari dari komplikasi berbahaya.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Diseases and Conditions. Osteomalacia.
Diperbarui pada 22 Januari 2021.