Nekrolisis Epidermal Toksik
Pengertian Nekrolisis Epidermal Toksik
Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah kondisi kulit yang langka akibat reaksi hipersensitivitas terhadap beragam penyebab dan kondisi medis tertentu. Kondisi ini ditandai dengan kerusakan jaringan kulit yang cukup luas, yang dapat berujung pada infeksi berat dan kematian.
Tak hanya di kulit, NET juga bisa menyerang organ dalam dan menyebabkan gangguan pernapasan, perdarahan di saluran pencernaan, gangguan pada saluran kemih, dan sebagainya. Nekrolisis Epidermal Toksik merupakan bentuk parah dari sindrom Stevens-Johnson (SJS).
Penyebab Nekrolisis Epidermal Toksik
Penyebab utama terjadinya NET adalah reaksi sensitivitas berlebihan (hipersensitivitas) dari sistem imun terhadap racun yang terakumulasi pada kulit, karena penggunaan atau konsumsi obat. Sebagian besar kasus NET disebabkan oleh obat seperti antibiotik sulfonamid, allopurinol, NSAID, antimetabolit, antiretroviral, kortikosteroid, serta antikonvulsan (fenobarbital, asam valproat, fenitoin, dan karbamazepin). Selain itu, NET bisa juga disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, virus herpes, transplantasi tulang dan sumsum.
Faktor Risiko Nekrolisis Epidermal Toksik
Penyakit nekrolisis epidermal toksik memiliki berbagai faktor yang dapat meningkatkan seseorang untuk terjangkit, antara lain:
- Orang yang memiliki gangguan atau sensitivitas berlebihan pada sistem kekebalan tubuhnya.
- Pengidap alergi zat kimia atau obat-obatan tertentu, seperti antibiotik sulfonamid atau antiretroviral.
- Pengidap Mycoplasma pneumonia.
- Pengidap virus herpes.
- Orang yang melakukan transplantasi tulang dan sumsum (pasca operasi).
- Faktor keturunan atau genetis.
- Pengidap HIV yang alergi terhadap obat anti retroviral.
- Memiliki riwayat atau anggota keluarga dengan riwayat NET atau SJS.
Gejala Nekrolisis Epidermal Toksik
Gejala nekrolisis epidermal toksik muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi obat tertentu. Gejalanya diawali dengan gejala yang menyerupai infeksi saluran pernapasan bagian atas atau flu. Misalnya demam melebihi 39 derajat Celsius, nyeri tenggorokan, pilek, batuk, nyeri otot, mata merah, serta tubuh terasa lelah. Gejala awal ini berlangsung selama beberapa hari.
Selanjutnya, gejala yang muncul pada pengidap berupa ruam kulit berwarna merah yang menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada wajah atau tungkai. Perluasan penyebaran ini berlangsung selama maksimal 4 hari. Luka kulit tersebut dapat berupa kulit merah yang datar dan meluas, luka berbentuk seperti papan target panah, atau luka lepuh.
Luka lepuh kemudian menjadi lapisan kulit yang terkelupas hingga menyisakan lapisan tengah kulit atau dermis yang berwarna merah gelap dan terlihat seperti luka bakar.
Selain pada kulit, muncul juga gejala pada bagian tubuh yang lain, seperti pada:
- Mata, yang membuatnya menjadi merah atau sensitif terhadap cahaya.
- Mulut atau bibir, di mana bibir terlihat merah, pecah-pecah, atau sariawan.
- Tenggorokan dan kerongkongan, yang menyebabkan pengidap sulit menelan.
- Saluran kemih dan kelamin, yang dapat menyebabkan gejala retensi urine dan luka.
- Saluran pernapasan, yang dapat menyebabkan batuk dan sesak napas.
- Saluran pencernaan, yang menimbulkan gejala diare.
Dalam kondisi ini, pengidap mengalami nyeri yang cukup parah dan merasa gelisah. Selain itu, organ lain seperti hati, ginjal, paru-paru, sumsum tulang, dan sendi juga dapat mengalami gangguan.
Diagnosis Nekrolisis Epidermal Toksik
Untuk mendiagnosis nekrolisis epidermal toksik, pertama-tama dokter akan menanyakan riwayat timbulnya gejala dan pemeriksaan fisik, terutama kondisi kulitnya. Selain itu, beberapa pemeriksaan penunjang juga diperlukan guna membantu menetapkan diagnosis nekrolisis epidermal toksik.
Contoh pemeriksaan penunjang tersebut adalah biopsi kulit atau mengambil sampel jaringan kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop. Selain itu, tes darah juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan komplikasi seperti anemia dan rendahnya jumlah sel darah putih (leukopenia). Dokter mungkin akan melakukan tes urine untuk melihat protein yang bocor melalui urine, tetapi tidak bisa menetapkan diagnosis secara langsung.
Pengobatan Nekrolisis Epidermal Toksik
Bila dokter mencurigai nekrolisis epidermal toksik disebabkan oleh obat-obatan tertentu, maka pengidapnya harus berhenti mengonsumsi obat tersebut. Kemudian, penanganan awal yang penting yang akan dilakukan dokter adalah memberikan sejumlah cairan melalui infus untuk memastikan pengidap tidak kekurangan cairan dan untuk mencegah syok. Pengidap biasanya akan dirawat di ruang isolasi, agar tidak mudah tertular infeksi dari pengidap lain yang sedang dirawat.
Bagian kulit yang mengalami NET biasanya perlu diolesi larutan garam fisiologi setiap jam, lalu dilanjutkan dengan diolesi pelembap di atasnya. Hal ini penting untuk mencegah penguapan air yang berlebihan dari kulit. Jika jaringan kulit yang mati cukup luas, tak jarang operasi pengangkatan kulit mati perlu dilakukan untuk mencegah kulit mati tersebut menjadi tempat bersarangnya kuman penyakit.
Karena NET rentan terjadi infeksi, maka dokter akan memberikan antibiotik. Antibiotik yang diberikan oleh dokter biasanya antibiotik yang spektrumnya luas.
Selain itu, perawatan berikut juga bisa dilakukan untuk mengatasi area tubuh yang terdampak oleh NET:
- Perawatan luka. Tim medis akan membersihkan kulit yang terpengaruh dengan lembut, dan mengenakan pembalut khusus yang sudah dibaluri petroleum jelly atau obat-obatan.
- Bantuan pernapasan. Pengidap mungkin juga memerlukan tes dan prosedur untuk mengevaluasi jalan napas dan membantu menjaganya tetap bersih. Pada tahap lanjut, pengidap mungkin memerlukan intubasi atau bantuan pernapasan mekanis (ventilasi).
- Kontrol rasa sakit. Pengidap akan menerima obat pereda nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan. Untuk rasa sakit di mulut, dokter mungkin akan memberikan obat kumur yang mengandung zat mati rasa, seperti lidokain.
- Perawatan mata. Untuk gejala mata ringan, air mata buatan bebas pengawet bisa digunakan setidaknya empat kali sehari. Tetes mata dengan kortikosteroid juga bisa digunakan untuk mengontrol peradangan mata.
Pengobatan NET umumnya membutuhkan waktu yang lama, bisa selama dua minggu, bisa juga sampai berbulan-bulan. Selain itu, perlu diketahui bahwa tak semua kasus NET dapat sembuh dengan sempurna.
Komplikasi Nekrolisis Epidermal Toksik
Orang yang berisiko tinggi mengalami komplikasi dari Nekrolisis Epidermal Toksik adalah mereka yang berusia di atas 70 tahun, dan mereka yang memiliki sirosis hati atau kanker yang menyebar (metastasis). Berikut komplikasi NET:
- Infeksi darah (sepsis). Komplikasi ini bisa terjadi ketika bakteri dari infeksi memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh pengidap. Sepsis adalah kondisi yang berkembang pesat dan mengancam jiwa, karena bisa menyebabkan syok dan kegagalan organ.
- Masalah paru-paru. NET juga bisa menyebabkan batuk, kesulitan bernapas dan, dengan penyakit parah, gagal napas akut.
- Gangguan penglihatan. NET bisa menyebabkan masalah mata, seperti mata kering, bulu mata tumbuh ke dalam, jaringan parut pada kornea dan, pada kasus yang jarang, kebutaan.
- Kerusakan kulit permanen. Setelah nekrolisis epidermal toksik pulih, kulit pengidap mungkin masih memiliki benjolan, bekas luka dan perubahan warna. Masalah kulit yang berkepanjangan bisa menyebabkan rambut pengidap rontok, dan kuku jari tangan dan kaki mereka mungkin tidak tumbuh secara normal.
- Luka vagina. Pada wanita, NET bisa menyebabkan luka pada jaringan yang melapisi vagina.
- Tekanan emosional. Kondisi ini bisa terasa menyiksa dan bisa berdampak psikologis dalam jangka panjang.
Pencegahan Nekrolisis Epidermal Toksik
Apabila kamu memiliki alergi terhadap suatu obat, sebaiknya hindari paparan zat tersebut. Cara ini akan sangat membantu menurunkan risiko mengalami NET.
Kapan harus ke Dokter?
Bila setelah beberapa jam atau beberapa hari kamu mengonsumsi obat, gejala-gejala nekrolisis epidermal toksik seperti di atas muncul, sebaiknya periksakan ke dokter.
Bila tidak yakin mengenai gejala yang kamu alami, tanya dokter saja melalui aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, dokter Halodoc bisa membantu memberi diagnosis awal dan saran kesehatan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.
Referensi:
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Toxic Epidermal Necrolysis
Drugs. DIakses pada 2022. Toxic Epidermal Necrolysis
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Toxic Epidermal Necrolysis
Diperbarui pada 5 Juli 2022