Milia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Milia?
- Jenis Milia
- Penyebab Milia
- Faktor Risiko Milia
- Gejala Milia
- Rekomendasi Dokter Kulit di Halodoc untuk Pengobatan Milia
- Diagnosis Milia
- Pengobatan Milia
- Pencegahan Milia
Apa Itu Milia?
Milia adalah kista yang termasuk dalam kista epidermoid berwarna putih. Biasanya, milia muncul pada area pipi dan hidung dan berkelompok. Jika hanya satu, kista ini disebut dengan milium.
Milia muncul ketika keratin yang terjebak pada permukaan kulit bagian bawah.
Keratin sendiri merupakan sejenis protein kuat yang umumnya terdapat pada jaringan kulit, rambut, dan sel pada kuku.
Milia bisa terjadi pada semua orang dari berbagai usia, tetapi paling rentan terjadi pada bayi baru lahir.
Umumnya, milia tidak berbahaya dan bisa hilang tanpa harus melakukan penanganan tertentu.
Meski begitu, beberapa kasus milia tetap membutuhkan perawatan karena dianggap mengganggu bagi orang yang mengalaminya.
Jenis Milia
Jenis milia dibagi berdasarkan usia ketika kista muncul atau penyebab yang mendasarinya. Jenis milia juga dibedakan menjadi milia primer dan sekunder.
Milia primer muncul dari keratin yang terjebak secara langsung dan banyak dijumpai pada orang dewasa maupun bayi yang baru dilahirkan.
Sementara itu, milia sekunder biasanya muncul karena adanya suatu kondisi yang menyebabkan saluran yang mengarah pada permukaan kulit mengalami penyumbatan.
Ini sering terjadi pada orang-orang yang mengalami cedera, memiliki luka lepuh, atau luka bakar pada kulit.
Secara umum, jenis-jenis milia antara lain:
- Milia neonatus yang dianggap sebagai milia primer. Jenis milia ini banyak terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, tetapi biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Kista biasanya muncul pada area kulit kepala, wajah, atau tubuh bagian atas.
- Milia primer yang banyak dialami oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, milia akan muncul pada area dekat kelopak mata, dahi, atau alat kelamin. Milia jenis ini bisa hilang dalam waktu beberapa minggu atau bisa bertahan hingga beberapa bulan.
- Milia en plaque yang kerap dikaitkan dengan kelainan kulit genetik atau masalah autoimun, seperti lichen planus atau discoid lupus. Jenis milia ini bisa muncul pada pipi, telinga, kelopak mata, dan rahang serta paling sering dijumpai pada wanita berusia paruh baya.
- Multiple eruptive milia yang bisa muncul pada lengan atas, wajah, dan bagian dada. Jenis milia ini kerap disertai dengan rasa gatal.
Penyebab Milia
Penyebab milia yang terjadi pada bayi tentu berbeda dengan penyebab milia yang muncul pada orang dewasa.
Hingga kini, belum diketahui apa yang menjadi penyebab milia yang dialami bayi baru lahir.
Kondisi ini kerap disalahartikan sebagai jerawat bayi yang terjadi karena efek hormon dari ibu. Meski demikian, milia sebenarnya tidak sama dengan jerawat bayi.
Sebab, milia tidak memicu terjadinya peradangan atau pembengkakan pada area kulit yang mengalaminya.
Biasanya, bayi yang lahir dengan milia juga rentan mengalami jerawat bayi, sedangkan jerawat bayi sendiri tidak muncul sampai dua hingga empat minggu setelah lahir.
Sementara itu, penyebab milia yang terjadi pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sering dihubungkan dengan kerusakan yang terjadi pada kulit.
Beberapa di antaranya:
- Lepuhan pada kulit yang terjadi karena berbagai masalah kesehatan. Misalnya mengalami porfiria cutanea tarda, epidermolisis bulosa, atau pemfigoid sikatrik.
- Lepuhan pada kulit yang terjadi karena racun, misalnya terkena paparan poison ivy.
- Memiliki luka bakar atau terkena paparan cahaya matahari dalam waktu lama.
- Pemakaian krim steroid untuk jangka yang lama.
- Pernah melakukan prosedur pelapisan laser atau dermabrasi untuk memperbaiki lapisan kulit.
Selain itu, milia juga dapat terjadi karena kulit yang kehilangan kemampuan alaminya untuk proses pengelupasan.
Biasanya ini terjadi sebagai dampak dari bertambahnya usia seseorang.
Faktor Risiko Milia
Milia memang bisa terjadi pada semua orang. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami milia, yaitu:
- Memakai produk kecantikan atau perawatan yang tidak sesuai dengan jenis kulit.
- Tidak mendapatkan cukup istirahat.
- Memakai produk kosmetik yang mengakibatkan pori-pori kulit tersumbat.
- Memiliki masalah kulit seperti rosacea, eksim, atau ketombe.
Gejala Milia
Sekilas milia akan tampak seperti benjolan berwarna putih pada area hidung, dagu, atau pipi.
Namun, benjolan milia juga bisa muncul pada beberapa bagian tubuh lainnya, termasuk alat kelamin.
Kondisi yang mirip yang dikenal dengan Epstein pearls ditandai dengan munculnya benjolan milia pada bagian langit-langit mulut dan gusi.
Epstein pearls menjadi kondisi yang sangat umum ditemui pada bayi baru lahir.
Sebenarnya, milia bukan menjadi masalah kesehatan yang membahayakan. Sebab kondisi ini tidak diikuti dengan peradangan atau rasa gatal pada area tubuh yang mengalaminya.
Beberapa perburukan gejala seperti rasa nyeri, gatal, atau peradangan bisa jadi tanda masalah kesehatan kulit lainnya, seperti jerawat.
Rekomendasi Dokter Kulit di Halodoc untuk Pengobatan Milia
Apabila milia tidak menghilang dengan sendirinya atau setelah kamu memakai produk eksfoliasi yang dijual bebas di apotek, kamu bisa bertanya langkah penanganan medis yang tepat lainnya langsung pada dokter di Halodoc.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis kulit yang sudah berpengalaman.
Mereka pun mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Milia
Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter akan melakukan pemeriksaan pada permukaan kulit yang terdapat benjolan milia. Diagnosis dilakukan berdasarkan pengamatan dokter dari tampilan kista.
Jika memang diperlukan, dokter akan melakukan pengambilan sampel jaringan atau biopsi kulit untuk melakukan pemeriksaan secara lebih mendetail di laboratorium.
Meski begitu, biopsi biasanya hanya dibutuhkan untuk kondisi milia yang langka.
Pengobatan Milia
Sebenarnya milia bisa membaik bahkan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Namun, sebaiknya kamu tidak melakukan tindakan penanganan mandiri di rumah seperti mengeluarkan milia dengan memencetnya.
Sebab, hal tersebut bisa membuat kulit mengalami iritasi yang berujung pada komplikasi serius. Contohnya seperti munculnya jaringan parut atau kulit mengalami infeksi.
Apabila kamu merasa terganggu dan tidak nyaman dengan munculnya milia, kamu bisa menggunakan beberapa produk perawatan kulit wajah, seperti produk eksfoliasi yang mengandung asam salisilat, retinoid, atau asam alfa hidroksi yang bisa membantu mengangkat sel kulit mati.
Perlu diperhatikan bahwa kulit bayi masih sangat sensitif untuk beberapa produk losion, kosmetik, atau minyak.
Jadi, cara mengatasi milia pada bayi bisa dilakukan dengan mencuci muka bayi menggunakan air hangat dan sabun khusus bayi setiap hari. Lalu, pastikan kulitnya kering.
Pencegahan Milia
Sayangnya tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah munculnya milia primer. Meski demikian, kamu bisa memberikan perlindungan ekstra pada kulit untuk mencegah terjadinya milia sekunder.
Misalnya, menggunakan tabir surya untuk mencegah kulit terkena paparan sinar matahari berlebihan atau menggunakan produk kosmetik maupun perawatan kulit yang sesuai dengan jenis kulit.
Melakukan eksfoliasi kulit secara rutin untuk membantu mengangkat sel kulit mati juga bisa dilakukan untuk mencegah milia.