Lichen Sclerosus
Pengertian Lichen Sclerosus
Lichen Sclerosus (LS) adalah penyakit peradangan kronis pada kulit. Gangguan ini dapat menyebabkan kulit menjadi tipis, putih, dan keriput. Gangguan ini paling sering mengenai area genitalia dan anus. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada kulit tubuh bagian mana saja (LS ekstragenital).
Penyakit ini terjadi pada anak-anak atau dewasa setelah menopause, dan juga lebih rentan terjadi pada wanita dibandingkan pria. Bentuk umum dari kondisi yang memengaruhi area genital bagian luar pada wanita adalah vulvar lichen sclerosus. Maka dari itu, sangat penting untuk memeriksakan kesehatan kulit jika merasakan gejala dari masalah ini.
Penyebab Lichen Sclerosus
Penyebab pasti pada lichen sclerosus tidak diketahui secara pasti. Namun, sistem kekebalan yang terlalu aktif atau ketidakseimbangan hormon mungkin memiliki peran. Selain itu, kerusakan kulit sebelumnya di area kulit tertentu juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah kulit ini.
Pembentukan jaringan parut dari LS ini dapat terjadi peradangan dan perubahan fungsi dari sel fibroblast pada lapisan kulit dermis. Selain itu, perlu diketahui juga jika penyakit ini tidak menular dan tidak dapat menyebar melalui hubungan seksual.
Faktor Risiko Lichen Sclerosus
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena LS, yaitu:
- Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena LS dibanding pria
- Faktor usia. Risiko LS lebih tinggi pada wanita pasca menopause dan pada anak-anak sebelum usia pubertas.
- Faktor genetik. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga mengidap LS memiliki risiko lebih tinggi.
- Faktor autoimun. Seseorang yang memiliki penyakit autoimun seperti penyakit autoimun thyroid, arthritis rheumatoid, vitiligo memiliki risiko mengidap LS lebih tinggi dibanding yang tidak.
- Faktor hormonal. Seperti disebutkan diatas, wanita pascamenopause memiliki kecenderungan lebih tinggi mengidap LS. Pada wanita pasca menopause, hormon estrogen dan hormon androgenik seperti testosteron bebas dan androstenedion menurun. Hal ini menunjukkan status hormonal memegang peranan dalam timbulnya LS.
- Faktor Lainnya :
- Trauma. Bekas luka lama atau lokasi kulit yang rentan terhadap gesekan terus menerus berisiko tinggi menjadi LS.
- Pria yang tidak sunat. Paparan urine yang terus-menerus, seperti pada pria yang tidak disunat, sisa urine dapat terkumpul pada kulit kulup. Lama-kelamaan bisa menimbulkan kerusakan kecil pada kulit kulup sehingga meningkatkan risiko LS.
Gejala Lichen Sclerosus
Pada kasus-kasus ringan, gangguan ini terkadang tidak menimbulkan gejala apa pun selain dari kulit yang terkena terlihat putih mengkilap, dan agak terangkat dibanding kulit normal disekitarnya. Bahkan jika seseorang terkena LS genital, gejalanya sulit terlihat kecuali sudah merasakan gejala lainnya.
Gejala dari LS berdasarkan lokasinya, antara lain :
1. Lichen Sclerosus Genital pada Wanita
Pada wanita, lokasi paling rentan alami gangguan ini adalah vulva, yang dapat menyebar hingga anus dan perineum (daerah sekitar vagina dan anus). LS pada wanita tidak mempengaruhi mukosa vagina.
Gejalanya bisa berupa kulit lebih tipis dibandingkan dengan kulit normal disekitarnya, dapat pula berbentuk lepuhan kulit, kulit berkerut, gatal dengan intensitas ringan sampai berat. Selain itu, apabila digaruk kulit dapat rusak atau pecah-pecah, terbentuk luka sehingga menimbulkan nyeri dan kadang-kadang berdarah.
Pada prosesnya, peradangan kronis LS vulva akan menimbulkan jaringan parut yang menyebabkan pintu masuk vagina menjadi lebih sempit dan mengeras. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim dan rasa tidak nyaman saat buang air kecil.
Pada LS yang mengenai anus, jaringan parut tersebut membuat ketidaknyamanan saat buang air besar, sehingga membuat kecenderungan sembelit. Masalah ini lebih rentan terjadi pada anak-anak dan wanita usia menopause.
2. Lichen Sclerosus Genital pada Pria
Lesi LS pada pria biasanya terbatas pada kepala penis (glans penis) dan kulup (kulit preputium). Gangguan ini jarang terjadi pada batang penis, skrotum, dan anus. Bentuk lesinya sama, hanya saja karena lokasi LS pada pria terdapat di kepala penis dan kulit kulup.
Jaringan parut yang terbentuk di tempat tersebut menyebabkan nyeri saat berhubungan intim, nyeri saat ereksi yang disebabkan kulup tidak elastis karena jaringan parut. Masalah ini juga dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil karena jaringan parut mengenai kepala penis dan membuat uretra menyempit.
3. Lichen Sclerosus Extragenital
Lokasi LS ekstragenital dapat terjadi di kulit tubuh bagian mana saja, seperti tangan, kaki, punggung, payudara, dan lainnya. Lesi jenis ini sama seperti lesi LS pada kulit genital, yaitu kulit terlihat putih mengkilap, agak terangkat dari kulit normal disekitarnya, kulit terlihat lebih kering, terdapat lepuhan, dan luka. Gejalanya sama yaitu gatal dan dapat menimbulkan nyeri.
Diagnosis Lichen Sclerosus
Untuk melakukan diagnosis dokter akan bertanya terkait riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan. Selain itu, pemeriksaan fisik juga dapat dijalankan pada area yang terkena. Umumnya, masalah ini cukup untuk memastikan diagnosis. Terkadang biopsi kulit juga sering direkomendasikan untuk dilakukan. Beberapa keunggulan dari biopsi adalah:
- Histopatologi mampu mengonfirmasi dugaan diagnosis lichen sclerosus.
- Kondisi kulit lainnya juga dapat didiagnosis yang berdampingan dengan gangguan kulit ini, seperti lichen planus, kadar estrogen rendah, atau vitiligo.
- Biopsi mampu menilai gangguan yang terjadi kanker atau SIL.
- Biopsi juga dapat direkomendasikan untuk pemeriksaan tindak lanjut guna mengevaluasi kulit atau mencari tahu respon kulit terhadap obat.
Pengobatan Lichen Sclerosus
LS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tapi dapat diobati. Kebanyakan kasus LS pada anak-anak akan sembuh sendiri saat usia remaja. Tujuan pengobatan pada LS adalah mengurangi gatal, memperbaiki kerusakan pada kulit, dan mencegah atau menghilangkan jaringan parut.
Pengobatan untuk lesi yang terjadi dapat menggunakan krim, atau salep kortikosteroid (paling sering dengan clobetasol propionate 0.05 persen) yang berfungsi untuk meredakan peradangan dan mengurangi gejala.
Salep ini dioleskan tipis-tipis pada lesi LS satu kali sehari sampai lesi berkurang atau bahkan sembuh. Biasanya lesi akan berkurang atau lebih baik sekitar 3-6 bulan, tapi tetap harus kontrol ke dokter setiap 2–3 minggu.
Hal ini untuk mengevaluasi efek obat terhadap lesi LS atau ada tidaknya efek samping obat yang muncul. Apabila lesi tidak menyembuh maka dokter akan menambahkan obat-obatan imunosupresi, seperti tacrolimus atau pimecrolimus.
Pengobatan dengan methotrexate, cyclosporine, injeksi steroid, topikal atau oral retinoid dipertimbangkan pada kasus-kasus yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan sebelumnya. Pada LS ekstragenital dapat diberikan terapi sinar ultraviolet.
Pada kasus tertentu dibutuhkan operasi untuk mengatasi LS. Contohnya seperti jaringan parut sudah terbentuk membuat pintu masuk vagina menyempit, uretra pada pria menyempit menyebabkan gangguan hubungan intim atau kesulitan buang air kecil. Khitan atau sunat disarankan pada semua pria dengan lesi LS pada kulup dengan atau tanpa keluhan saat ereksi dan buang air kecil.
Selain pengobatan di atas, pengidap LS disarankan untuk melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti:
- Mengoleskan pelembap yang tepat pada daerah yang terkena.
- Menghindari sabun mandi yang beraroma dan mengandung deterjen karena dapat mengiritasi kulit.
- Mengenakan pakaian yang longgar dan pakaian dalam yang tidak ketat yang terbuat dari serat alami agar tidak lembab.
- Menghindari menggaruk atau mengusap daerah lesi agar tidak iritasi.
- Menggunakan lubrikan saat hendak melakukan hubungan intim.
- Membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil untuk menghindari iritasi kulit oleh urine.
Komplikasi Lichen Sclerosus
Vulvar lichen sclerosus yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi berupa kanker kulit sel skuamosa pada wanita. Hal ini juga dapat terjadi pria dengan gangguan yang sama. Selain itu, penyakit ini bisa dapat mengubah tampilan alat kelamin secara permanen bila dibiarkan tanpa penanganan.
Lichen sclerosus juga dapat menyebabkan pembukaan vagian menjadi sempit, serta bibir luar dan dalam vulva saling menempel. Saat ini terjadi, pembedahan mungkin perlu dilakukan. Gangguan ini dapat menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks.
Selain itu, perawatan untuk penyakit kulit ini juga dapat menyebabkan komplikasi. Contohnya, penggunaan salep steroid dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang mengalami infeksi jamur genital.
Pencegahan Lichen Sclerosus
Belum diketahui cara pasti untuk mencegah terjadinya gangguan pada kulit ini. Namun, pengidapnya dapat meredakan gejalanya dengan perubahan gaya hidup. Salah satunya adalah dengan mengurangi gesekan dan iritasi. Berikut cara yang bisa dilakukan:
- Hindari menunggang kuda atau bersepeda jarak jauh.
- Kenakan pakaian dan pakaian dalam yang agak longgar.
- Gunakan sabun tanpa pewangi dan deterjen cucian. Pastikan juga hindari sabun yang membuat iritasi sehingga gatal semakin parah.
- Segera ganti setelah menggunakan pakaian renang dan pakaian yang basah.
Kapan Harus ke Dokter?
Waktu yang paling tepat untuk ke dokter adalah saat merasakan gejala dari gangguan ini. Kamu perlu memastikannya ke dokter kulit untuk mendapatkan pengobatan terbaik, dan mengurangi risiko terjadinya jaringan parut yang menimbulkan komplikasi.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Lichen sclerosus.
Cedars Sinai. Diakses pada 2022. Lichen sclerosus.
Web MD. Diakses pada 2022. What is Lichen Sclerosus?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Lichen Sclerosus.
DermNet NZ. Diakses pada 2022. Lichen Sclerosus.
Diperbarui pada 28 Mei 2022