Kortikosteroid
DAFTAR ISI
- Apa Itu Kortikosteroid
- Manfaat Kortikosteroid
- Perhatian Penggunaan Kortikosteroid
- Dosis Kortikosteroid
- Hubungi Dokter Ini Jika Butuh Info Penggunaan Kortikosteroid
- Cara Penggunaan Kortikosteroid
- Efek Samping Kortikosteroid
- Interaksi Kortikosteroid
- Kontraindikasi Kortikosteroid
Apa Itu Kortikosteroid ?
Kortikosteroid merupakan obat yang menyerupai kortisol, hormon yang tubuh produksi secara alami pada kelenjar adrenal. Fungsinya untuk menekan peradangan dan reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan.
Cara kerjanya dengan mengurangi zat pemicu peradangan. Tak hanya itu, kortikosteroid juga bisa mencegah kerusakan jaringan agar tidak semakin parah.
Manfaat Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid bisa berbeda-beda, tergantung jenisnya. Berikut beberapa jenis obat kortikosteroid beserta manfaatnya:
1. Prednisone
Jenis kortikosteroid ini tersedia dalam bentuk tablet dan kaplet minum. Prednisone bermanfaat untuk meredakan peradangan akibat alergi, penyakit autoimun, radang sendi, atau dermatitis kontak.
2. Prednisolone
Manfaat prednisolone untuk mengobati peradangan yang lebih luas dan tidak khusus untuk penyakit tertentu saja. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, injeksi, suspensi oral.
3. Methylprednisolone
Methylprednisolone dapat mengatasi peradangan akibat beberapa penyakit, seperti radang sendi, kelainan darah, reaksi alergi parah, kanker, penyakit kulit, gangguan ginjal dan masalah sistem kekebalan tubuh. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, suspensi dan suntikan.
4. Betamethasone
Obat steroid ini berfungsi untuk mengatasi reaksi alergi dan mengurangi peradangan kulit akibat eksim atau alergi. Betamethasone umumnya tersedia dalam bentuk krim, salep, tablet, sirup, dan tetes mata.
Jenis kortikosteroid tersebut juga kerap dokter kombinasikan bersama antibiotik atau antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
5. Dexamethasone
Kortikosteroid ini bisa mengatasi peradangan akibat reaksi alergi, penyakit autoimun, atau radang sendi. Dexamethasone tersedia dalam bentuk salep, tetes mata dan sirup. Sama seperti betamethasone, dexamethasone juga kerap digunakan bersama antibiotik dan antihistamin untuk mengatasi alergi.
6. Hydrocortisone
Hydrocortisone sering digunakan untuk menangani masalah kulit, seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis alergi, pruritus anogenital, dan neurodermatitis. Jenis kortikosteroid tersebut tersedia dalam bentuk salep, krim, losion, tetes mata, suntikan dan tablet.
7. Mometasone
Sama seperti hidrokortison, mometasone juga digunakan untuk mengatasi gatal-gatal. Namun, obat ini juga bisa mengatasi rinitis alergi dan asme. Mometasone tersedia dalam bentuk salep, krim, gel, nasal spray dan inhaler.
8. Triamcinolone
Fungsi utama triamcinolone adalah untuk meredakan peradangan dan gejala alergi. Obat ini tersedia dalam bentuk losion, salep, krim, pasta oral, suntikan, tablet dan nasal spray.
9. Budesonide
Budesonide tersedia dalam kapsul, tablet, dan inhaler. Obat ini umumnya bisa kamu gunakan untuk penyakit Crohn dan asma.
Kamu bisa temukan berbagai obat resep dokter yang kamu butuhkan di Toko Kesehatan Halodoc✔️ dengan klik banner di bawah ini.
Perhatian Penggunaan Kortikosteroid
Ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebelum menggunakan kortikosteroid untuk meminimalisir efek samping:
- Beri tahu dokter apabila alergi terhadap obat steroid apa pun.
- Kamu juga perlu memberitahukan dokter seputar riwayat kesehatan yang kamu miliki.
- Informasikan pada dokter obat-obatan yang sedang kamu konsumsi, termasuk suplemen dan produk herbal.
- Steroid meningkatkan risiko infeksi. Pertimbangkan untuk mendapatkan beberapa vaksin sebelum memulai pengobatan.
- Steroid kerap dikaitkan dengan cacat lahir, berat lahir rendah, dan kelahiran prematur. Beri tahu dokter jika kamu sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan sebelum meminum obat ini.
- Efek samping kortikosteroid dapat bertahan lama meski kamu telah berhenti meminumnya. Jadi, periksakan diri ke dokter secara teratur.
Dosis Kortikosteroid
Dosis pemakaian kortikosteroid sangat bervariasi, tergantung jenis obat, usia, jenis kelamin, berat badan dan kondisi medis. Ikuti perintah anjuran dokter atau petunjuk pada label.
Jangan menambah, mengurangi atau meminumnya lebih sering tanpa persetujuan dari dokter. Hal tersebut bisa menurunkan efektivitas obat dan meningkatkan risiko efek samping serius.
Jika kamu Ingin Tahu Dosis Tepat Kortikosteroid yang Tepat, Hubungi Dokter Ini untuk info yang akurat.
Hubungi Dokter Ini Jika Butuh Info Penggunaan Kortikosteroid
Jika kamu atau orang terdekat merasa membutuhkan informasi terkait penggunaan kortikosteroid, jangan ragu untuk menghubungi dokter di Halodoc.
Dokter akan memberikan informasi yang akurat terkait komposisi, cara penggunaan, dan dosis yang tepat.
Berikut ini rekomendasi dokter spesialis penyakit dalam yang sudah berpengalaman dan memiliki ulasan positif dari pasien-pasien yang sebelumnya pernah mereka tangani:
- dr. Puguh Krisnadi Sandjojo Sp.PD
- dr. Agnita Irawaty Sp.PD
- dr. Vera Bahar Sp.PD
- dr. Siska Damayanti Sp.PD
- dr. Maya Puspita Sari Sp.PD, AIFO-K
Nah, itu tadi rekomendasi dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc.
Dengan menggunakan Halodoc, kamu dapat melakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Cara Penggunaan Kortikosteroid
Berikut cara pemakaian kortikosteroid berdasarkan bentuk obatnya:
- Suspensi atau cair: Kocok botol sebelum mengonsumsinya. Gunakan sendok takar atau cangkir ukur supaya dosisnya tepat. Jangan memakai sendok rumah tangga karena tidak bisa menakar dosis yang tepat.
- Kapsul atau tablet: Telan dengan bantuan segelas air. Jangan menghancurkan, membelah atau mengunyah tablet. Kamu juga tidak boleh mengeluarkan isi obat dari kapsul. Melakukannya dapat menurunkan efektivitasnya atau malah meningkatkan risiko efek samping.
- Salep, gel, dan krim: Cuci tangan terlebih dahulu sebelum mengoleskan obat. Kemudian, ambil sedikit obat dan oleskan tipis-tipis secara merata ke area yang bermasalah. Setelah selesai, jangan lupa untuk mencuci tangan kembali.
- Inhaler. Kocok inhaler terlebih dahulu agar obatnya merata. Hembuskan nafas melalui mulut. Tarik napas ketika menekan inhaler supaya obat bisa masuk ke dalam. Kumur-kumur dengan air untuk membersihkan sisa obat di dalam mulut.
- Nasal spray. Arahkan bagian atas botol nasal spray bubuk yang telah dibuka ke dalam lubang hidung. Pencet botol secukupnya sampai terhirup aroma yang melegakan pernapasan.
- Suntikan. Kortikosteroid dalam bentuk suntikan hanya boleh dokter atau petugas medis yang memberikannya dengan pegawasan ketat.
Efek Samping Kortikosteroid
Apabila kamu menggunakannya secara tepat, kortikosteroid tidak akan menyebabkan efek samping. Namun, potensinya semakin meningkat untuk jenis kortikosteroid tertentu, banyaknya dosis dan lamanya pengobatan.
Berikut efek samping yang mungkin terjadi :
- Meningkatnya nafsu makan.
- Mudah memar.
- Rentan terkena infeksi.
- Perubahan suasana hati.
- Kelemahan otot.
- Berat badan bertambah.
- Penglihatan kabur.
- Wajah bengkak.
- Pengeroposan tulang.
- Meningkatnya pertumbuhan rambut.
- Muncul jerawat.
- Diabetes kambuh atau semakin memburuk.
- Hipertensi.
- Masalah pencernaan.
- Kesulitan tidur.
- Retensi air.
- Katarak atau glaukoma.
Apabila kamu ingin tahu informasi selengkapnya, baca artikel berikut ini Dampak Negatif saat Berlebihan Gunakan Obat Kortikosteroid. Namun, tidak semua orang mengalami efek samping seperti tersebut. Akan tetapi, segera temui dokter jika kamu merasakan gejala tersebut.
Interaksi Kortikosteroid
Ada beberapa obat-obatan yang bisa berinteraksi dengan kortikosteroid. Interaksi obat bisa mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping.
Nah, berikut obat-obatan yang bisa berinteraksi dengan kortikosteroid:
1. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
OAINS merupakan obat pereda nyeri yang sering digunakan untuk meringankan rasa sakit. Contoh obat ini adalah ibuprofen dan asam mefenamat. Mengonsumsinya bersama steroid berpotensi menyebabkan mag dan perdarahan di dalam tubuh.
2. Obat diabetes
Megonsumsinya bersama kortikosteroid bisa menurunkan efektivitas obat diabetes. Itu sebabnya, cek kadar glukosa secara teratur dan konsultasikan dengan dokter untuk menyesuaikan kembali dosis obat.
3. Antikoagulan
Obat antikoagulan umumnya akan dokter resepkan untuk mereka yang mengidap pembekuan darah. Jika kamu mengonsumsi bersama steroid, efek obat antikoagulan mungkin tidak begitu kentara.
4. Obat HIV
Kortikosteroid juga bisa berinteraksi dengan obat HIV, seperti ritonavir. Obat ini dapat meningkatkan kadar kortikosteroid di dalam tubuh. Alhasil, potensi efek samping semakin bertambah.
5. Antikonvulsan
Obat ini sering dokter gunakan untuk menangani pasien epilepsi karena berfungsi untuk mencegah kejang. Namun, antikonvulsan bisa menurunkan efektivtas kortikosteroid. Meski begitu, efeknya tergantung pada seberapa sering dan parah kejang dan jenis obat steroid.
6. Vaksin hidup
Beberapa vaksinasi mengandung virus atau bakteri yang dilemahkan. Jenis vaksinasi tersebut disebut sebagai vaksin hidup. Perlu kamu ketahui bahwa kortikosteroid bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
Sebaiknya, tunda pemberian vaksinasi jika sedang mengonsumsi kortikosteroid. Selain itu, tundalah konsumsi steroid jika telah mendapatkan vaksinasi. Tunda setidaknya tiga bulan sebelum atau setelah mendapatkan vaksin.
Nah, beberapa contoh vaksin hidup, yaitu:
- Vaksin campak, gondok dan rubella (MMR).
- Vaksin BCG untuk tuberkulosis (TBC).
Menariknya, Berkat Riset Kesehatan, Kini 5 Penyakit Ini Ada Vaksinnya.
Kontraindikasi Kortikosteroid
Kontraindikasi merupakan sebuah kondisi, penyakit, atau situasi yang membuat seseorang tidak disarankan atau tidak diperbolehkan untuk menjalani pengobatan tertentu.
Seseorang yang memiliki kondisi di bawah ini tidak dianjurkan untuk mengonsumsi steroid:
- Alergi terhadap kortikosteroid.
- Telah mendapatkan vaksin hidup.
- Infeksi jamur sistemik.
- Osteoporosis.
- Hiperglikemia yang tidak terkontrol.
- Glaukoma.
- Infeksi sendi.
- Hipertensi yang tidak terkontrol.
- Herpes simpleks keratitis.
- Infeksi varicella.
- Ulkus peptikum.
- Infeksi bakteri yang tidak terkontrol.
- Gagal jantung kongestif.
- Infeksi virus yang tidak terkontrol.
Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Corticosteroids.
NHS Inform. Diakses pada 2023. Corticosteroids.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Corticosteroid (Oral Route, Parenteral Route)
National Library of Medicine. Diakses pada 2023. Corticosteroids.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan