Kista Ovarium
DAFTAR ISI
- Apa itu Kista Ovarium?
- Gejala Kista Ovarium
- Rekomendasi Dokter yang Bisa Mengobati Kista Ovarium
- Penyebab Kista Ovarium
- Diagnosis Kista Ovarium
- Pengobatan Kista Ovarium
- Dampak Pengobatan Terhadap Kesuburan
- Komplikasi Kista Ovarium
- Pencegahan Kista Ovarium
Apa Itu Kista Ovarium?
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang muncul pada indung telur atau ovarium. Kista ini umumnya muncul selama wanita mengalami masa subur atau menstruasi.
Setiap wanita memiliki dua buah ovarium, masing-masing di sebelah kanan dan kiri rahim.
Organ tubuh yang berukuran sebesar biji kenari tersebut menjadi bagian dari sistem reproduksi wanita.
Ovarium memiliki fungsi utama untuk menghasilkan sel telur setiap bulan (dimulai dari masa pubertas hingga memasuki menopause), dan menghasilkan hormon estrogen serta progesteron.
Fungsi ovarium sangat mungkin mengalami gangguan, salah satu yang sering ditemui adalah kista.
Gejala Kista Ovarium
Ketika kista masih berukuran kecil, biasanya pengidap tidak akan merasakan adanya gejala.
Setelah ukuran kista mulai membesar, gejala baru akan terasa. Ini disebabkan karena kista bisa menghambat pasokan darah yang menuju ke ovarium.
Adapun gejala kista ovarium yang biasanya muncul meliputi:
1. Rasa sakit atau nyeri
Rasa sakit atau nyeri biasanya akan muncul di area bawah perut. Tingkatnya bervariasi, mulai dari ringan, hingga berat.
Selain itu, rasa nyeri juga bisa hilang dan muncul kembali, dan bisa terjadi baik di sisi kanan maupun kiri.
Rasa nyeri juga bisa muncul ketika pengidap melakukan hubungan intim.
Baca juga: Ini 5 Gejala Kista Ovarium yang Harus Wanita Waspadai
2. Perubahan menstruasi
Selama periode menstruasi, pengidap kista ovarium bisa mengalami menstruasi dengan perdarahan yang lebih banyak atau lebih sedikit dari kondisi normal.
Selain itu, siklus menstruasi juga bisa menjadi tidak teratur.
3. Masalah pencernaan
Pengidap kista ovarium sering merasa sangat kenyang meski baru makan sedikit dan mengalami perut kembung.
Selain itu, gejala gangguan pencernaan lain yang mungkin terjadi termasuk mengalami kesulitan buang air besar dan menjadi lebih sering buang air kecil.
Rekomendasi Dokter yang Bisa Mengobati Kista Ovarium
Segera tanyakan ke dokter di Halodoc apabila kamu merasakan adanya gejala yang mengarah pada kista ovarium.
Sebab, sangatlah penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan medis yang tepat dari dokter jika kamu mengidap kista ovarium.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter berpengalaman di Halodoc yang bisa membantumu memberikan saran pengobatan tentang kista ovarium.
Ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Penyebab Kista Ovarium
Apa penyebab kista ovarium? Kista ini terjadi karena proses dari siklus menstruasi itu sendiri (kista fungsional) atau pertumbuhan sel yang tidak normal (kista patologis).
Berikut beberapa jenis kista ovarium berdasarkan pembagiannya:
1. Kista Fungsional
Jenis kista ini muncul ketika ovarium melepas sel telur untuk dibuahi (ovulasi).
Apabila setiap bulan ukuran sel telur semakin bertambah bisa menyebabkan kista fungsional.
Kista fungsional menjadi jenis kista yang paling sering dialami wanita. Jenis kista ini tidak berbahaya dan bisa menghilang dalam rentang waktu antara 2−3 periode menstruasi.
Kista fungsional terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kista folikel
Normalnya, sel telur akan dikelilingi oleh folikel dan pecah ketika ovulasi. Kista folikel muncul ketika folikel tidak pecah, sehingga sel telur tidak dapat dilepaskan.
Dampaknya, folikel akan mengalami pembengkakan karena dipenuhi oleh cairan dan menjadi kista.
b. Kista korpus luteum
Selanjutnya, folikel yang pecah dan melepaskan sel telur akan menjadi korpus luteum dan memproduksi cairan.
Kista ini muncul saat lubang yang terdapat pada korpus luteum mengalami penyumbatan dan menyebabkan terjadinya penumpukkan cairan. Akibatnya, korpus luteum berkembang menjadi kista.
2. Kista Patologis
Jenis kista patologis tidak berhubungan dengan siklus menstruasi dan muncul karena terdapat pertumbuhan sel yang abnormal.
Kista patologis termasuk dalam tumor ovarium yang bisa bersifat jinak atau bersifat ganas.
Meski demikian, kista patologi biasanya bersifat jinak. Kista ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Kista dermoid
Jenis kista dermoid berasal dari sel embrio yang telah ada sejak lahir dan berkembang selama wanita mengalami masa subur.
Kista ini biasanya bersifat jinak, tetapi bisa berkembang menjadi kanker.
b. Kista adenoma
Jenis kista adenoma muncul pada permukaan ovarium dan bisa berisi cairan atau lendir.
Kista ini bisa membesar dan mengakibatkan ovarium terpelintir, sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghentikan aliran darah yang menuju ke ovarium.
c. Endometrioma
Kista endometrioma terjadi karena sel yang terdapat pada dinding rahim atau endometrium tumbuh pada indung telur.
Selain berbagai penyebab kista tadi, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap kista ovarium, antara lain:
- Mengonsumsi obat untuk menyuburkan kandungan.
- Sedang hamil.
- Pernah mengidap kista ovarium sebelumnya.
- Mengalami infeksi panggul yang parah, endometriosis atau PCOS.
Diagnosis Kista Ovarium
Kista di ovarium bisa diidentifikasi saat pemeriksaan panggul atau melalui tes pencitraan, seperti USG panggul.
Tergantung pada ukuran kista dan apakah kista tersebut berisi cairan atau padat, dokter mungkin akan merekomendasikan tes untuk menentukan jenisnya dan apakah memerlukan perawatan.
Tes yang mungkin dilakukan termasuk:
Tes kehamilan
Tes positif mungkin menunjukkan kehamilan dini. Kista korpus luteum sering muncul secara normal selama kehamilan.
USG panggul
Transduser mengirimkan dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar rahim dan ovarium di layar video (USG).
Gambar ini digunakan untuk memastikan adanya kista, melihat lokasinya, dan menentukan apakah kista tersebut padat atau berisi cairan.
Laparoskopi
Alat tipis yang dilengkapi cahaya (laparoskop) dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil.
Dengan menggunakan laparoskop, dokter dapat melihat ovarium dan kista yang mungkin ada.
Jika kista ditemukan, pengangkatan kista biasanya langsung dilakukan selama prosedur yang sama.
Namun, prosedur ini memerlukan anestesi untuk mengurangi rasa nyeri.
Tes penanda tumor
Tingkat protein dalam darah yang disebut antigen kanker sering kali meningkat pada kanker ovarium.
Jika kista tampak padat dan pasien berisiko tinggi terkena kanker ovarium, dokter umumnya akan memesan tes antigen kanker 125 (CA 125) atau tes darah lainnya.
Tingkat CA 125 juga bisa meningkat pada kondisi nonkanker, seperti endometriosis dan penyakit radang panggul.
Terkadang, jenis kista yang kurang umum berkembang dan ditemukan oleh dokter selama pemeriksaan panggul.
Kista ovarium padat yang berkembang setelah menopause mungkin bersifat kanker (ganas). Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan panggul secara rutin.
Kista ovarium juga sering disebut sebagai silent killer. Ternyata, Ini Alasan Kista Ovarium Disebut Silent Killer.
Pengobatan Kista Ovarium
Kista biasanya akan menghilang dengan sendirinya tanpa membutuhkan penanganan khusus.
Langkah pengobatan yang dilakukan bergantung pada jenis dan ukuran kista serta usia pengidap.
Nah, Ini 3 Pilihan Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Pengobatan Kista Ovarium.
Adapun pilihan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemantauan secara berkala
Tindakan pemantauan secara berkala dilakukan apabila kista masih berukuran kecil dan tidak menunjukkan adanya gejala.
Selain itu, pemantauan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan USG beberapa minggu atau bulan setelah diagnosis adanya kista, guna mengetahui apakah kista tersebut sudah hilang atau masih ada.
Sementara itu, pada wanita yang telah mengalami pascamenopause, pemeriksaan USG dan pemeriksaan darah perlu dilakukan setiap 4 bulan.
Ini karena pengidap lebih berisiko mengalami kanker ovarium.
2. Mengonsumsi pil KB
Dokter bisa meresepkan pil KB guna mencegah kista muncul kembali. Meski demikian, mengonsumsi pil KB tidak bisa mengecilkan ukuran kista yang sudah ada.
3. Prosedur operasi
Tindakan pembedahan dilakukan apabila ukuran kista terus membesar, masih ada setelah lebih dari 3 periode menstruasi, atau menimbulkan rasa nyeri.
Prosedur bedah dilakukan dengan tujuan untuk pengangkatan kista. Namun, untuk kasus yang lebih parah, dokter biasanya akan turut mengangkat ovarium.
Operasi pengangkatan kista dengan ukuran kecil dilakukan dengan metode laparoskopi, yaitu membuat sayatan kecil dibantu oleh alat laparoskop. Alat tersebut berbentuk selang yang dilengkapi dengan kamera.
Namun, kista dengan ukuran lebih besar atau bersifat ganas, dokter akan melakukan prosedur pembedahan perut terbuka atau laparotomi.
Semua tindakan operasi pastinya memiliki risiko.
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah tindakan operasi kista ovarium seperti infeksi pada daerah operasi yang ditandai dengan pendarahan, perut terasa sakit atau membengkak, demam, dan keputihan berwarna gelap serta berbau busuk.
Dampak Pengobatan terhadap Kesuburan
Operasi pengangkatan kedua ovarium akan membuat pengidap tidak lagi dapat memiliki keturunan.
Artinya, dalam menangani kista, dokter akan berupaya untuk menjaga kesuburan pengidap yang belum memasuki masa menopause.
Apabila dokter terpaksa harus mengangkat ovarium, prosedur biasanya hanya dilakukan pada satu ovarium.
Sementara ovarium lainnya tetap dibiarkan, sehingga pengidap masih bisa hamil.
Komplikasi Kista Ovarium
Komplikasi yang bisa terjadi akibat kista ovarium antara lain:
- Torsi ovarium. Kista yang membesar bisa menyebabkan ovarium bergerak dan memutar yang menyakitkan ovarium pengidap (torsi ovarium).
- Kondisi Kista pecah. Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan internal.
Pencegahan Kista Ovarium
Meski tidak ada cara untuk mencegah kista ovarium, pemeriksaan panggul secara teratur bisa membantu mendeteksi adanya perubahan dalam ovarium, sehingga kista ovarium bisa dideteksi sedini mungkin.
Selain itu, para wanita juga disarankan untuk selalu waspada terhadap perubahan dalam siklus bulanan, termasuk gejala menstruasi yang tidak biasa.
Terlebih bila kondisi tersebut terjadi selama lebih dari beberapa siklus.