Keracunan Sianida
DAFTAR ISI
- Apa Itu Keracunan Sianida?
- Penyebab Keracunan Sianida
- Faktor Risiko Keracunan Sianida
- Gejala Keracunan Sianida
- Diagnosis Keracunan Sianida
- Pengobatan Keracunan Sianida
- Komplikasi Keracunan Sianida
- Pencegahan Keracunan Sianida
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa itu Keracunan Sianida?
Keracunan sianida bisa berakibat fatal, bahkan menghilangkan nyawa seseorang. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang tanpa sengaja menghirup atau menelan sianida.
Saat hal tersebut terjadi, biasanya muncul gejala kesulitan bernapas, kejang, hilang kesadaran, hingga henti jantung. Itulah mengapa keracunan bisa menjadi kondisi yang fatal.
Semenjak zaman dahulu sianida dikenal sebagai racun dan telah digunakan dalam pembunuhan massal, dalam kasus bunuh diri, dan sebagai senjata perang.
Keracunan sianida kemudian bisa menyebabkan gangguan kekurangan oksigen dalam sel.
Kabar buruknya, gejala penyakit ini bisa memburuk dalam waktu singkat, sehingga risiko kematian menjadi sangat tinggi.
Sianida sendiri merupakan senyawa kimia yang dapat ditemukan dalam bentuk gas atau krista..
Ada beberapa jenis sianida yang bisa berbahaya jika terhirup, yaitu hidrogen sianida, klorida sianida, sodium sianida, dan potasium sianida.
Gejala Keracunan Sianida
Tanda dan gejala keracunan sianida biasanya terjadi kurang dari 1 menit setelah terhirup dan dalam beberapa menit setelah konsumsi.
Berikut ini gejala keracunan sianida yang perlu kamu ketahui:
1. Muncul Rasa Cemas
Gejala keracunan sianida umumnya diawali dengan rasa cemas karena otak kekurangan kadar oksigen, sehingga sel-sel otak tidak bisa berfungsi dengan baik.
Selain itu, tubuh akan mengalami stres metabolik akibat meningkatnya asam laktat, yang memicu gejala cemas dan kepanikan.
2. Kepala Terasa Pusing dan Sakit
Seseorang yang keracunan sianida juga dapat mengalami sakit kepala karena sianida menghambat penggunaan oksigen pada otak, yang akan menyebabkan tubuh kekurangan energi dan oksigen.
Selain itu, reaksi tubuh terhadap racun ini, seperti peningkatan tekanan darah dan stres, juga berkontribusi pada rasa sakit kepala.
3. Mata Kehilangan Fokus
Gejala keracunan sianida lainnya yaitu kehilangan fokus pada mata.
Sebab, sianida dapat mengganggu aliran oksigen ke otak, termasuk bagian yang mengatur penglihatan.
Kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan kebingungan, pusing, dan kesulitan dalam memfokuskan pandangan.
4. Pupil Mata Melebar
Sianida juga memengaruhi sistem saraf, menyebabkan respons berlebihan seperti mydriasis atau pupil mata melebar.
Hal ini bisa terjadi karena tubuh berusaha merespons stres dan kekurangan oksigen, yang mengakibatkan otot-otot di sekitar pupil relaksasi dan membuat pupil melebar.
5. Mengalami Sesak Napas
Keracunan sianida juga ditandai dengan sesak napas karena sianida mampu menghambat kemampuan sel untuk menggunakan oksigen, yang menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) di seluruh tubuh, termasuk otot-otot pernapasan.
6. Kejang atau Koma
Hipoksia atau kondisi kekurangan oksigen akibat sianida menyebabkan gangguan fungsi otak yang serius, sehingga dapat memicu kejang.
Jika kondisi ini semakin parah dan tidak segera ditangani, otak bisa mengalami kerusakan lebih lanjut, yang berdampak pada kehilangan kesadaran atau koma.
7. Kulit Berubah Pucat
Ketika aliran oksigen terhambat oleh sianida dan tidak dapat berfungsi dengan efektif, aliran darah yang mengandung oksigen pada kulit akan berkurang, menyebabkan kulit tampak pucat atau kebiruan.
8. Mual dan Muntah
Racun sianida ini dapat merangsang sistem saraf dan mengganggu saluran pencernaan, sehingga seseorang akan bereaksi seperti mual dan muntah sebagai respons tubuh untuk mengeluarkan racun.
Penyebab Keracunan Sianida
Sianida, seperti halnya karbon monoksida adalah penyebab sel kekurangan oksigen.
Sianida mengganggu proses pembentukan sumber energi dan oksigen dengan mengikat enzim cytochrome c oxidase dan memblokir rantai transpor elektron mitokondria dan fosforilasi oksidatif.
Proses ini mengganggu produksi oksigen dari proses metabolisme sehingga sel tubuh kekurangan oksigen dan dan membuat penurunan jumlah adenosine triphosphate (ATP) sebagai sumber energi untuk fungsi metabolisme tubuh.
Faktor Risiko Keracunan Sianida
Risiko keracunan sianida terutama terjadi jika menghirup asap kebakaran.
Sianida juga terbentuk sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan yang mengandung nitrogen (plastik, vinil, akrilik, nilon, neoprene, karet, isolasi) sehingga orang dengan paparan bahan ini memiliki risiko lebih tinggi.
Korban kebakaran yang mengalami keracunan karbon monoksida harus diasumsikan juga terkena kadar racun sianida juga karena sebagian besar bangunan modern mengandung bahan-bahan ini.
Sumber lain termasuk paparan di tempat kerja, pemberian natrium nitroprusside berkepanjangan, insektisida, pengerjaan logam, dan biji beberapa buah seperti aprikot.
Diagnosis Keracunan Sianida
Keracunan sianida sulit dinilai karena gejalanya tidak spesifik. Setiap korban kebakaran yang menghirup asap kebakaran harus diasumsikan mengalami keracunan sianida.
Laboratorium seperti hitung darah lengkap, elektrolit, pemeriksaan urine, skrining tox, pemeriksaan darah arteri, kadar karboksihemoglobin harus diperiksa.
Rontgen dada dan EKG juga harus menjadi bagian dari pemeriksaan awal.
Pengukuran kadar sianida di darah bisa dilakukan namun mungkin memerlukan beberapa hari, tergantung pada fasilitas laboratorium.
Pengobatan Keracunan Sianida
Pengobatan awal untuk pasien dengan keracunan sianida memerlukan penilaian yang cepat dan identifikasi rute paparan.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus diambil dalam pengobatan keracunan sianida:
1. Penilaian dan Identifikasi Paparan
Penilaian dan identifikasi paparan adalah langkah pertama dalam mengobati keracunan sianida, di mana tenaga medis cepat menentukan bagaimana seseorang terpapar, apakah melalui inhalasi (menghirup gas atau asap) atau konsumsi (menelan racun).
2. Evakuasi Pasien
Apabila keracunan sianida disebabkan oleh paparan melalui inhalasi, pasien harus segera dievakuasi dari area terkontaminasi dan pakaian yang terkena gas atau asap sianida harus dilepas untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut.
3. Penanganan Muntah
Jika pasien yang dicurigai terpapar sianida mengalami muntah, tenaga medis terlatih harus menangani mereka dengan menggunakan masker wajah, sarung tangan ganda, dan pelindung mata.
4. Pemberian Arang Aktif
Arang aktif dapat diberikan kepada pasien yang sadar dalam waktu satu jam setelah menelan racun, sebab arang ini membantu menyerap racun di dalam perut.
Meskipun tidak terlalu efektif untuk keracunan sianida, arang aktif bermanfaat jika pasien juga menelan jenis racun lain.
5. Terapi Oksigen dan Pengobatan Penunjang
Penting untuk melakukan terapi oksigen untuk meningkatkan pasokan oksigen pada tubuh pasien.
Sementara itu, perawatan tambahan seperti obat anti-kejang dan cairan infus akan membantu menjaga stabilitas kondisi pasien dan mempercepat pemulihan.
6. Pemberian Antidot
Pilihan antidot untuk keracunan sianida di antaranya adalah hydroxocobalamin, sodium nitrite, dan sodium thiosulfate. Ketiga zat ini dapat disuntikkan melalui pembuluh darah.
Hydroxocobalamin
Ini adalah obat pilihan di Eropa dan Australia dan telah disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA).
Hydroxocobalamin bekerja dengan mengikat sianida dan mengubahnya menjadi cyanocobalamin (vitamin B12), yang akan dibuang melalui ginjal.
Obat ini cepat bekerja, aman digunakan, dan tidak mengganggu penggunaan oksigen oleh sel.
Namun, perlu diketahui bahwa hydroxocobalamin dapat menyebabkan efek samping seperti tekanan darah tinggi sementara, gangguan pencernaan, hipertensi, dan urine menjadi anggur merah gelap, serta reaksi alergi yang jarang terjadi.
Sodium Nitrite dan Sodium Thiosulfate
Kedua zat ini biasanya digunakan bersama sebagai terapi kedua setelah hydroxocobalamin.
Sodium nitrite bekerja cepat, tetapi bisa berbahaya, sedangkan sodium thiosulfate lebih aman meskipun efeknya sedikit lebih lambat.
Sodium nitrite membantu mengikat sianida, sementara sodium thiosulfate menyediakan sulfur yang diperlukan untuk mengubah sianida menjadi thiocyanate, yang kemudian dikeluarkan melalui urine.
Akan tetapi, sodium nitrite tidak boleh digunakan pada pasien dengan inhalasi asap, kecuali kadar carboxyhemoglobin sangat rendah.
Sebab, zat tersebut bisa mengurangi kapasitas darah untuk mengangkut oksigen.
Komplikasi Keracunan Sianida
Keracunan sianida dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius yang berakibat fatal, mengganggu berbagai sistem tubuh.
Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
- Tekanan Darah dan Nadi Tidak Stabil: Sianida dapat mengganggu fungsi jantung dan pembuluh darah, menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan nadi yang tidak teratur, sehingga meningkatkan risiko hilangnya kesadaran.
- Edema Paru: Penumpukan cairan di dalam paru-paru atau edema paru karena racun sianida dapat menyebabkan sesak napas dan kesulitan bernapas.
- Gangguan Jantung dan Sistem Saraf: Keracunan sianida dapat mengganggu irama jantung, menyebabkan aritmia, cardiac arrest atau gagal jantung, dan mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf, termasuk kejang dan koma.
- Kematian: Jika tidak segera ditangani, keracunan sianida bisa berujung pada kematian dalam waktu singkat yang disebabkan oleh kerusakan organ yang parah dan kegagalan sistem vital.
Kesadaran akan komplikasi ini sangat penting agar dapat segera mencari penanganan medis yang cepat dan efektif sebelum terjadi dampak yang tidak diinginkan.
Pencegahan Keracunan Sianida
Pencegahan dan penanganan kebakaran lebih awal dapat mencegah terjadinya keracunan.
Pekerja yang menangani, menyimpan, menggunakan atau menghasilkan sianida harus dilatih untuk mengenali gejala keracunan sianida dan pertolongan pertama jika dicurigai terjadi keracunan sianida.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika terdapat kecurigaan telah terpapar sianida dan juga mengalami gejala yang mungkin terjadi karena keracunan sianida segera mendapatkan penanganan dari tenaga medis
Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala keracunan. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan.
Baca juga: Ini Alasan Keracunan Sianida Bisa Mematikan
Sebagai pertolongan pertama, coba hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Lebih mudah bicara dengan dokter melalui Video/Voice Call atau Chat.
Sampaikan gejala yang dialami dan dapatkan rekomendasi terbaik dari ahlinya. Ayo, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play!
Selain itu, kamu juga bisa melakukan tes pemeriksaan kesehatan di Home Lab Halodoc. Download Halodoc Sekarang Juga!