Impotensi
DAFTAR ISI
- Apa itu Impotensi?
- Penyebab Impotensi
- Gejala Impotensi
- Rekomendasi Produk Obat Impotensi
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Impotensi
- Diagnosis Impotensi
- Pengobatan Impotensi
- Komplikasi Impotensi
- Pencegahan Impotensi
Apa itu Impotensi?
Impotensi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi. Masalah ini memengaruhi kemampuan pria untuk melakukan hubungan seksual.
Impotensi merupakan kondisi yang sangat umum dan dapat terjadi pada semua usia.Masalah ini bisa bersifat sementara atau kronis dan dapat terjadi akibat masalah fisik, psikologis, atau gaya hidup.
Selain mengalami masalah ereksi, pengidap impotensi juga berisiko mengalami masalah lainnya. Contohnya seperti penurunan gairah seksual, hingga kesulitan mencapai klimaks saat berhubungan seksual.
Penyebab Impotensi
Gairah seksual pria adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah.
Disfungsi ereksi atau impotensi dapat terjadi karena adanya masalah dengan salah satu dari peran tersebut.
Selain itu, stres dan masalah kesehatan mental juga dapat menjadi penyebab atau memperburuk disfungsi ereksi. Secara umum, impotensi bisa terjadi karena masalah fisik dan psikologis.
Faktor Fisik
1. Proses penuaan
Impotensi atau disfungsi ereksi bisa menjadi bagian dari proses penuaan karena tubuh mengalami perubahan seiring bertambahnya usia.
Beberapa faktor penyebabnya, meliputi:
- Penurunan kadar hormon testosteron.
- Penumpukan plak dalam pembuluh darah.
- Mengalami gangguan saraf.
- Mengidap kondisi medis kronis, seperti diabetes atau hipertensi.
Semua ini itu memengaruhi kemampuan pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
Namun, tidak semua pria akan mengalami impotensi saat penuaan jika menerapkan pola hidup sehat.
2. Gaya hidup tidak sehat
Terdapat beberapa pola hidup yang dapat meningkatkan risiko impotensi, seperti:
- Penyalahgunaan narkoba dan alkohol, terutama jika pengidap merupakan pengguna narkoba jangka panjang atau peminum berat.
- Penggunaan tembakau yang dapat membatasi aliran darah yang menuju ke pembuluh darah dan arteri. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan kronis yang berujung pada disfungsi ereksi.
- Kelebihan berat badan, terutama jika mengalami obesitas.
Ketahui selengkapnya di sini: Bukan Cuma Rokok, Ini 9 Penyebab Impotensi di Usia Muda.
3. Faktor penyakit atau kondisi medis
Pada banyak kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh sesuatu yang bersifat fisik atau berasal dari tubuh.
Penyebab umumnya termasuk:
- Penyakit jantung.
- Pembuluh darah tersumbat (aterosklerosis).
- Kolesterol tinggi.
- Tekanan darah tinggi.
- Diabetes.
- Kegemukan.
- Sindrom metabolik, kondisi yang melibatkan peningkatan tekanan darah, kadar insulin, lemak tubuh di sekitar pinggang dan kolesterol tinggi.
- Penyakit Parkinson.
- Multiple sclerosis.
- Penggunaan obat resep tertentu.
- Menggunakan tembakau.
- Penyakit Peyronie, perkembangan jaringan parut di dalam penis.
- Pecandu alkohol dan bentuk penyalahgunaan zat lainnya.
- Gangguan tidur.
- Menjalani perawatan untuk kanker prostat atau pembesaran prostat.
- Operasi atau cedera yang memengaruhi area panggul atau sumsum tulang belakang.
Selain itu, impotensi juga bisa terjadi karena kadar hormon testosteron pada pria yang rendah.
5. Cedera
Cedera pada daerah panggul atau organ seksual dapat merusak saraf, pembuluh darah, atau jaringan ereksi.
Hal ini dapat mengganggu aliran darah atau sinyal saraf untuk mempertahankan ereksi.
6. Efek samping obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat meningkatkan risiko impotensi di masa depan, antara lain:
- Obat antihistamin.
- Obat tekanan darah tinggi.
- Golongan antidepresan.
- Obat untuk mengatasi masalah atau kondisi prostat.
Faktor psikologis
Sementara itu, penyebab terjadinya impotensi pada pria dari sisi psikologis, di antaranya:
- Depresi, stres, gangguan kecemasan berlebihan, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
- Masalah hubungan yang terjadi karena stres dan komunikasi yang buruk.
Mau tahu apa saja penyebab impotensi di usia muda? Baca selengkapnya di artike ini: “Bukan Cuma Rokok, Ini 9 Penyebab Impotensi di Usia Muda”.
Gejala Impotensi
Gejala impotensi dapat bervariasi pada setiap pria yang mengalaminya. Beberapa gejala umum dari kondisi ini di antaranya:
- Tidak bisa ereksi sama sekali.
- Mengalami ereksi, tetapi tidak sering.
- Mengalami kesulitan menjaga ereksi cukup lama untuk berhubungan seks.
- Kurangnya keinginan untuk berhubungan seks.
Catat, Ini Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Mengatasi Impotensi
Rekomendasi Obat untuk Mengatasi Impotensi
Jika kamu mengalami satu atau lebih gejala dari impotensi, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dan memberikan sejumlah rekomendasi obat impotensi untuk mengatasi gejala yang kamu alami.
Berikut ini beberapa rekomendasi obat impotensi yang bisa kamu gunakan berdasarkan resep dokter:
- Ericfil 50 mg Odf. Mengatasi gangguan fungsi seksual pada pria atau disfungsi ereksi. Di dalamnya mengandung sildenafil citrate, yakni zat yang bisa bantu meningkatkan aliran darah ke alat kelamin pria, sehingga bisa mempertahankan ereksi saat berhubungan seksual.
- Viagra 50 mg 1 Tablet. Membantu meningkatkan aliran darah dari dan menuju alat kelamin, sehingga nantinya penis bisa lebih maksimal saat melakukan hubungan intim.
- Sildenafil Citrate 50 mg 4 tablet. Bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah ke alat kelamin pria, sehingga nantinya ereksi bisa dipertahankan saat hubungan seksual berlangsung.
- Topgra 100 mg 1 Tablet. Mengandung sildenafil citrate 100 gram, yang bisa bantu memaksimalkan penis untuk ereksi saat hubungan seksual berlangsung. Topgra bisa diminum 1 jam sebelum kamu melakukan aktivitas seksual atau sesuai dengan kebutuhan.
- Viastar Blue 50 mg Odf. Viastar Blue mengandung sildenafil citrate, yang termasuk dalam golongan PDE-5 inhibitor. Sama seperti obat disfungsi ereksi pada umumnya, obat ini bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah ke alat kelamin pria, sehingga ereksi penis bisa lebih maksimal.
- Ericfil Tablet 100 mg. Obat ini mengandung sildenafil citrate. Untuk hasil yang efektif, kamu bisa gunakan Ericfil Tablet 1 jam sebelum beraktivitas seksual, dengan maksimal dosis 100 mg/hari.
- Cialis Tablet 10 mg. Terakhir ada CIalis Tablet 10 mg, yang bisa digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi pada pria. Tak hanya itu, obat ini juga bermanfaat untuk mengobati masalah pembesaran prostat jinak (BPH), serta hipertensi pada pembuluh darah arteri paru-paru. Obat ini bisa dibeli dengan harga mulai dari Rp203.400 per tablet.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Impotensi
Segera hubungi dokter di Halodoc apabila mengalami kondisi berikut:
- Memiliki kekhawatiran tentang ereksi atau mengalami masalah seksual lainnya seperti ejakulasi dini atau ejakulasi yang tertunda.
- Mengidap diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan lain yang diketahui dan mungkin terkait dengan impotensi yang dialami.
- Menunjukkan gejala lain ketika mengalami disfungsi ereksi atau impotensi.
Nah, berikut ini terdapat beberapa rekomendasi dokter yang bisa kamu hubungi di Halodoc jika mengalami kondisi di atas.
Mereka ini sudah memiliki pengalaman dan mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Joko Sulistyo Sp.And
- dr. Raynaldo Witjaksono Sp.And
- dr. Rossy Sintya Marthasari Sp.And
- dr. Dian Paramita Oktaviani S Sp.U, M.Ked.Klin
- dr. Ben Mantiri Sp.U
Itulah berbagai daftar dokter yang bisa kamu hubungi untuk mendapatkan saran penanganan impotensi.
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Selain itu, konsultasi di Halodoc juga aman dan privasi kamu pastinya akan terjaga.
Tunggu apa lagi? Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Impotensi
Pemeriksaan riwayat medis bertujuan untuk membantu mendiagnosis impotensi dan menentukan rencana pengobatan.
Jika kamu memiliki kondisi kesehatan kronis atau dokter menduga adanya keterlibatan dari kondisi medis tertentu, dokter akan merekomendasikan kamu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Adapun pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan yang mungkin terlibat, di antaranya:
- Pemeriksaan fisik. Ini termasuk pemeriksaan terhadap penis dan testis serta memeriksa saraf untuk memberikan sensasi dan memicu ereksi.
- Tes darah. Sampel darah akan dokter periksa di laboratorium untuk memeriksa tanda penyakit jantung, diabetes, kadar testosteron rendah, dan kondisi kesehatan lainnya.
- Tes urine. Tes urine juga berguna untuk mencari tanda-tanda diabetes dan kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.
- Ultrasonografi (USG). USG melibatkan alat seperti tongkat (transduser) yang dipegang di atas pembuluh darah yang memasok penis. Tes ini terkadang dilakukan bersama dengan suntikan obat ke dalam penis untuk merangsang aliran darah dan menghasilkan ereksi.
- Tes psikologi. Dokter akan mengajukan pertanyaan untuk menemukan adanya kemungkinan penyebab psikologis lain dari impotensi.
Pengobatan Impotensi
Hal pertama yang akan dilakukan dokter adalah memastikan pengidap mendapat perawatan yang tepat.
Ini termasuk perawatan untuk setiap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk impotensi.
Tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan kondisi medis yang mendasari, pengidap bisa memiliki berbagai opsi pengobatan.
Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemberian obat
Obat-obatan oral menjadi opsi pengobatan impotensi yang bekerja baik bagi banyak pria. Obat yang diberikan termasuk:
- Sildenafil.
- Tadalafil.
- Vardenafil.
- Avanafil.
Berikut beberapa pilihan obat impotensi:
- 5 Pilihan Obat untuk Mengatasi Impoten dan Memelihara Stamina Pria
- 7 Rekomendasi Obat Kuat Pria yang Aman dan Efektif
- Obat Kuat Pria Berbahan Herbal yang Tersedia di Apotek
- 5 Rekomendasi Obat Ejakulasi Dini Berbahan Herbal yang Aman dan Efektif
Obat-obatan tersebut dapat meningkatkan efek oksida nitrat, bahan kimia alami yang diproduksi tubuh yang melemaskan otot-otot di penis.
Ini akan meningkatkan aliran darah dan memungkinkan pengidap untuk ereksi sebagai respons terhadap rangsangan seksual.
Akan tetapi, mengonsumsi salah satu obat tersebut tidak akan secara otomatis membuat pengidap mengalami ereksi.
Sebab, tetap diperlukan stimulasi seksual terlebih dahulu, sehingga terjadi pelepasan oksida nitrat dari saraf penis.
Penggunaan obat akan memperkuat sinyal tersebut dan memungkinkan fungsi penis bekerja normal pada beberapa orang.
Obat disfungsi ereksi oral bukan afrodisiak, tidak akan menimbulkan gairah dan tidak diperlukan pada orang yang mendapatkan ereksi normal.
Dosis pemakaian, lama obat bekerja, dan efek samping dari setiap obat juga bervariasi. Kemungkinan efek samping termasuk hidung tersumbat, sakit kepala, perubahan visual, sakit punggung, dan sakit perut.
Dokter akan mempertimbangkan situasi khusus untuk menentukan obat mana yang paling berhasil.
Obat-obatan ini mungkin tidak segera mengobati impotensi. Ini berarti, pengidap perlu terus melakukan kontrol kesehatan sampai menemukan obat dan dosis yang tepat.
Sebelum mengonsumsi obat impotensi, termasuk suplemen yang dijual bebas dan obat herbal, pastikan untuk bertanya terlebih dulu dengan dokter. Sebab, obat untuk impotensi tidak menunjukkan efek yang sama pada semua orang.
Selain itu, obat juga bisa kurang efektif dalam kondisi tertentu, seperti setelah operasi prostat atau jika mengidap diabetes.
Beberapa obat bahkan bisa memicu efek samping berbahaya apabila dikonsumsi bersamaan dengan obat nitrat lainnya, memiliki riwayat penyakit jantung, gagal jantung, atau mengidap hipotensi.
Mau tahu lebih jauh mengenai cara mengatasi impotensi? Baca selengkapnya di artikel ini: “5 Pilihan Pengobatan yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Impotensi”.
2. Injeksi alprostadil
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan jarum halus untuk menyuntikkan alprostadil ke dasar atau samping penis.
Terkadang, obat yang umumnya digunakan untuk kondisi lain juga diresepkan untuk suntikan penis sendiri atau kombinasi.
Contohnya alprostadil dan phentolamine. Sering kali obat kombinasi ini dikenal sebagai bimix (kombinasi dua obat) atau trimix (kombinasi tiga obat).
Setiap suntikan diberi dosis untuk menciptakan ereksi yang berlangsung tidak lebih dari satu jam.
Oleh karena jarum yang digunakan sangat halus, maka rasa sakit yang muncul dari tempat suntikan biasanya ringan.
Efek samping dari terapi ini termasuk pendarahan ringan dari suntikan, ereksi berkepanjangan (priapisme), dan pembentukan jaringan fibrosa di tempat suntikan pada kondisi yang jarang terjadi.
3. Suppositoria uretra alprostadil
Terapi intrauretra alprostadil melibatkan penempatan suppositoria alprostadil kecil di dalam penis, tepatnya di uretra penis.
Pengidap akan menggunakan aplikator khusus untuk memasukkan supositoria ke dalam uretra penis.
Ereksi biasanya dimulai dalam 10 menit. Apabila obat bekerja dengan baik, ereksi bisa berlangsung antara 30 dan 60 menit.
Efek sampingnya bisa termasuk rasa terbakar di penis, pendarahan kecil di uretra dan pembentukan jaringan fibrosa di dalam penis.
4. Pengganti hormon testosteron
Beberapa pria mengalami impotensi yang diperumit oleh rendahnya kadar hormon testosteron.
Terkait dengan hal tersebut, terapi penggantian testosteron akan direkomendasikan sebagai langkah pertama atau diberikan dalam kombinasi dengan terapi lain.
5. Pompa penis
Pompa penis atau alat ereksi vakum adalah tabung berongga dengan pompa bertenaga manual atau baterai.
Tabung ditempatkan di atas penis, lalu pompa digunakan untuk menyedot udara di dalam tabung. Ini menciptakan ruang hampa yang menarik darah ke penis.
Setelah mendapatkan ereksi, pengidap akan menyelipkan cincin ketegangan di sekitar pangkal penis untuk menahan darah dan menjaganya agar tetap kuat.
\Selanjutnya, pengidap dapat melepas perangkat vakum.
Ereksi biasanya berlangsung cukup lama bagi pasangan untuk berhubungan seks.
Jangan lupa untuk melepas cincin ketegangan setelah berhubungan.
Memar pada penis adalah efek samping yang mungkin terjadi, dan ejakulasi yang terbatas. Selain itu, penis mungkin terasa dingin saat disentuh.
6. Implan penis
Perawatan ini melibatkan pembedahan dan menempatkan perangkat ke kedua sisi penis.
Implan terdiri dari batang yang dapat ditiup atau ditekuk. Perangkat tiup memungkinkan pengidap untuk mengontrol kapan dan berapa lama mengalami ereksi.
Sementara itu, batang lunak menjaga penis tetap kuat tetapi dapat ditekuk.
Implan penis biasanya tidak dianjurkan sampai metode lain telah dicoba terlebih dahulu. Implan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi pada pengidap yang telah mencoba dan gagal dalam terapi yang lebih konservatif.
Namun, tetap ada risiko komplikasi, seperti infeksi.
Selain itu, tindakan operasi implan penis tidak dianjurkan oleh dokter jika saat ini pengidap memiliki kondisi medis lainnya.
Misalnya sedang mengidap infeksi saluran kemih.
7. Olahraga
Olahraga terutama aktivitas aerobik sedang hingga berat diyakini dapat membantu mengatasi impotensi.
Bahkan, olahraga teratur dengan intensitas ringan dapat mengurangi risiko impotensi.
8. Konseling psikologi
Jika impotensi disebabkan oleh stres, kecemasan, depresi, atau kondisi tersebut menciptakan stres dan masalah hubungan dengan pasangan, dokter akan menyarankan agar pengidap mendapatkan konseling psikologis.
Ketahui pilihan pengobatan impotensi lainnya dalam artikel ini: 5 Pilihan Pengobatan yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Impotensi.
Komplikasi Impotensi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat impotensi, di antaranya:
1. Gangguan psikologis
Penelitian berjudul Stress management and erectile dysfunction: a pilot comparative study yang terbit pada Journal Andrologia menemukan, impotensi merupakan kelainan kompleks yang dapat memicu stres kronis.
Studi juga menerangkan bahwa stres tersebut bisa memperburuk gejala disfungsi ereksi atau impotensi yang sudah ada.
2. Masalah hubungan
Impotensi menciptakan ketegangan, kecemasan, dan ketidakpuasan dalam hubungan pasangan. Pasangan mungkin merasa ditolak atau merasa kurang diinginkan.
Kehilangan keintiman seksual juga dapat mengurangi kebersamaan dan komunikasi dalam hubungan. Hal ini pada gilirannya dapat mengganggu kualitas hubungan itu sendiri.
3. Penurunan kepercayaan diri
Kesulitan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi dapat mengurangi kepercayaan diri dan harga diri pria.
Hal ini menimbulkan meragukan pada diri sendiri dalam kemampuannya untuk memuaskan pasangan.
4. Gangguan emosional
Impotensi memicu perasaan seperti malu, marah, frustasi, dan cemas pada pria yang mengalaminya.
Semua emosi tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan emosionalnya secara keseluruhan.
5. Isolasi sosial
Pengidap mungkin merasa malu atau rendah diri. Hal ini dapat membuat mereka cenderung menjauh dari aktivitas sosial dan hubungan intim, yang pada gilirannya bisa mengakibatkan isolasi sosial.
Pencegahan Impotensi
Cara terbaik untuk mencegah impotensi adalah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengelola setiap kondisi kesehatan yang ada. Sebagai contohnya:
- Mengelola diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
- Melakukan pemeriksaan rutin dan tes skrining medis.
- Berhenti merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
- Berolahraga secara teratur.
- Sebisa mungkin menghindari atau mengatasi stres maupun kondisi mental lain yang sedang dialami.
- Mendapatkan bantuan profesional untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
- Jangan terlalu lama duduk, berdiri atau bergerak secara teratur.
- Batasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tinggi garam.
- Periksa dan kendalikan kadar kolesterol dalam tubuh.
- Terapkan diet sehat dengan konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat.
- Menjaga kesehatan mental dengan konseling atau dukungan psikologis jika diperlukan.
Intip tips mencegah impotensi lainnya dengan klik artikel ini: Bugar di Ranjang, Ini 4 Cara Mencegah Impotensi.
Diperbarui pada 14 Agustus 2024.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Erectile dysfunction.
WebMD. Diakses pada 2024. Erectile Dysfunction.
Medical News Today. Diakses pada 2024. The causes of impotence and how to treat them.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan