Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia endometrium adalah kondisi penebalan pada lapisan rahim (endometrium) karena memiliki terlalu banyak sel (hiperplasia). Kondisi ini bukanlah kanker, tetapi bisa jadi meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
Penyebab Hiperplasia Endometrium
Penyebab hiperplasia endometrium adalah produksi estrogen yang meningkat dan tidak dibarengi dengan progesteron. Hormon estrogen memainkan peran penting dalam menstruasi dan kehamilan. Selama ovulasi, estrogen mengentalkan endometrium, sedangkan progesteron mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
Jika pembuahan tidak terjadi, kadar progesteron menurun. Penurunan progesteron memicu rahim untuk melepaskan lapisannya sebagai periode menstruasi. Wanita yang mengalami hiperplasia endometrium menghasilkan sedikit progesteron sehingga rahim tidak melepaskan lapisan endometrium. Akibatnya lapisan rahim terus tumbuh dan menebal.
Selain itu, obesitas juga berkontribusi pada peningkatan kadar estrogen. Jaringan adiposa (penyimpanan lemak di perut dan tubuh) dapat mengubah hormon penghasil lemak menjadi estrogen. Situasi ini dapat menyebabkan obesitas berkontribusi pada peningkatan kadar estrogen sehingga meningkatkan risiko hiperplasia endometrium.
Faktor Risiko Hiperplasia Endometrium
Beberapa faktor tertentu dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium, diantaranya adalah:
1. Usia lebih dari 40 tahun
Hiperplasia endometrium jarang terjadi pada wanita di bawah 40 tahun. Mungkin ini ada kaitannya dengan tingkat kesuburan dan usia biologis wanita.
2. Belum pernah hamil
Kehamilan dapat membawa pada keseimbangan hormon progesteron, sehingga dapat menurunkan risiko hiperplasia endometrium.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko hiperplasia endometrium, sebab obesitas dapat memicu perubahan hormon. Jaringan lemak dapat mengubah beberapa hormon lain (disebut androgen) menjadi estrogen. Memiliki lebih banyak jaringan lemak dapat meningkatkan kadar estrogen wanita, yang meningkatkan risiko hiperplasia endometrium.
4. Riwayat penyakit tertentu
Beberapa penyakit seperti diabetes melitus, sindrom ovarium polikistik, penyakit kandung empedu, atau penyakit tiroid dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium. Ini dikarenakan penyakit yang disebutkan tadi dapat memicu ketidakseimbangan hormon.
5. Menstruasi di usia muda
Menstruasi yang terlalu dini juga bisa meningkatkan risiko hiperplasia endometrium. Idealnya menstruasi dikatakan normal dimulai pada rentang usia 10 – 15 tahun. Bila menstruasi dimulai di bawah 10 tahun, bisa dikatakan menstruasi dini.
Menstruasi dini ini bisa menempatkan seseorang pada kondisi hiperplasia endometrium, karena faktor hormonal dan juga menopause yang datang lebih awal buat wanita yang menstruasinya juga dimulai lebih dini.
6. Genetik
Kanker endometrium dapat diturunkan dalam keluarga. Sebab kanker endometrium memiliki korelasi dengan hiperplasia endometrium, fakta ini bisa memungkinkan risiko hiperplasia endometrium dapat terjadi karena kondisi genetik.
Gejala Hiperplasia Endometrium
Wanita dengan hiperplasia endometrium mungkin mengalami gejala sebagai berikut:
- Menstruasi yang tidak normal, seperti siklus menstruasi yang pendek, periode yang sangat panjang, atau periode yang terlewat.
- Perdarahan menstruasi yang banyak.
- Pendarahan setelah menopause (saat menstruasi berhenti).
Jenis Hiperplasia Endometrium
Pada wanita dengan hiperplasia endometrium, sel-sel yang menumpuk di lapisan rahim menjadi tidak normal dan seiring waktu dapat menjadi kanker. Untuk alasan ini, wanita dengan menstruasi berat dan gejala hiperplasia endometrium perlu menemui dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Kondisi hiperplasia endometrium bisa dibedakan berdasarkan jenis perubahan sel pada lapisan rahim. Ada tiga kategori hiperplasia endometrium, yaitu:
- Hiperplasia endometrium jinak, perubahan sel pada lapisan yang bukan kanker.
- Endometrial intraepithelial neoplasia (EIN), perubahan prakanker pada lapisan.
- Adenokarsinoma endometrium, perubahan kanker pada dinding bagian dalam uterus (rahim).
Diagnosis Hiperplasia Endometrium
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan abnormal. Untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan gejala, perlu dilakukan beberapa tes, seperti:
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi transvaginal menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar rahim. Gambar dapat menunjukkan jika lapisannya tebal.
2. Biopsi
Biopsi endometrium dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari lapisan rahim. Ahli patologi akan mengidentifikasi sampel, untuk menegakkan diagnosis.
3. Histeroskopi
Dokter akan melakukan pemeriksaan ataupun tes menggunakan alat tipis dengan penerangan yang disebut histeroskop. Alat ini untuk memeriksa serviks dan melihat ke dalam rahim. Prosedur ini dapat dilakukan bersamaan dengan tes lainnya.
Pengobatan Hiperplasia Endometrium
Pengobatan hiperplasia endometrium dapat dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari histerektomi untuk mengangkat rahim. Selain histerektomi, ada penanganan lain yang bisa dilakukan yaitu terapi progesteron oral (megace, norethindrone, medroxyprogesterone), penggunaan alat kontrasepsi hormonal progesteron, dan injeksi (Depo-Provera®).
Komplikasi Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia endometrium dapat menyebabkan perdarahan abnormal dan berat yang dapat membuat pengidapnya mengalami anemia. Anemia berkembang ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang kaya zat besi. Selain itu, komplikasi lain dari hiperplasia endometrium yang tidak diobati adalah kanker endometrium atau rahim.
Pencegahan Hiperplasia Endometrium
Langkah-langkah tertentu dapat mengurangi peluang untuk mengembangkan hiperplasia endometrium, seperti:
1. Menggunakan progesteron bersama dengan estrogen setelah menopause
Menopause dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memicu hiperplasia endometrium.
2. Minum pil KB
Pil KB dapat membantu endometriosis dengan cara mengurangi produksi hormon yang mengatur ovulasi dan menstruasi. Ini dapat membantu mengendalikan gejala dengan hiperplasia endometrium serta mengurangi pertumbuhan jaringan seperti endometrium di luar rahim.
3. Menerapkan gaya hidup sehat
Ini mencakup berhenti merokok, mengonsumsi makan makanan sehat bergizi seimbang, dan menjaga berat badan ideal. Ketiga hal ini dapat menjaga keseimbangan hormon sehingga menurunkan risiko hiperplasia endometrium dan penyakit lainnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu perlu segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut:
- Perdarahan berat atau abnormal.
- Pendarahan vagina setelah menopause.
- Kram yang menyakitkan (dismenore).
- Buang air kecil yang menyakitkan (disuria).
- Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia).
- Nyeri panggul.
- Keputihan yang tidak biasa.
- Sering melewatkan periode menstruasi.
Jika kamu mengalami masalah kesehatan terkait reproduksi, segera buat janji pemeriksaan ke dokter dan lakukan janji medis lewat aplikasi Halodoc ya! Yuk, download Halodoc untuk mendapatkan kemudahan akses informasi dan janji temu profesional medis.
Referensi:
Baishideng Publishing Group. Diakses pada 2023. Atypical endometrial hyperplasia in a 35-year-old woman: A case report and literature review.
American Cancer Society. Diakses pada 2023. Endometrial Cancer Risk Factors.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Endometrial Hyperplasia.
The American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses pada 2023. Endometrial Hyperplasia.
American Cancer Society. Diakses pada 2023. Endometrial Cancer Risk Factors.
Yale Medicine. Diakses pada 2023. Endometrial Hyperplasia.Very Well Health. Diakses pada 2023. An Overview of Endometrial Hyperplasia.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan