Gangguan Testosteron
DAFTAR ISI
- Apa Itu Gangguan Testosteron?
- Penyebab Gangguan Testosteron
- Faktor Risiko Gangguan Testosteron
- Gejala Gangguan Testosteron
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gangguan Testosteron
- Diagnosis Gangguan Testosteron
- Penanganan Gangguan Testosteron
- Pencegahan Gangguan Testosteron
Apa Itu Gangguan Testosteron?
Gangguan testosteron adalah kondisi ketika kadar atau jumlah hormon testosteron mengalami gangguan, baik mengalami penurunan maupun peningkatan.
Testosteron sendiri adalah hormon yang diproduksi di kelenjar adrenal dan fungsinya meliputi kinerja anabolik steroid, pengaturan libido, energi, sistem kekebalan tubuh, dan perlindungan terhadap osteoporosis.
Selain itu, hormon ini juga berfungsi untuk menjaga tubuh dalam hal mempertahankan protein dan pertumbuhan otot, tulang, serta kulit.
Perlu diketahui, kadar testosteron yang normal untuk pria harus berkisar antara 300 dan 1000 nanogram per desiliter darah. Kondisi kurangnya testosteron atau sindrom defisiensi testosteron (hipogonadisme) biasanya lebih sering terjadi daripada kelebihan testosteron.
Tidak hanya pria, wanita juga memiliki hormon testosteron. Pada wanita, hormon testosteron harus berkisar antara 15 sampai 70 nanogram per desiliter.
Tingginya kadar testosteron merupakan gangguan testosteron yang lebih sering terjadi pada wanita, dan itu bisa menjadi tanda sindrom ovarium polikistik (PCOS), di mana kista tumbuh di ovarium.
Penyebab Gangguan Testosteron
Penyebab utama gangguan testosteron adalah penyakit hipogonadisme.
Meskipun memiliki berbagai macam penyebab lain, gangguan testosteron paling sering diakibatkan oleh penyakit hipogonadisme tersebut.
Penyakit ini terbagi menjadi dua kategori, antara lain:
- Hipogonadisme primer. Disebabkan oleh testis yang kurang aktif akibat faktor genetik, trauma atau kondisi medis tertentu. Misalnya testis tidak turun, sindrom Klinefelter, hemokromatosis, cedera testis, gondok pada testis (orchitis), serta dampak pengobatan kanker (kemoterapi atau radiasi) yang bisa merusak testis.
- Hipogonadisme sekunder. Kondisi ini terjadi akibat rusaknya kelenjar pituitari atau hipotalamus, yakni bagian otak yang berperan dalam mengendalikan produksi hormon pada testis. Penyebab lainnya adalah pertambahan usia, obesitas, stres jangka panjang (seperti stres akibat penyakit atau pasca operasi), dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Gangguan testosteron juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan tiroid, kelenjar pituitary, diabetes tipe 2, efek samping obat, dan genetik.
Semua hormon anabolik dipakai untuk terapi substitusi androgen dan dapat menimbulkan maskulinisasi, jika dosis dan pengobatan cukup lama dilakukan.
Faktor Risiko Gangguan Testosteron
Risiko terjadinya gangguan pada produksi hormon testosteron dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Faktor usia.
- Penyakit hipogonadisme.
- Adanya luka atau cedera pada testis.
- Seseorang mengidap HIV/AIDS.
- Sindrom klinefelter.
- Hemokromatosis.
- Pernah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
- Gangguan tidur sleep apnea yang tidak diberi penanganan.
Gejala Gangguan Testosteron
Pria yang mengalami gangguan pada hormon testosteron akan merasakan bermacam gejala.
Gangguan testosteron sendiri dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan kadar hormon testosteron yang tidak normal.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang timbul dari gangguan testosteron akibat penurunan kadar hormon testosteron, antara lain:
- Kehilangan kekuatan tubuh.
- Gangguan ereksi.
- Penurunan libido dan kehilangan gairah seksual.
- Massa otot tubuh berkurang.
- Sering mengantuk setelah makan.
- Sering merasa lesu dan letih.
- Rambut-rambut di tubuh mulai rontok (tak hanya di kepala).
- Lingkar pinggang semakin bertambah.
Selain penurunan jumlah atau kadar hormon testosteron dalam tubuh, peningkatan jumlah hormon testosteron juga bisa menyebabkan gangguan pada testosteron.
Kelebihan kadar testosteron dalam tubuh bisa memicu pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun.
Kondisi tersebut jarang terjadi, tapi sering memengaruhi pria yang lebih muda.
Namun, pada wanita, kadar testosteron yang tinggi bisa menyebabkan pola kebotakan pria, suara yang dalam dan menstruasi yang tidak teratur, serta gejala berikut:
- Pertumbuhan dan pembengkakan klitoris.
- Perubahan bentuk tubuh.
- Ukuran payudara mengecil.
- Kulit berminyak
- Jerawat.
- Pertumbuhan rambut di wajah, di sekitar tubuh, bibir, dan dagu.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gangguan Testosteron
Gangguan testosteron nyatanya tidak boleh disepelekan karena ini bisa menyebabkan masalah yang serius.
Maka dari itu, penting untuk segera menghubungi dokter di Halodoc jika kamu atau pasangan mengalaminya.
Nah, berikut beberapa dokter spesialis yang sudah berpengalaman yang bisa kamu hubungi untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
Dengan menggunakan Halodoc, kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja karena dokter tersedia selama 24 jam.
Apabila dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Jangan khawatir, privasi kamu juga pasti aman dan terjaga di Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Gangguan Testosteron
Pemeriksaan utama terhadap gangguan testosteron dilakukan melalui pemeriksaan fisik dengan melihat kondisi rambut kemaluan, massa otot, dan juga ukuran testis.
Selain itu, tingkat testosteron dalam darah juga akan dilakukan melalui pemeriksaan darah.
Pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan oleh dokter jika hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukan kadar testosteron yang lemah pada tubuh.
Hal ini bertujuan untuk mencari tahu apakah gangguan testosteron tersebut bisa terjadi karena gangguan pada testis atau disebabkan oleh pituitary gland (kelenjar di bawah otak) memiliki bentuk yang abnormal.
Pemeriksaan tersebut akan melibatkan pemeriksaan terhadap beberapa aspek, antara lain:
- Pemeriksaan hormon pada tubuh.
- Pemeriksaan terhadap cairan semen pada tubuh pengidap.
- Pencitraan terhadap kelenjar bawah otak (pituitary imaging)
- Pemeriksaan faktor genetik dan juga riwayat keluarga.
- Biopsi pada testis.
Penanganan Gangguan Testosteron
Untuk gangguan testosteron berupa defisiensi testosteron, pengobatan yang biasanya adalah terapi penggantian testosteron yang tersedia dalam bentuk gel topikal, injeksi , dan tempelan di bawah kulit.
Terapi ini bisa membantu meningkatkan kadar testosteron rendah.
Sementara itu, pil KB bisa digunakan untuk membantu mengurangi kadar testosteron yang tinggi dan mengontrol gejala lain yang terkait dengan gangguan testosteron tersebut, seperti menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, gaya hidup sehat juga bisa membantu produksi testosteron yang seimbang.
Gaya hidup sehat untuk mengatasi gangguan testosteron, antara lain:
- Makan makanan bergizi seimbang.
- Berolahraga secara teratur.
- Tidur yang berkualitas minimal tujuh jam setiap malam.
- Dapatkan vitamin D, baik melalui sinar matahari atau suplemen.
- Menjaga berat badan sehat.
- Mengurangi stres.
Pencegahan Gangguan Testosteron
Pencegahan terhadap gangguan hormon testosteron bisa dilakukan dengan berbagai langkah, antara lain:
- Menjalani kebiasaan hidup sehat seperti rutin olahraga.
- Membatasi atau menghindari konsumsi alkohol.
- Menjalani pola makan yang sehat dan bergizi.
- Mengurangi atau sama sekali tidak merokok, karena rokok menyebabkan kadar testosteron dalam tubuh menurun.
- Menjaga waktu tidur dan istirahat, karena kelelahan juga dapat menjadi penyebab gangguan hormon testosteron.
- Hindari stres dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan dan produktif.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila kamu mengalami gejala gangguan testosteron yang mengganggu aktivitas kamu sehari-hari, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kamu juga bisa tanya dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Download Halodoc sekarang juga untuk memudahkan kamu mendapatkan solusi kesehatan terlengkap.