Gangguan Makan
DAFTAR ISI
- Apa Itu Gangguan Makan?
- Apa Penyebab Gangguan Makan?
- Faktor Risiko Gangguan Makan
- Gejala Gangguan Makan
- Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengidap Gangguan Makan
- Diagnosis Gangguan Makan
- Pengobatan Gangguan Makan
- Komplikasi Gangguan Makan
- Pencegahan Gangguan Makan
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Gangguan Makan?
Gangguan makan adalah sikap yang berbeda terhadap makanan yang menyebabkan seseorang mengubah perilaku dan kebiasaan makannya.
Hal ini dapat menjadi kondisi serius yang berdampak negatif bagi kesehatan, emosi, dan kemampuan seseorang dalam berbagai area kehidupan yang penting.
Meskipun namanya gangguan makan atau eating disorder, tapi gangguan ini sebenarnya lebih dari sekadar makanan.
Gangguan makan adalah kondisi kesehatan mental yang kompleks dan sering kali membutuhkan intervensi dari ahli medis dan psikologis untuk mengubah arah mereka.
Gangguan ini tercatat dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental American Psychiatric Association, edisi kelima (DSM-5).
Apa Penyebab Gangguan Makan?
Hingga kini, belum pasti apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami eating disorder.
Meski begitu, tidak berbeda dengan masalah kesehatan mental lainnya, gangguan ini juga bisa muncul karena gabungan dari banyak faktor, seperti:
- Genetik. Beberapa kondisi masalah makan muncul pada orang-orang dengan kondisi genetik tertentu yang bisa menjadi pemicu masalah makan.
- Biologis. Adanya perubahan zat kimia pada otak juga memiliki peran dalam menyebabkan masalah makan.
- Keturunan. Masalah makan juga kerap terjadi pada orang-orang dengan orang tua atau kerabat yang memiliki riwayat serupa.
- Psikologis. Menariknya, masalah makan lebih berisiko terjadi pada pengidap depresi, obsessive compulsive disorder, dan gangguan kecemasan.
- Tekanan masyarakat. Kesuksesan sering dihubungkan dengan tubuh ramping. Tekanan dan pandangan orang lain dalam media sosial juga dapat menjadi dorongan seseorang untuk berusaha keras memiliki tubuh ramping.
Kamu bisa baca artikel Bagaimana Media Sosial Sebabkan Gangguan Makan? untuk mengetahui peran besar media sosial terhadap masalah tersebut.
Faktor Risiko Gangguan Makan
Eating disorder bisa terjadi pada semua orang. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan mental ini, yaitu:
- Usia. Remaja putri atau wanita muda mulai usia 20-an cenderung lebih banyak mengidap gangguan ini daripada pria. Alasannya bisa kamu baca dari artikel Alasan Gangguan Makan Lebih Sering Terjadi pada Wanita.
- Profesi. Atlet, aktor, dan model juga berisiko tinggi mengalami eating disorder karena adanya tuntutan untuk menurunkan berat badan oleh pekerjaan.
- Gangguan psikologi. Seseorang dengan gangguan psikologi, seperti depresi, stres, dan perasaan cemas atau sikap kompulsif-obsesif cenderung mengidap eating disorder.
- Diet yang tidak wajar. Seseorang yang melakukan diet secara berlebihan cenderung dapat mengalami eating disorder.
Rasa trauma juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan.
Terlebih untuk anak yang mendapatkan perlakuan makan yang tidak menyenangkan.
Gejala Gangguan Makan
Gejala yang muncul pada seseorang dengan gangguan makan tidak sama, bergantung pada jenis masalah makan yang mereka alami.
Berikut ini jenis gangguan makan dan gejalanya:
1. Gangguan makan berlebihan
Saat mengidap gangguan ini, seseorang biasanya makan dalam jumlah banyak, lalu merasa kehilangan kendali dengan pola makannya.
Pengidap akan makan lebih cepat dan banyak saat tidak lapar dan melanjutkannya, meskipun sudah kenyang.
Seperti halnya bulimia, pengidap akan merasa jijik pada dirinya sendiri dan malu atas perilakunya, tetapi tidak berusaha untuk berolahraga atau memuntahkan makanannya.
Pengidap cenderung makan sendirian agar orang lain tidak mengetahui apa yang sedang dialami.
Beberapa pakar beranggapan bahwa gangguan makan berlebihan atau binge eating disorder juga ada hubungannya dengan gangguan kepribadian ambang.
2. Anoreksia nervosa
Gangguan ini muncul dengan ciri khas berat badan rendah yang tidak normal, merasa sangat takut jika berat badan bertambah dan memiliki persepsi yang salah tentang berat badan atau bentuk tubuh dirinya.
Pengidap anoreksia nervosa akan berupaya keras menjaga asupan makanan untuk menjaga berat dan bentuk tubuhnya, sehingga terkadang dapat meninggal karena kelaparan.
Gejala anoreksia lainnya dapat berupa tubuh kurus, insomnia, kelelahan yang berlebihan, pusing, kuku berwarna biru, kuku dan rambut rapuh, sembelit, kulit kering, dan detak jantung tidak teratur.
3. Bulimia nervosa atau bulimia
Saat mengidap bulimia, seseorang mengalami kehilangan kendali ketika makan, sehingga akan mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara berulang kali dan mengeluarkannya kembali (eating and purging).
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kalori yang berlebih karena merasa bersalah, malu, dan takut mengalami kenaikan berat badan berlebih.
Caranya biasanya dengan memaksa diri untuk muntah dan berolahraga terlalu keras.
Gejala bulimia lainnya adalah penggunaan suplemen penurunan berat badan secara ekstrem, penggunaan pencahar, dan mengonsumsi obat diuretik atau enema secara teratur.
Selain itu, pengidap bulimia juga cenderung menilai kekurangan dalam dirinya dengan terlalu keras, meski sebenarnya berat badannya normal atau sedikit berlebih.
Banyak pengidap bulimia juga membatasi makan ketika siang hari, sehingga meningkatkan jumlah makanan pada malam hari untuk memuntahkannya kembali.
4. Gangguan asupan makan avoidant/restriktif (ARFID)
Gangguan asupan makan avoidant atau restriktif sebelumnya disebut gangguan makan selektif.
Kondisi ini terjadi ketika seseorang membatasi jumlah atau jenis makanan yang dikonsumsi.
Berbeda dari anoreksia nervosa, orang dengan ARFID tidak memiliki citra tubuh yang terdistorsi atau ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan.
Gangguan makan ini paling sering terjadi pada masa kanak-kanak usia pertengahan.
Banyak anak mengalami fase pilih-pilih makanan, tapi anak dengan gangguan makan ARFID tidak mengonsumsi cukup kalori untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sementara itu, orang dewasa yang mengidap gangguan ini tidak makan cukup kalori untuk mempertahankan fungsi dasar tubuh.
Adapun gejala gangguan asupan makan avoidant atau restriktif bisa berupa:
- Pembatasan terhadap jenis atau jumlah makanan yang pengidapnya konsumsi.
- Kurang minat pada makanan.
- Penurunan berat badan yang dramatis.
- Sakit perut atau masalah pencernaan lainnya.
Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengidap Gangguan Makan
Jika kamu atau orang terdekat memiliki tanda-tanda gangguan makan, segera hubungi dokter di Halodoc.
Mereka bisa memberikan saran dan tindakan yang tepat untuk menangani kondisi ini.
Berikut beberapa dokter jiwa, psikolog, dan dokter gizi berpengalaman yang bisa kamu hubungi.
Mereka telah mendapatkan penilaian baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani
Psikolog:
Psikiater:
Dokter Spesialis Gizi Klinik:
Tak perlu khawatir jika dokter atau psikolog sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis Gangguan Makan
Dokter mendiagnosis gangguan makan berdasarkan tanda, gejala, dan kebiasaan makan seseorang.
Jika mencurigai pengidap mengalami gangguan makan, dokter akan merekomendasikan untuk melakukan beberapa tes oleh dokter dan psikolog/psikiater untuk menentukan keberadaan gangguan tersebut.
Adapun jenis pemeriksaan ini termasuk:
- Cek fisik menyeluruh, seperti tinggi, berat badan, dan tanda-tanda vital yang lain, termasuk detak jantung, tekanan darah, denyut nadi dan kondisi perut.
- Pemeriksaan sinar-X dan elektrokardiogram untuk memeriksa tulang patah, detak jantung yang tidak teratur, atau tanda-tanda pembusukan pada gigi yang menjadi ciri anoreksia atau bulimia.
- Pemeriksaan psikologi oleh psikolog atau psikiater untuk mengetahui sikap pengidap terhadap makanan, cara makan, dan pandangan diri terhadap tubuhnya. Ketika menjalani pemeriksaan ini, sebaiknya berikan jawaban yang jujur, sehingga dokter dapat menentukan pengobatan yang tepat.
- Pemeriksaan darah dan urine untuk memeriksa darah seluruhnya, fungsi hati, ginjal, dan tiroid.
Dokter juga menggunakan kriteria diagnostik dari panduan klasifikasi gangguan mental, seperti Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) atau International Classification of Diseases (ICD), untuk menentukan apakah gejalanya sesuai dengan gangguan makan tertentu.
Pengobatan Gangguan Makan
Penanganan gangguan makan memerlukan keterlibatan banyak pihak. Mulai dari dokter, ahli kesehatan jiwa, dan ahli gizi.
Tujuan dari pengobatan ini yang paling utama adalah membantu pengidap kembali dapat menjalani pola makan yang sesuai dan sehat.
Adapun pilihan penanganan yang menjadi rekomendasi yaitu:
1. Psikoterapi
Psikoterapi bertujuan untuk membantu pengidap supaya bisa mengubah pola dan kebiasaan makan yang kurang baik menjadi lebih sehat.
Dokter merekomendasikan dua bentuk terapi, yaitu:
- Terapi perilaku kognitif. Bertujuan untuk mengetahui, memahami, kemudian mengubah tingkah laku, terutama yang ada hubungannya dengan pola makan.
- Terapi berbasis keluarga. Terapi untuk anak atau usia remaja yang turut melibatkan anggota keluarga. Pengobatan ini bertujuan untuk memastikan apakah pengidap telah mengikuti pola makan sehat dan bisa menjaga berat badan tetap ideal.
2. Obat
Perlu kamu ketahui bahwa tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan masalah makan sepenuhnya.
Meski begitu, dokter biasanya akan meresepkan obat anticemas atau antidepresan.
Obat tersebut bisa membantu mengontrol keinginan makan secara berlebih maupun mencegah pengidap memuntahkan makanan.
Selain itu, obat tersebut juga bisa membantu mengatasi rasa cemas yang berlebihan terhadap pola makan atau jenis makanan tertentu.
3. Berdiskusi dengan ahli gizi
Berdiskusi dengan ahli gizi bisa membantu pengidap untuk mendapatkan pola makan yang sesuai.
Tak hanya itu, ahli gizi juga dapat membantu memberikan jenis dan cara mengolah makanan yang sesuai.
Sementara itu, untuk pengidap gangguan makan yang mengalami kekurangan nutrisi atau malnutrisi, dokter dan ahli gizi bisa merekomendasikan perawatan intensif di rumah sakit.
Komplikasi Gangguan Makan
Gangguan makan bisa berujung pada banyak komplikasi kesehatan.
Semakin parah dan lama masalah makan yang terjadi, tentu semakin besar risiko munculnya komplikasi.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain:
- Terhambatnya pertumbuhan tubuh.
- Gangguan psikologi, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan niat untuk melakukan bunuh diri.
- Masalah kesehatan yang serius, termasuk gangguan pencernaan seperti GERD, dehidrasi berat, stroke, dan sembelit.
- Penurunan prestasi di sekolah atau penurunan kualitas kerja.
- Gangguan pada fungsi organ dan kerusakan otak.
- Berhentinya menstruasi pada wanita, bahkan risiko kemandulan.
- Rusaknya hubungan sosial.
- Kematian.
Pencegahan Gangguan Makan
Tidak ada cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan ini.
Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa membantu memunculkan perilaku makan yang baik dan sehat, terutama untuk remaja, seperti:
- Menerapkan pola pemikiran yang sehat dalam hal berat badan, bentuk tubuh, dan berat badan.
- Menghilangkan pola pikir bahwa bentuk tubuh dan berat badan menjadi penentu rasa bahagia dan sukses.
- Pahami bahwa diet yang berlebihan adalah hal yang tidak sehat dan bisa memicu banyak masalah kesehatan, baik fisik maupun kejiwaan.
- Konsumsi makanan sehat dengan asupan gizi seimbang.
- Rutin olahraga.
Sementara itu, bagi orang tua, berikut beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi risiko munculnya masalah makan pada anak:
- Terapkan makan bersama dengan keluarga. Berikan pemahaman bahwa pola makan sehat dan seimbang adalah hal penting, termasuk porsi makan yang wajar.
- Luangkan waktu untuk berkomunikasi pada anak bahwa masalah makan adalah hal yang berbahaya dan tidak sehat.
- Tumbuhkan rasa percaya diri pada diri anak. Berikan pujian untuk penampilan mereka dan hindari memberikan komentar negatif meski hanya berniat bercanda.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan ke psikolog atau psikiater apabila kamu atau anak menunjukkan gejala gangguan makan.
Sebab, mengatasi masalah kesehatan mental ini terbilang sulit tanpa bantuan dari tenaga ahli.
Seseorang yang mengalami kondisi ini bahkan kerap kali beranggapan bahwa dirinya tidak perlu bantuan.
Jadi, perhatikan jika ada kebiasaan atau perilaku yang janggal, seperti:
- Mengonsumsi makanan secara berlebihan.
- Merasa cemas jika mengalami kenaikan berat badan dan menjadi gemuk.
- Mengonsumsi suplemen maupun obat pencahar guna menurunkan berat badan.
- Kerap menghindari makan dengan teman atau keluarga.
Penanganan dini bisa membantu pengidapnya sembuh dari gangguan makan sehingga bisa menjalani aktivitas makan seperti biasa.
Klik gambar di bawah ini untuk konsultasi dengan ahlinya di Halodoc.✔️