Gangguan Kepribadian
DAFTAR ISI
- Apa Itu Gangguan Kepribadian?
- Penyebab Gangguan Kepribadian
- Faktor Risiko Gangguan Kepribadian
- Gejala Gangguan Kepribadian
- Diagnosis Gangguan Kepribadian
- Pengobatan Gangguan Kepribadian
- Komplikasi Gangguan Kepribadian
- Pencegahan Gangguan Kepribadian
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Gangguan Kepribadian?
Gangguan kepribadian adalah keadaan saat seseorang menunjukkan perilaku dan cara berpikir yang tidak sehat.
Kondisi dengan istilah medis personality disorder ini akan menunjukkan sikap dan tindakan yang berbeda dari apa yang masyarakat anggap sebagai hal yang normal.
Hal ini akan membuat pengidapnya mengalami keterbatasan yang cukup signifikan dalam pekerjaan, sosialisasi dengan orang lain, hingga hubungan dengan lawan jenis.
Selain itu, pengidap juga biasanya memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang buruk.
Penyebab Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian umumnya bermula ketika usia remaja atau memasuki usia dewasa.
Ada sejumlah faktor yang bisa memicunya, contohnya yaitu:
1. Genetik
Penelitian telah menunjukkan adanya komponen genetik dalam perkembangan gangguan kepribadian.
Jika ada riwayat gangguan kepribadian dalam keluarga, risiko kemungkinan akan meningkat.
2. Lingkungan
Pengalaman masa kanak-kanak yang buruk atau traumatis, seperti kekerasan fisik atau seksual, pengabaian, atau perpisahan orang tua, bisa mengembangkan gangguan kepribadian.
Lingkungan yang tidak stabil atau tidak mendukung juga dapat berkontribusi.
3. Gangguan neurobiologis
Beberapa gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian antisosial, terkait dengan perubahan neurobiologis dalam otak yang dapat memengaruhi pengendalian impuls, empati, dan keputusan.
Contoh-contoh gangguan neurobiologis yang dapat berdampak pada kepribadian, yaitu gangguan neurodegeneratif, gangguan neuropsikiatrik, cedera otak dan gangguan neurodevelopmental.
4. Kurangnya keterampilan mengatur emosi
Beberapa gangguan kepribadian mungkin berkaitan dengan kesulitan dalam mengelola emosi.
Individu dengan gangguan ini mungkin memiliki masalah mengenali, mengatasi, atau mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat.
5. Tidak mampu membangung hubungan sosial
Interaksi sosial yang tidak adekuat atau mengalami isolasi sosial bisa mengembangkan gangguan kepribadian.
Hubungan yang tidak sehat atau beracun dalam keluarga atau teman-teman juga dapat memainkan peran.
6. Stres kronis
Mengalami stres kronis atau trauma berulang dapat merusak perkembangan kepribadian yang sehat, terutama jika orang tersebut tidak memiliki koping yang efektif.
Stres kronis berisiko mengembangkan beberapa gangguan mental dan emosional, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Dalam beberapa kasus, gejala gangguan tersebut mungkin dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia sekitarnya, termasuk bagaimana mereka memproses emosi dan berhubungan dengan orang lain.
Ini mungkin memberikan kesan perubahan dalam kepribadian, tetapi bukanlah gangguan kepribadian yang sebenarnya.
7. Mengidap gangguan mental lainnya
Terkadang, kondisi ini dapat bersifat komorbid dengan gangguan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan.
8. Faktor sosial dan budaya
Beberapa faktor sosial dan budaya dapat berperan dalam perkembangan gangguan kepribadian.
Norma budaya dan tekanan sosial dapat mempengaruhi cara individu berperilaku dan berinteraksi.
Faktor Risiko Gangguan Kepribadian
Kondisi ini memang bisa terjadi pada siapa saja. Lebih sering pada usia remaja dan dewasa muda.
Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami masalah kesehatan mental ini, antara lain:
- Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.
- Memiliki riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya dalam keluarga.
- Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.
- Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.
- Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal maupun fisik.
- Tingkat pendidikan yang rendah.
- Hidup pada kondisi keluarga berekonomi sulit.
Sebagian besar masalah kepribadian yang muncul biasanya terjadi karena gabungan dari situasi atau latar belakang pengidap yang tidak menyenangkan.
Kondisi ini lantas “bertemu” dengan gen yang membentuk emosi hasil pewarisan sifat dari kedua orang tua.
Gejala Gangguan Kepribadian
Kelainan kepribadian terbagi menjadi tiga kategori utama dengan gejala yang berbeda satu dengan lainnya. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Gangguan kepribadian kelompok A
Masalah pada kelompok ini biasanya muncul dengan gejala pemikiran dan perilaku yang tidak biasa, atau terbilang aneh.
Berikut beberapa gangguan kesehatan mental yang termasuk dalam kelompok A:
- Skizotipal. Pengidap memiliki tingkah laku dan cara bicara yang tidak wajar, serta kerap terlihat cemas atau tidak nyaman dalam situasi sosial.
- Skizoid. Pengidap memiliki sifat yang dingin, sulit menikmati momen apa pun, tidak bergeming saat mendapatkan pujian atau kritikan, dan tidak tertarik menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun.
- Paranoid. Pengidap sering merasa curiga dan tidak percaya terhadap orang lain karena takut memanipulasi atau merugikan. Hal ini termasuk pada pasangan.
2. Gangguan kepribadian kelompok B
Kondisi kelainan mental yang masuk dalam kelompok ini menunjukkan pola pikir dan perilaku yang tidak terduga, emosi berlebihan, dan dramatis.
- Gangguan kepribadian ambang. Pengidap cenderung memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri dan tidak stabil secara emosi.
- Gangguan kepribadian antisosial. Pengidap kerap mengabaikan norma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa simpati apabila orang lain mengalami kesusahan.
- Gangguan kepribadian narsistik. Pengidap merasa yakin bahwa dirinya lebih istimewa daripada orang lain. Mereka cenderung arogan dan terus-menerus mengharapkan pujian.
- Gangguan kepribadian histrionik. Pengidap terlalu cemas akan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan selalu mencari perhatian. Kamu bisa mendapatkan informasi lengkap tentang masalah mental ini pada artikel Gangguan Kepribadian Histrionik, Suka Mencari Perhatian
3. Gangguan kepribadian kelompok C
Meski ciri tiap masalah mental yang masuk dalam kelompok ini berbeda, ada satu hal yang sama, yaitu rasa cemas dan ketakutan.
- Dependen. Pengidap akan sangat bergantung pada orang lain dalam hal apapun. Akibatnya, pengidap tidak bisa membuat keputusan dan mengemban tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain.
- Menghindar. Pengidap akan menghindar dari kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang melibatkan orang asing. Penghindaran ini terjadi karena rasa malu dan tidak percaya diri.
- Obsesif kompulsif. Pengidap memiliki kepribadian yang perfeksionis. Mereka sering kali mereka stres apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar mereka yang tinggi.
Diagnosis Gangguan Kepribadian
Dokter akan melakukan beberapa metode pemeriksaan supaya bisa mendapatkan diagnosis masalah kepribadian yang akurat.
Adapun metodenya antara lain:
1. Konsultasi
Pertama, seseorang yang terindikasi gangguan mental perlu menemui psikolog, psikiater, atau konselor yang berpengalaman dalam mendiagnosis dan mengobati kondisi ini.
Profesional ini akan mengajukan pertanyaan terkait keluhan dan gejala yang dialami.
2. Wawancara klinis
Selama wawancara, profesional kesehatan mental akan bertanya tentang riwayat hidup, pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang.
Tujuannya untuk memahami lebih dalam tentang individu tersebut, termasuk pola interaksi sosial, hubungan dengan orang lain, dan kemampuan mengelola emosi.
3. Melakukan penilaian
Profesional kesehatan mental dapat menggunakan alat penilaian, seperti kuesioner atau tes psikologis, untuk membantu mendiagnosis kondisi ini.
Alat ini membantu mengidentifikasi gejala dan pola perilaku yang khas dari berbagai jenis gangguan kepribadian.
4. Pemeriksaan fisik
Beberapa gangguan kepribadian dapat memiliki gejala fisik tertentu atau bisa berhubungan dengan kondisi kesehatan fisik lainnya.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik mungkin dilakukan untuk memastikan tidak ada masalah medis yang mendasarinya.
5. Pengamatan perilaku
Selain wawancara, profesional kesehatan mental dapat mengamati perilaku seseorang dalam berbagai situasi untuk memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain.
6. Menggunakan kriteria diagnostik
Setelah mengumpulkan informasi melalui wawancara, menggunakan penilaian, dan melakukan pengamatan, profesional kesehatan mental akan membandingkan gejala dan perilaku dengan kriteria diagnostik.
Kriteria ini tercantum dalam buku panduan gangguan mental, seperti “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” (DSM) atau “International Classification of Diseases” (ICD).
7. Menetapkan diagnosis
Berdasarkan informasi yang terkumpul, profesional kesehatan mental akan menentukan apakah seseorang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih jenis gangguan kepribadian.
Diagnosa yang tepat membantu merumuskan rencana perawatan yang sesuai.
Pengobatan Gangguan Kepribadian
Pemberian penanganan terhadap masalah kepribadian bergantung pada jenis penyakit, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan setiap pengidap.
Terkadang, perlu adanya pendekatan secara tim untuk memastikan semua kebutuhan psikiatri, medis, dan sosial pengidap terpenuhi dengan baik.
Jika gejala sudah cukup lama terjadi, pengobatan terkadang memerlukan waktu yang lebih lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Berikut ini beberapa jenis pengobatan yang dokter rekomendasikan untuk pengidap:
1. Psikoterapi
Selama prosedur psikoterapi pengidap akan mempelajari tentang kondisi diri sendiri terkait suasana hati, perasaan, pikiran, dan perilaku.
Selain itu, pengidap juga belajar mengatasi stres dan mengelola gejala yang mereka rasakan.
Psikoterapi dapat berlangsung dalam sesi individu, terapi kelompok, atau melibatkan teman.
2. Pemberian obat
Tidak ada obat yang secara khusus mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati masalah kepribadian.
Namun, beberapa jenis obat psikiatri dapat membantu meringankan berbagai gejala kelainan kepribadian.
- Antidepresan. Antidepresan mungkin berguna jika memiliki suasana hati yang tertekan, marah, impulsif, mudah tersinggung atau putus asa, yang mungkin terkait dengan kondisi ini.
- Stabilisator suasana hati. Seperti namanya, penstabil suasana hati dapat membantu meredakan perubahan suasana hati atau mengurangi iritabilitas, impulsif, dan agresi.
- Obat antipsikotik. Juga memiliki sebutan neuroleptik, ini mungkin membantu jika gejala termasuk kehilangan kontak dengan kenyataan (psikosis), memiliki masalah kecemasan atau kemarahan.
- Obat anti kecemasan. Obat ini dapat membantu jika mengalami kecemasan, agitasi, atau insomnia. Namun, pada beberapa kasus, obat dapat menunjukkan peningkatan perilaku impulsif, sehingga dokter tidak meresepkan pada jenis gangguan kepribadian tertentu.
3. Program perawatan rumah sakit
Dalam kasus yang parah, masalah kepribadian perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Dokter merekomendasikan metode ini bagi pengidap yang tidak mampu merawat diri sendiri atau bahkan berpotensi melukai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
4. Perawatan rumahan
Perawatan rumahan bisa menjadi pilihan penanganan penunjang ketika pengidap tengah melakukan pengobatan.
Berikut ini beberapa langkah yang bisa dicoba:
- Tidak melewatkan sesi terapi. Upaya ini dapat membantu mengelola gejala yang muncul. Untuk menentukan terapi yang tepat, Ketahui Gangguan Kepribadian Berdasarkan Kelompoknya.
- Konsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter, bahkan jika sudah merasa jauh lebih sehat.
- Aktif secara fisik. Aktivitas fisik dapat membantu mengelola gejala depresi, stres, dan cemas. Tetap aktif bergerak juga dapat melawan efek dari beberapa obat yang menyebabkan penambahan berat badan.
- Hindari narkotika dan alkohol. Sebab, keduanya dapat membuat gejala menjadi lebih buruk atau berinteraksi dengan obat yang diberikan dokter.
Komplikasi Gangguan Kepribadian
Komplikasi masalah kepribadian terjadi akibat gejala yang muncul tidak segera mendapatkan penanganan.
Hal ini berdampak pada terganggunya kehidupan pribadi, termasuk produktivitas berkurang, tidak bisa melakukan aktivitas harian, merasa tidak bahagia, dan perasaan terpenjara.
Selain itu, pengidap akan mengalami masalah dengan hubungan, pekerjaan atau sekolah dan menyebabkan isolasi sosial.
Jika demikian, pengidap berisiko mengalami penyalahgunaan alkohol atau narkoba, perilaku kekerasan atau merusak diri sendiri, bahkan bunuh diri.
Pencegahan Gangguan Kepribadian
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan kepribadian adalah mendapatkan penanganan sesegera mungkin setelah gejala muncul.
Jadi, gejala tidak berkembang menjadi semakin buruk dan memicu munculnya komplikasi yang lebih serius.
Beberapa langkah yang dapat kamu lakukan mengurangi risiko perkembangan kondisi ini, yaitu:
- Mendapatkan edukasi tentang kesehatan mental agar memahami lebih baik tentang perasaan, emosi, dan kesehatan mental secara umum.
- Memberikan dukungan emosional dan pendidikan yang baik kepada anak-anak sejak dini. Pasalnya, kualitas hubungan anak dengan orang tua dapat memengaruhi perkembangan kepribadian mereka.
- Mencari bantuan profesional jika mengalami trauma atau stres berkepanjangan sangat penting.
- Melakukan Konseling dan terapi apabila mengalami masalah emosional dan interpersonal sebelum mereka berkembang menjadi lebih serius.
- Menghindari penggunaan zat seperti alkohol dan obat-obatan terlarang yang dapat merusak kesehatan mental dan memicu gangguan mental.
- Mencari cara yang efektif dalam mengelola konflik dan stres dalam kehidupan sehari-hari.
- Mempertahankan hubungan yang sehat dan dukungan sosial yang positif dapat membantu melindungi kesehatan mental.
- Gaya hidup yang sehat, termasuk olahraga teratur dan makanan yang seimbang.
- Berusaha untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan waktu istirahat adalah kunci untuk mengurangi stres yang berlebihan.
Kapan harus ke dokter?
Jika mengalami atau menemukan sejumlah gejala gangguan kepribadian pada orang terdekat, sebaiknya segera tanyakan langsung ke psikolog atau psikiater melalui layanan Halodoc✔️.
Penanganan yang tepat dapat menurunkan risiko terjadinya efek samping.