Fobia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Fobia (Phobia)?
- Jenis-Jenis Phobia
- Penyebab Fobia
- Faktor Risiko Phobia
- Apa Tanda-Tanda Phobia?
- Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Fobia
- Diagnosis Fobia
- Pengobatan Phobia
- Komplikasi Fobia
- Pencegahan Fobia
Apa Itu Fobia (Phobia)?
Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Mayoritas pengidap phobia menyadari bahwa ketakutannya ini berlebihan, tetapi mereka tetap tidak bisa mengendalikannya.
Ketakutan berlebihan akan suatu hal yang disebut fobia ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah. Itu sebabnya, mereka memilih menghindari objek atau situasi yang mereka takuti. Kondisi inilah yang membedakan takut berlebihan dengan ketakutan biasa.
Setiap orang bisa jadi memiliki rasa takut akan suatu objek atau situasi. Namun, rasa takut ini termasuk dalam fobia apabila:
- Ketakutan yang dirasakan tidak sebanding dengan situasi bahaya yang bisa terjadi akibat situasi atau objek tertentu.
- Berlangsung lebih dari enam bulan.
- Ketakutan yang dialami berdampak langsung pada kondisi kesehatan mental dan aktivitas sehari-hari.
Jenis-Jenis Phobia
Secara garis besar, terdapat dua jenis utama fobia, yaitu:
1. Phobia spesifik
Fobia spesifik umumnya berkembang sejak pengidapnya berusia anak-anak atau remaja. Misalnya, rasa takut berlebihan terhadap hewan (laba-laba atau ular), takut tertular penyakit seksual (fobia seksualitas), takut jarum suntik (fobia fisik), takut terhadap lingkungan (ketinggian), atau fobia situasi (takut berkunjung ke dokter).
Jenis phobia spesifik, antara lain:
- Aerophobia atau aviophobia, merupakan ketakutan untuk terbang.
- Acrophobia, takut terhadap ketinggian. Pengidap biasanya menghindari wilayah tinggi seperti gunung, jembatan, dan gedung tinggi. Gejalanya berupa vertigo, pusing, berkeringat, dan penurunan kesadaran.
- Anuptaphobia, kondisi ini membuat pengidapnya takut dengan kesendirian (tidak bisa hidup sendiri) atau tak memiliki pasangan hidup.
- Ablutophobia, phobia mandi. Masalah ini membuat seseorang takut ketika harus mencuci muka, membersihkan tubuh, atau mandi.
- Astraphobia, ketakutan pada petir atau kilat hingga pengidapnya mengalami serangan panik dengan gejala berkeringat, nyeri dada, mual, mati rasa, jantung berdebar, dan sulit bernapas.
- Claustrophobia, rasa takut yang timbul secara berlebihan saat berada pada tempat yang sempit. Kenali Tanda-Tanda Claustrophobia yang Perlu Dipahami.
- Latrophobia, jenis fobia yang menimbulkan ketakutan irasional dan membuat seseorang menghindari untuk pergi ke dokter.
- Ombrophobia, ketakutan berlebih pada petir dan kehujanan. Pengidap fobia jenis ini biasanya menganggap hujan atau mendung gelap sebagai sesuatu berbahaya yang bisa mendatangkan bencana.
- Pagophobia, rasa takut akan es atau benda yang dingin dan beku.
- Pogonophobia, takut berlebihan pada jenggot.
- Nomophobia, ketakutan yang tidak normal saat berada jauh atau tidak menggunakan gadget.
- Trypophobia, rasa takut berlebihan terhadap lubang yang saling berdekatan.
2. Phobia kompleks
Fobia kompleks memiliki dampak yang lebih mengganggu daripada spesifik. Kondisi ini biasanya berkembang saat seseorang memasuki usia dewasa.
Ada dua jenis phobia kompleks yang paling umum terjadi, yaitu:
• Fobia sosial
Pengidap akan merasa takut dalam situasi sosial, sehingga kerap menghindari berbagai situasi sosial yang terjadi.
Pasalnya, mereka bisa mengalami kekhawatiran yang berlebih mengenai situasi sosial yang sedang terjadi.
Ketakutan berlebihan dalam lingkup sosial kerap membuatnya kesulitan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, seperti berbicara dalam kelompok, bertemu dengan orang baru, jalan-jalan ke tempat ramai, hingga makan dan minum bersama banyak orang.
Selain itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi rasa percaya diri seseorang, membuat mereka sulit berkembang, hingga menghambat kemampuan untuk bekerja.
• Agoraphobia
Selanjutnya adalah agoraphobia atau ketakutan berlebihan pada tempat terbuka.
Pengidap kelainan mental ini akan merasa cemas berlebihan ketika berada pada tempat umum, ruangan tertutup, keramaian, atau situasi yang menyebabkan mereka merasa kesulitan mendapat pertolongan.
Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan masalah pada hidup pengidapnya, seperti penurunan kualitas hidup.
Tak heran jika banyak pengidapnya sulit untuk meninggalkan tempat tinggalnya.
Penyebab Fobia
Rasa takut yang berlebihan terhadap suatu hal bisa terjadi karena banyak kondisi, misalnya:
1. Kejadian trauma
Situasi yang pernah terjadi bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma sehingga menyebabkan ketakutan berlebihan terhadap situasi, objek, atau tempat tertentu.
Misalnya, pengidap pernah mengalami turbulensi yang sangat parah saat berada dalam pesawat, kondisi ini bisa memicu rasa takut naik pesawat atau berada pada ruang yang tertutup.
2. Lingkungan
Fobia juga bisa muncul akibat respon terhadap kondisi lingkungan sekelilingnya.
Misalnya, pengidap memiliki orang tua atau kerabat dekat dengan kondisi ketakutan tertentu, hal ini bisa memengaruhi anggota keluarga lainnya.
3. Pengelolaan stres yang kurang tepat
Stres dapat memicu kondisi cemas dan depresi. Hal ini bisa menurunkan kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan situasi maupun tempat yang menjadi pemicunya.
Jika tidak mendapatkan penanganan, kondisi ini menyebabkan cemas dan depresi yang lebih buruk dari sebelumnya. Inilah yang dapat memicu munculnya rasa takut pada situasi atau tempat tertentu.
Faktor Risiko Phobia
Rasa takut berlebihan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih berisiko mengalami kondisi ini, yaitu:
- Riwayat keluarga atau faktor genetik.
- Cedera psikologis atau peristiwa traumatis.
- Karakteristik diri, seseorang kemungkinan mengidap masalah ini bila terlalu malu, pesimis dalam hidup, atau sensitif.
- Usia, ketakutan berlebihan lebih sering dialami mereka yang masih mudah, misalnya anak-anak atau remaja berusia 13 tahun.
- Mendengar sesuatu atau mendapat informasi yang menakutkan, misalnya seperti kecelakaan pesawat.
Apa Tanda-Tanda Phobia?
Phobia tak hanya muncul dengan gejala psikis seperti rasa takut, sebab kelainan mental ini juga bisa memengaruhi kondisi fisik.
Berikut beberapa gejala fisik yang bisa terjadi pada pengidapnya:
- Disorientasi atau bingung.
- Pusing dan sakit kepala.
- Dada terasa sesak dan nyeri.
- Sesak napas.
- Detak jantung meningkat.
- Tubuh gemetar dan berkeringat.
- Telinga berdengung.
- Sensasi ingin selalu buang air kecil.
- Mulut terasa kering.
Tak sedikit orang yang kerap meremehkan pengidap phobia. Bahkan, beberapa justru sering memberi candaan dengan menakutinya.
Padahal, Bahaya Menakuti Seseorang yang Memiliki Fobia bisa sangat fatal untuk pengidapnya.
Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Fobia
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala fobia dan telah mengganggu aktivitas harianmu, segera hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan.
Psikiater di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Mariati Sp.KJ
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait fobia. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Fobia
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter akan melakukan wawancara medis seputar gejala yang muncul pada pengidapnya.
Selanjutnya, dokter akan menentukan apakah gejalanya mengarah pada ketakutan berlebihan atau tidak.
Selain itu, guna membantu menegakkan diagnosis, dokter juga bertanya tentang riwayat medis pengidap (termasuk penyakit kejiwaan), kehidupan sosial pasien, hingga histori penggunaan obat-obatan.
Pengobatan Phobia
Biasanya, dokter akan menggunakan kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi untuk mengatasinya. Psikoterapi bisa berupa:
- Terapi eksposur, untuk mengubah sudut pandang terhadap subjek atau situasi menakutkan.
- Cognitive behavioral therapy (CBT) yang menggabungkan terapi eksposur dengan terapi lain.
Metode psikoterapi CBT lebih berfokus pada cara mengendalikan pikiran dan perasaan pengidap.
Selain itu, pengobatan masalah ini juga bisa melalui pemberian obat-obatan yang harapannya mampu membantu mengurangi gejala yang muncul.
Selain itu, dokter juga merekomendasikan perawatan rumahan untuk mengatasi kelainan ini dengan melakukan teknik relaksasi
Tujuannya supaya pengidap dapat menekan dan mengendalikan rasa cemas dan ketakutan yang terjadi.
Kemudian, pengidap juga bisa mencoba melakukan latihan pernapasan saat masalah muncul untuk membantu mengatasinya. Klik banner di bawah ini untuk bicara pada dokter mengenai perawatan rumahan yang bisa dilakukan.
Komplikasi Fobia
Ketakutan berlebihan yang tidak mendapatkan penanganan bisa berujung pada gangguan kecemasan berlebihan, stres, dan depresi.
Hal ini kemudian bisa menyebabkan kondisi berikut:
• Gangguan kesehatan mental
Phobia yang tidak tertangani bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental yang serius, seperti gangguan kecemasan umum, depresi, atau gangguan panik.
Ketakutan yang terus-menerus dan perasaan cemas yang berlebihan lantas mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
• Keterbatasan sosial
Kondisi ini juga bisa menyebabkan keterbatasan sosial yang signifikan. Individu yang mengidapnya akan selalu menghindari situasi atau tempat tertentu yang memicu ketakutan mereka.
Hal ini dapat membatasi kesempatan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain, menjalin hubungan sosial, atau mengikuti aktivitas sehari-hari.
• Masalah Pekerjaan
Phobia juga bisa memengaruhi karier seseorang, apalagi jika ketakutannya berkaitan dengan pekerjaan atau objek tertentu.
Pengidapnya akan kesulitan dalam menyelesaikan tugas atau menghadiri pertemuan penting.
Hal ini dapat berdampak negatif pada kemajuan karir dan kesempatan untuk mencapai potensi penuh.
• Isolasi
Karena rasa takut dan cemas, pengidapnya menjadi lebih terisolasi. Mereka mungkin menghindari kegiatan sosial, acara keluarga, atau pertemuan teman-teman untuk menghindari situasi yang memicu ketakutan mereka.
Isolasi ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, frustrasi, dan penurunan kualitas hidup.
• Gangguan fisik
Phobia yang sudah terlampau parah juga dapat menyebabkan gejala fisik yang signifikan, seperti detak jantung yang cepat, sesak napas, berkeringat berlebihan, pusing, atau bahkan pingsan.
Gejala-gejala ini dapat terjadi saat individu terpapar dengan objek atau situasi yang memicu fobia mereka.
Pencegahan Fobia
Sebenarnya, belum ada cara yang efektif untuk mencegah kelainan mental ini.
Namun, bila memiliki fobia spesifik, cobalah pertimbangkan untuk meminta bantuan ahli psikologis, apalagi jika sudah memiliki anak.
Pasalnya, faktor genetika cenderung berperan dalam pengembangan ketakutan berlebihan yang spesifik. Selain itu anak yang berulang kali melihat reaksi fobia orang tuanya memiliki risiko tinggi mengembangkan fobia spesifik pada dirinya.