Epidural Hematoma
DAFTAR ISI
- Apa Itu Epidural Hematoma?
- Penyebab Epidural Hematoma
- Faktor Risiko Epidural Hematoma
- Gejala Epidural Hematoma
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Epidural Hematoma
- Diagnosis Epidural Hematoma
- Pengobatan Epidural Hematoma
- Komplikasi Epidural Hematoma
- Pencegahan Epidural Hematoma
Apa Itu Epidural Hematoma?
Epidural hematoma atau perdarahan extradural adalah kondisi saat darah mengumpul di area epidural, yaitu area di antara tulang tengkorak dan lapisan duramater.
Duramater adalah membran atau lapisan terluar dari mening (selaput otak dan tulang belakang) yang menyelimuti dan melindungi otak dan tulang belakang. Di kepala, lapisan dura biasanya melekat pada tengkorak bagian dalam sehingga rentan terjadi perdarahan.
Epidural hematoma dapat terjadi di kepala dan tulang belakang, namun biasanya terjadi di kepala akibat cedera yang menimbulkan keretakan tulang tengkorak.
Kondisi ini, khususnya yang terjadi di pembuluh darah arteri di otak, tergolong serius dan memerlukan penanganan darurat untuk mengangkat darah yang terkumpul sebelum menyebabkan cedera lanjutan.
Penyebab Epidural Hematoma
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, tergantung kepada area yang mengalami kondisi ini.
Selain itu, epidural di tulang belakang disebut epidural hematoma tulang belakang dan lebih jarang ditemui dibandingkan epidural hematoma yang terjadi di kepala.
Epidural hematoma di kepala disebut intracranial extradural haematoma karena merupakan salah satu jenis perdarahan lain yang juga terjadi di dalam kepala (hematoma intrakranial).
Penyebab epidural hematoma menurut lokasinya, yaitu:
1. Epidural Hematoma Kepala
Umumnya disebabkan oleh cedera kepala yang menyebabkan keretakan pada tengkorak, seperti kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Penyebab lain adalah terjatuh atau pukulan yang sangat keras atau intens, kontak fisik ketika olahraga.
Darah yang muncul akibat benturan ini kemudian mengumpul dan membentuk hematoma yang kemudian menciptakan tekanan pada jaringan otak.
Akibatnya, otak akan mulai kekurangan asupan darah dan gejala mulai muncul. Jika dibiarkan, tekanan yang berlebih pada otak dapat memicu kerusakan otak. Sebagian besar kasus epidural hematoma adalah situasi yang berbahaya karena dapat langsung terjadi setelah kecelakaan dialami.
2. Epidural Hematoma Tulang Belakang
Biasa terjadi akibat cedera di sekitar tulang belakang, yaitu cedera yang diakibatkan oleh prosedur pengambilan cairan di tulang belakang saat berusaha mendiagnosis suatu penyakit atau prosedur pembiusan epidural untuk persalinan.
Cedera juga bisa terjadi akibat mengonsumsi obat antikoagulan (pengencer darah) sebagai bagian dari pengobatannya.
Epidural hematoma rentan dialami oleh orang-orang berusia 11 – 16 tahun, pria, dan orang-orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Risiko akan makin berkurang dialami oleh mereka yang berusia lebih dari 60 tahun karena memiliki lapisan dura yang telah menempel dengan kuat ke tengkorak sehingga dura tidak mudah lepas dan berdarah.
Faktor Risiko Epidural Hematoma
Berikut sejumlah faktor yang bisa menyebabkan epidural hematoma:
- Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh, atau benturan saat olahraga.
- Rentan dialami anak-anak karena tengkorak mereka lebih rentan terhadap pecahnya pembuluh darah setelah cedera.
- Gangguan perdarahan atau penggunaan obat pengencer darah dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan setelah cedera kepala.
- Penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu dapat meningkatkan risiko cedera kepala dan juga mempengaruhi kemampuan pembekuan darah.
Gejala Epidural Hematoma
Baik epidural hematoma kepala dan tulang belakang memiliki gejala yang dapat langsung dirasakan atau beberapa hari setelah cedera. Beberapa gejala epidural hematoma, yaitu:
- Kehilangan kesadaran ketika cedera dialami, lalu kembali sadar selama beberapa jam sebelum perlahan-lahan memburuk dan kembali hilang kesadaran sebagai tanda darah telah mengumpul di area epidural. Tidak semua orang mengalami kondisi ini.
- Mengalami rasa mengantuk atau sakit kepala yang parah setelah mengalami cedera. Pengidap epidural hematoma yang hilang kesadaran juga dapat mengalami hal ini setelah mereka kembali sadar.
- Mual atau muntah.
- Linglung atau kebingungan.
- Tidak bertenaga pada tangan atau tungkai kaki di salah satu sisi tubuh.
- Mengalami kesulitan berbicara.
- Berbicara dengan lancar, namun kemudian di menit berikutnya merasa sakit dan hilang kesadaran.
- Kejang
- Pupil membesar di salah satu mata, terutama di sisi sebaliknya dengan sisi badan yang mengalami kelemahan.
- Memar di sekitar mata.
- Keluarnya cairan bening dari hidung atau telinga.
- Memar di belakang telinga.
- Sesak napas atau memiliki pola napas yang berubah-ubah.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Epidural Hematoma
Jika kamu atau orang terdekat mengalami tanda-tanda hematoma, kamu bisa menghubungi dokter spesialis saraf di Halodoc terkait pertolongan pertama yang tepat.
Nah, berikut ini beberapa rekomendasi dokter spesialis saraf di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun.
Mereka juga memiliki penilaian yang baik dari pasien-pasien yang pernah mereka tangani sebelumnya, ini daftarnya:
- dr. Ni Nyoman Ayu Susilawati Sp.S
- dr. Fitri Damayanti Sp.N
- dr. Etiya Ekayana M.Ked(Neu), Sp.N
- dr. Faldi Yaputra Sp.N
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Diagnosis Epidural Hematoma
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis epidural hematoma:
1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan menanyakan tentang riwayat cedera kepala dan gejala yang dialami pasien. Pemeriksaan neurologis untuk menilai fungsi otak juga perlu dokter lakukan.
2. Pencitraan
- CT Scan (Computed Tomography): Merupakan tes pencitraan yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis epidural hematoma. CT scan dapat dengan cepat menunjukkan adanya perdarahan dan tekanan pada otak.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging): Kadang-kadang digunakan untuk memberikan gambaran lebih rinci tentang perdarahan dan jaringan otak.
Pengobatan Epidural Hematoma
Tindakan pertama adalah menstabilkan kondisi pasien, setelah itu pemberian obat-obatan, dan prosedur operasi.
Epidural hematoma yang membesar atau memburuk harus diangkat, biasanya melalui prosedur kraniotomi, yaitu membuat lubang Burr di tulang tengkorak. Kondisi pasien kemudian terus dipantau di ruang perawatan intensif pascaoperasi.
Penanganan segera epidural hematoma dapat mengurangi mengurangi kerusakan otak permanen walaupun tetap ada kemungkinan hal tersebut untuk terjadi, seperti kesulitan berbicara, kejang, atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Walau demikian, kondisi ini dapat membaik dengan serangkaian terapi fisik atau obat-obatan.
Komplikasi Epidural Hematoma
Jika tidak cepat ditangani, epidural hematoma bisa menyebabkan kondisi berikut.
1. Meningkatnya Tekanan Intrakranial
Perdarahan yang terus berlanjut dapat menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak, yang dapat merusak jaringan otak.
2. Herniasi Otak
Tekanan yang meningkat dapat menyebabkan bagian dari otak terdorong keluar dari posisi normalnya, kondisi ini disebut herniasi otak. Kondisi ini bisa berakibat fatal.
3. Kerusakan Otak Permanen
Jika tidak segera ditangani, tekanan dan kerusakan akibat hematoma dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen, mempengaruhi fungsi kognitif, motorik, dan sensorik.
4. Kejang
Kerusakan pada otak akibat perdarahan dapat menyebabkan kejang, baik segera setelah cedera atau sebagai komplikasi jangka panjang.
5. Infeksi
Jika operasi diperlukan untuk mengeluarkan hematoma, ada risiko infeksi pada jaringan otak atau di sekitar area bedah.
Pencegahan Epidural Hematoma
Karena penyebab utamanya adalah benturan. Nah, berikut berbagai pencegahan yang bisa kamu lakukan:
1. Menggunakan Perlengkapan Pelindung
- Selalu gunakan helm saat berkendara sepeda motor, sepeda, atau melakukan olahraga yang berisiko tinggi seperti skateboarding, snowboarding, atau bermain hoki.
- Pastikan menggunakan pelindung kepala yang sesuai dan disetujui standar keselamatan saat bekerja di lingkungan berisiko tinggi atau saat melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan cedera kepala.
2. Penggunaan Sabuk Pengaman
Selalu gunakan sabuk pengaman saat berkendara mobil, dan pastikan anak-anak menggunakan kursi pengaman anak sesuai usia dan berat badan mereka.
Sabuk pengaman dapat mengurangi risiko cedera kepala serius saat terjadi kecelakaan.
3. Cegah Risiko Jatuh di Rumah
- Pasang pengaman tangga, pegangan di kamar mandi, dan lantai anti-slip untuk mengurangi risiko jatuh, terutama bagi orang tua.
- Pastikan rumah memiliki pencahayaan yang baik, terutama di tangga dan lorong.
- Susun perabotan dengan baik untuk menghindari rintangan yang dapat menyebabkan tersandung dan jatuh.
4. Pelatihan Keselamatan Kerja
Ikuti pelatihan keselamatan kerja yang diberikan oleh perusahaan untuk mengetahui cara menghindari risiko cedera kepala.
- Gunakan APD yang sesuai saat bekerja di area berisiko tinggi seperti lokasi konstruksi atau pabrik.
- Pastikan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan selalu dalam kondisi baik dan aman untuk digunakan.
5. Pencegahan dalam Olahraga
- Patuhi semua aturan keselamatan yang diberlakukan dalam olahraga, termasuk penggunaan perlengkapan pelindung yang disarankan.
- Pelajari dan gunakan teknik yang benar dalam olahraga untuk mengurangi risiko cedera kepala.
- Pastikan ada pengawasan yang memadai selama latihan dan pertandingan untuk segera menangani jika terjadi cedera kepala.