Encopresis
Pengertian Encopresis
Encopresis adalah kondisi yang biasanya terjadi pada anak di atas usia empat tahun. Kondisi ini menyebabkan seorang anak mengeluakan feses secara tidak sengaja, padahal seharusnya ia sudah bisa menggunakan toilet. Ketidakmampuan dalam menahan BAB akibat encopresis bukanlah suatu hal yang disengaja. Secara umum, encopresis disebabkan oleh suatu kondisi medis yang mendasarinya, baik secara fisik maupun mental.
Faktor Risiko Encopresis
Ada banyak faktor risiko dari encopresis, yaitu:
- Gangguan kecemasan atau depresi.
- Sembelit yang berkepanjangan.
- Tidak minum cukup air.
- Anak laki-laki lebih sering terkena encopresis.
Baca juga: Bisakah Encopresis Terjadi pada Orang Dewasa?
Penyebab Encopresis
Ada beberapa penyebab dari encopresis. Hal yang paling umum sebagai berikut:
1. Sembelit
Kebanyakan kasus encopresis dihasilkan dari sembelit kronis. Saat sembelit, kotoran anak sulit keluar, kering, dan mungkin menyakitkan untuk dikeluarkan. Akibat kondisi ini, anak jadi menghindari untuk pergi ke toilet yang membuat masalah menjadi lebih buruk. Semakin lama feses menumpuk dalam usus besar, maka semakin sulit bagi anak untuk mendorong feses keluar. Usus besar akan meregang yang akhirnya memengaruhi saraf yang bertugas memberi sinyal untuk pergi ke toilet. Ketika usus besar menjadi terlalu penuh, maka tinja cair/lembut dapat bocor keluar.
Penyebab umum terjadinya sembelit termasuk kurangnya makan makanan berserat, tidak minum cukup cairan, ataupun mengkonsumsi produk susu secara berlebihan. Kadang-kadang, seorang anak dengan intoleransi terhadap susu sapi mungkin juga mengalami sembelit, meskipun intoleransi susu lebih sering menyebabkan diare daripada sembelit.
2. Masalah Emosional
Stres akibat masalah emosional juga dapat memicu encopresis. Seorang anak mungkin mengalami stres akibat pelatihan penggunaan toilet yang terlalu dini atau perubahan fase hidup yang penting, misalnya perceraian orangtua atau kelahiran saudara.
Gejala Encopresis
Gejala encopresis yang dapat muncul, antara lain:
- Feses berukuran besar.
- Tidak ingin atau menolak BAB.
- Buang air besar di celana yang sering dianggap diare.
- Sembelit serta feses keras dan kering.
- Jarak antar BAB panjang.
- Nafsu makan turun.
- Mengompol di siang hari (pipis di celana).
- Infeksi kandung kemih kambuhan, khususnya pada anak perempuan.
Baca juga: Sudah Bisa ke Toilet, Kenapa Si Kecil Masih BAB di Celana?
Diagnosis Encopresis
Diagnosis encopresis dapat dilakukan melalui hal berikut:
- Jika feses keluar di tempat yang tidak semestinya secara teratur (sekurangnya sekali sebulan) selama tiga bulan.
- Mungkin ditemukan pada anak-anak yang memiliki kontrol usus dan dengan sengaja mengumpulkan fesesnya di dalam pakaian atau di tempat lain karena berbagai alasan emosional.
- Pada beberapa kasus, anak mungkin tidak menunjukkan kendali yang kuat terhadap otot sfingter, baik karena anak terlibat dalam aktivitas lain atau karena anak tidak menyadari prosesnya.
Komplikasi Encopresis
Efek samping atau komplikasi dari seorang anak yang memiliki encopresis mungkin mengalami berbagai emosi, termasuk rasa malu, frustrasi, dan kemarahan. Jika Si Kecil diejek oleh teman-teman atau dihukum oleh orang dewasa, dia mungkin merasa tertekan atau memiliki percaya diri yang rendah. Pengobatan dini, termasuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental profesional dapat membantu mencegah dampak sosial dan emosional dari encopresis.
Pengobatan Encopresis
Semakin cepat encopresis diobati, maka akan semakin baik. Langkah pengobatan pertama melibatkan pembersihan usus dari feses yang menumpuk. Prosedur ini bisa menggunakan resep obat pencahar seperti golongan supositoria rektum.
Setelahnya, terapi pengobatan akan diutamakan untuk mendorong pola dan kebiasaan BAB yang baik. Pada beberapa kasus, rujukan psikoterapi mungkin akan ditambahkan ke terapi pengobatan anak.
Pencegahan Encopresis
Kebanyakan anak tidak siap untuk pelatihan menggunakan toilet sampai setelah ulang tahun kedua mereka. Bantulah anak kamu menghindari sembelit dengan memberikan makanan tinggi serat dan dorong anakmu untuk minum banyak air.
Baca juga: 4 Pengobatan Encopresis di Rumah
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu dapat menghubungi dokter ketika menemukan gejala-gejala ini pada anakmu:
- Tidak ingin atau menolak BAB, serta menahan BAB.
- BAB di celana ketika anak sudah berusia lebih dari 4 tahun.
- Sembelit parah, bertahan lama, ataupun kambuhan.
- Mengeluhkan sakit saat BAB.
Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan.
Referensi:
Web MD. Diakses pada 2019. Encopresis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Encopresis.
Stanford Children’s Health. Diakses pada 2019. Encopresis.
Diperbarui pada 27 November 2019.