Eklamsia
DAFTAR ISI
- Apa itu Eklamsia?
- Apa Perbedaan Preeklamsia dan Eklamsia?
- Penyebab Eklamsia
- Gejala Eklamsia
- Diagnosis Eklamsia
- Pengobatan Eklamsia
- Komplikasi Eklamsia
- Cara Mencegah Eklamsia
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa itu Eklamsia?
Eklamsia adalah komplikasi preeklamsia yang jarang terjadi tetapi bisa jadi berdampak serius. Preeklamsia merupakan kelainan kehamilan dimana seseorang yang sedang hamil memiliki tekanan darah tinggi dan terdapat protein dalam urinenya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan eklamsia? Eklamsia terjadi ketika seseorang dengan preeklamsia mengalami kejang (kejang) selama kehamilan. Kejang adalah episode gemetar, kebingungan, dan disorientasi yang disebabkan oleh aktivitas otak yang tidak normal.
Apa Perbedaan Preeklamsia dan Eklamsia?
Preeklamsia dan eklamsia adalah dua kondisi serius yang dapat memengaruhi kehamilan. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa preeklamsia adalah tahap awal penyakit, ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ internal seperti ginjal dan hati. Gejala preeklamsia meliputi tekanan darah tinggi, protein dalam urine, sakit kepala, serta bengkak pada tangan, wajah, atau kaki.
Sementara itu, eklamsia adalah kondisi yang lebih parah dan mengancam jiwa, yang merupakan komplikasi dari preeklamsia. Kondisi ini ditandai oleh kejang yang sering kali disertai kehilangan kesadaran.
Ini adalah kondisi darurat medis yang memerlukan perawatan segera, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti stroke, gagal ginjal, dan bahaya bagi ibu dan janin.
Penyebab Eklamsia
Apa penyebab eklamsia pada ibu hamil? Kejang ini sering kali terjadi setelah preeklamsia, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terjadi pada kehamilan dan pascapersalinan. Jika preeklamsia memburuk dan memengaruhi otak sehingga menyebabkan kejang, otomatis orang tersebut mengidap eklamsia.
Selain itu, penyebab lain dari eklamsia adalah:
- Kelainan pembentukan dan fungsi plasenta, sinyal atau zat dari plasenta yang rusak dapat memengaruhi pembuluh darah ibu sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Pada saat yang sama, masalah pada ginjal dapat menyebabkan protein penting yang seharusnya tetap berada dalam darah ibu bocor ke dalam urinenya, sehingga mengakibatkan protein dalam urin (proteinuria).
- Kehamilan pertama, wanita yang sedang mengandung anak pertama kali memiliki risiko yang lebih tinggi terkena gangguan kejang ini.
- Usia, usia yang sangat muda (di bawah 20) atau usia yang lebih tua (di atas 40) dapat meningkatkan risiko eklamsia.
- Riwayat keluarga, riwayat keluarga dengan riwayat preeklamsia atau eklamsia juga dapat meningkatkan risiko.
- Obesitas, kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko.
- Kehamilan ganda, kehamilan dengan bayi kembar atau lebih dapat memicu gangguan kejang ini.
- Gangguan pembekuan darah, gangguan pembekuan darah atau koagulopati juga dapat meningkatkan risiko.
- Kekurangan kalsium, kalsium membantu menjaga pembuluh darah dan tekanan darah normal. Kekurangannya dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Faktor-faktor lain, seperti diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun, dan tekanan darah tinggi sebelum kehamilan juga dapat berperan dalam perkembangan eklamsia. Fakta lain mengenai eklamsia bisa dibaca di artikel: “Kenali Lebih Dalam Tentang Eklamsia.”
Gejala Eklamsia
Preeklamsia dapat menyebabkan eklamsia, jadi kemungkinan besar pengidap eklamsia juga mengalami gejala preeklamsia. Berikut gejala umum dari dua kondisi ini:
- Mengalami tekanan darah tinggi.
- Pembengkakan di wajah atau tangan.
- Sakit kepala.
- Pertambahan berat badan yang berlebihan.
- Mual dan muntah.
- Mengalami masalah penglihatan, termasuk episode kehilangan penglihatan atau penglihatan kabur.
- Kesulitan buang air kecil.
- Sakit perut, terutama di perut kanan atas.
Perlu diketahui kalau pasien dengan eklampsia dapat memiliki gejala yang sama seperti yang disebutkan di atas, atau bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sebelum timbulnya eklamsia.
Gejala paling khas dari eklamsia adalah kejang. Eklamsia bermanifestasi sebagai satu kejang atau lebih, dengan masing-masing kejang umumnya berlangsung selama 60-75 detik. Wajah pasien pada awalnya mungkin berubah bentuk, mata menonjol, dan mulut berbusa. Respirasi dapat berhenti selama kejang.
Kondisi kejang pada eklamsia terbagi atas dua tahap, yaitu:
- Fase 1, berlangsung 15-20 detik dan dimulai dengan kedutan pada wajah. Tubuh menjadi kaku, menyebabkan kontraksi otot secara umum.
- Fase 2, berlangsung sekitar 60 detik. Dimulai dari rahang, berpindah ke otot wajah dan kelopak mata, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Otot-otot mulai bergantian antara berkontraksi dan berelaksasi dalam urutan yang cepat.
Koma atau periode tidak sadarkan diri, yang berlangsung selama beberapa periode, mengikuti fase 2. Setelah fase koma, pasien mungkin sadar kembali, dan ia mungkin menjadi agresif dan sangat gelisah. Namun, pasien tidak ingat dengan fase kejangnya.
Mau tahu lebih jauh mengenai gejalanya? Baca di artikel ini: “Ibu Hamil Alami Kejang, Hati-Hati Gejala Eklampsia”
Diagnosis Eklamsia
Dokter akan melakukan diagnosis eklamsia melalui beberapa tahap pemeriksaan, antara lain:
1. Wawancara medis
Dokter akan mengumpulkan informasi penting untuk mengevaluasi risiko eklamsia dan memantau gejala yang mungkin muncul. Informasi ini mencakup:
- Riwayat kesehatan keluarga.
- Kondisi kesehatan diri sendiri.
- kehamilan dan usia kehamilan
- Penggunaan obat dan suplemen.
- Gejala preeklamsia.
- Gaya hidup.
- Perubahan berat badan.
Wawancara medis ini akan membantu dokter dalam menilai risiko terkena eklamsia dan merencanakan perawatan yang sesuai jika diperlukan.
2. Pemeriksaan fisik
Dokter akan mencari gejala preeklamsia seperti tekanan darah tinggi, proteinuria (protein dalam urine), sakit kepala, nyeri perut, bengkak, gangguan penglihatan, mual, dan muntah.
3. Pemeriksaan penunjang
Jika kamu sudah mempunyai diagnosis atau riwayat preeklamsia, dokter akan melakukan tes ataupun pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan tersebut adalah:
- Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tekanan darah adalah langkah pertama dalam diagnosis eklamsia. Tekanan darah yang tinggi, terutama jika sangat tinggi, dapat menjadi tanda utama eklamsia.
- Tes urine, pemeriksaan urine dilakukan untuk mendeteksi adanya protein dalam urinr (proteinuria). Proteinuria adalah salah satu gejala preeklamsia yang merupakan tahap awal dari eklamsia.
- Tes darah, pemeriksaan darah dapat mencakup penentuan kadar trombosit (sel darah yang berperan dalam pembekuan darah), fungsi hati, dan kadar enzim hati seperti SGOT dan SGPT. Perubahan dalam hasil tes darah ini dapat menunjukkan kerusakan organ yang terkait dengan eklamsia.
- Cek mata, untuk mengidentifikasi gangguan penglihatan yang bisa terkait dengan eklamsia, seperti kabur, kilat cahaya, atau bercak mata.
- Pemeriksaan neurologis, melibatkan evaluasi terhadap tanda-tanda kejang, kebingungan, atau gangguan neurologis lainnya yang mungkin muncul selama eklamsia.
- Ultrasonografi, pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk memonitor kesehatan janin dan menilai pertumbuhannya. Ini membantu dokter untuk memastikan kondisi janin dalam kasus eklamsia.
Pengobatan Eklamsia
Biasanya ada dua pilihan pengobatan yang dilakukan dokter untuk menangani eklamsia, yaitu:
1. Pemberian obat medis
Dokter mungkin meresepkan obat untuk eklamsia selama kehamilan seperti:
- Obat antikonvulsan atau infus magnesium sulfat untuk mencegah kejang.
- Obat tekanan darah untuk menurunkan tekanan darah.
- Kortikosteroid untuk membantu mengembangkan dan memperkuat paru-paru janin.
2. Induksi persalinan
Pengobatan terbaik untuk eklamsia adalah dengan segera melahirkan janin. Jika usia kehamilan janin 37 minggu atau lebih, induksi persalinan biasanya merupakan pilihan terbaik.
Persalinan normal masih mungkin dilakukan jika bumil dan janin dalam keadaan stabil. Informasi lebih lanjut mengenai penanganan eklamsia bisa dibaca di artikel: “Begini Pengobatan untuk Mengatasi Eklamsia pada Ibu Hamil.”
Komplikasi Eklamsia
Eklamsia adalah komplikasi serius dari preeklamsia yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat, eklamsia juga dapat memicu komplikasi yang lebih kompleks berikut:
- Gangguan neurologis, kejang yang terjadi selama gangguan kesehatan ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan gangguan neurologis.
- Stroke, eklamsia dapat meningkatkan risiko stroke karena perubahan tekanan darah yang tiba-tiba dan berlebihan.
- Gagal ginjal, tekanan darah tinggi dan kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
- Gangguan hati, kejang ini dapat menyebabkan peradangan hati, yang dapat berujung pada kerusakan hati atau sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelet count), yang merupakan komplikasi serius.
- Perdarahan, perdarahan internal atau perdarahan di otak bisa terjadi sebagai komplikasi dari eklamsia.
- Masalah kardiovaskular, eklamsia dapat memengaruhi sistem kardiovaskular, termasuk kerusakan pada jantung dan pembuluh darah.
- Gangguan plasenta, gangguan kejang ini dapat memengaruhi plasenta sehingga menghambat pasokan darah dan nutrisi janin, yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Komplikasi lainnya bisa dibaca di artikel: “Eklamsia Bisa Mengancam Nyawa Ibu Hamil dan Janing, Mengapa?”
Cara Mencegah Eklamsia
Jika memang bumil berisiko mengalami hipertensi, ada baiknya melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan prenatal rutin
Melakukan pemeriksaan prenatal secara teratur dengan dokter atau bidan adalah kunci untuk mendeteksi tanda-tanda preeklamsia dan eklamsia secara dini. Kunjungan prenatal yang teratur memungkinkan pemantauan tekanan darah, proteinuria, serta tanda-tanda lain yang dapat mengindikasikan risiko eklamsia.
2. Menerapkan pola makan sehat
Konsumsi makanan sehat yang kaya akan nutrisi, terutama yang mengandung kalsium, magnesium, dan asam folat, dapat membantu mengurangi risiko eklamsia. Hindari mengonsumsi makanan tinggi garam dan makanan olahan.
3. Rutin berolahraga
Rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai dengan kondisi kesehatan, dapat membantu menjaga kesehatan sirkulasi darah dan tekanan darah. Konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk rekomendasi aktivitas fisik yang sesuai.
4. Cara lainnya
Cara-cara lainnya untuk mencegah eklamsia meliputi:
- Manajemen stres, mengelola stres dengan baik selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko eklamsia. Cara-cara untuk mengurangi stres meliputi meditasi, yoga, dan dukungan emosional dari keluarga dan teman-teman.
- Minum cukup air, akan sangat bermanfaat untuk menjaga hidrasi yang baik. Begitu juga membatasi asupan minuman dengan gula dan berkarbonasi.
- Istirahat yang cukup, tidur yang berkualitas dan mendapatkan “me time” akan bermanfaat untuk menjaga kesehatan ibu hamil.
- Menghindari paparan zat berbahaya selama kehamilan, ini termasuk asap rokok, alkohol, bahan kimia berbahaya.
- Tanggap terhadap gejala, dan konsultasikan dengan dokter segera jika mengalami gejala preeklamsia atau eklamsia seperti tekanan darah tinggi, bengkak, sakit kepala yang hebat, atau gangguan penglihatan.
Kapan Harus ke Dokter?
Eklamsia adalah kondisi serius dan berpotensi mengancam jiwa, perawatan medis segera diperlukan untuk mengelola gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika kamu mengalami gejala hipertensi atau punya riwayat tekanan darah tinggi, segera periksakan diri ke dokter.
Awali dengan konsultasi dokter di Halodoc yang bisa kamu lakukan dari mana saja dengan biaya yang terjangkau. Klik gambar di bawah ini.