Diare
DAFTAR ISI
- Apa Itu Diare?
- Penyebab Diare
- Faktor Risiko Diare
- Gejala Diare
- Kapan Harus Segera ke Dokter?
- Rekomendasi Dokter untuk Pengobatan Diare
- Diagnosis Diare
- Pengobatan Diare
- Komplikasi Diare
- Pencegahan Diare
Apa Itu Diare?
Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya.
Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang BAB sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Selain itu, feses yang keluar juga lebih encer.
Ada dua jenis diare yang bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten):
1. Diare Akut
Diare akut adalah jenis yang berlangsung dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum terjadi.
Biasanya, kondisi ini berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian menghilang dengan sendirinya.
2. Diare Kronis
Jenis diare ini berbeda dengan diare akut yang umum terjadi. Diare kronis merujuk pada diare yang berlangsung lebih dari empat minggu. Gejalanya bisa berkelanjutan atau muncul secara sporadis.
Diare kronis bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius, seperti gangguan pencernaan kronis atau penyakit lain yang memengaruhi saluran pencernaan.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait diare kronis, kamu bisa membaca artikel berikut ini: “Kenali Tanda Diare Kronis yang Perlu Mendapatkan Perawatan”.
Penyebab Diare
Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab diare. Umumnya, gangguan pencernaan ini terjadi akibat beberapa hal berikut:
1. Virus
Beberapa virus yang bisa menyebabkan diare antara lain virus Norwalk (dikenal juga sebagai norovirus), adenovirus enterik, astrovirus, cytomegalovirus, dan virus yang menyebabkan hepatitis.
Rotavirus adalah penyebab umum diare mendadak pada anak-anak. Virus penyebab COVID-19 juga telah dikaitkan dengan gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan diare.
2. Bakteri dan parasit
Paparan bakteri tertentu seperti Escherichia coli atau parasit melalui makanan atau air yang terkontaminasi dapat menyebabkan diare.
Saat bepergian ke daerah yang kurang higienis, diare yang disebabkan oleh bakteri atau parasit sering disebut sebagai diare pelancong (traveler’s diarrhea).
Clostridioides difficile (C. diff) adalah bakteri lain yang menyebabkan diare, dan ini bisa terjadi setelah penggunaan antibiotik atau selama perawatan di rumah sakit.
3. Obat-obatan
Obat-obatan, seperti antibiotik, dapat menyebabkan diare.
Antibiotik bekerja melawan infeksi dengan membunuh bakteri penyebab penyakit, tetapi mereka juga membunuh bakteri baik yang membantu tubuh.
Hal ini mengganggu keseimbangan alami bakteri di usus, yang dapat menyebabkan diare atau infeksi seperti C. diff.
Obat lain yang dapat menyebabkan diare termasuk obat kemoterapi dan antasida yang mengandung magnesium.
4. Intoleransi laktosa
Laktosa adalah gula yang ditemukan dalam susu dan produk susu lainnya. Orang yang kesulitan mencerna laktosa sering mengalami diare setelah mengonsumsi produk susu.
Intoleransi laktosa dapat meningkat seiring bertambahnya usia karena kadar enzim yang membantu mencerna laktosa menjadi semakin rendah.
5. Fruktosa
Fruktosa adalah gula yang secara alami ditemukan dalam buah-buahan dan madu.
Kadang-kadang ditambahkan sebagai pemanis ke beberapa minuman. Fruktosa dapat menyebabkan diare pada orang yang kesulitan mencernanya.
6. Pemanis buatan
Sorbitol, erythritol, dan mannitol merupakan bahan yang sering digunakan untuk pemanis buatan dalam permen karet dan produk bebas gula lainnya.
Kandungan ini dapat menyebabkan diare pada beberapa orang yang sehat.
7. Operasi
Operasi pengangkatan sebagian usus atau kandung empedu terkadang juga bisa menyebabkan diare sebagai efek samping tindakan.
Sebab, operasi dapat menyebabkan makanan bergerak melalui sistem pencernaan dengan lebih cepat.
Akan tetapi, kondisi ini biasanya akan berangsur membaik dengan sendirinya.
8. Gangguan pencernaan lainnya
Diare kronis juga dapat disebabkan oleh kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS), penyakit Crohn, kolitis ulseratif, penyakit celiac, kolitis mikroskopis, dan pertumbuhan bakteri berlebih di usus kecil (small intestinal bacterial overgrowth atau SIBO).
Kamu juga bisa membaca ulasan pada artikel berikut ini: “Waspada, Ini Penyebab Diare Berair” untuk mendapatkan informasi lain.
Faktor Risiko Diare
Setidaknya, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, seperti:
- Jarang mencuci tangan setelah ke toilet.
- Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih.
- Jarang membersihkan dapur dan toilet.
- Sumber air yang tidak bersih.
- Makan makanan sisa yang sudah dingin.
- Tidak mencuci tangan dengan sabun.
Gejala Diare
Beberapa gejala diare yang biasanya terjadi adalah:
- Feses lembek dan cair.
- Nyeri dan kram perut.
- Mual dan muntah.
- Nyeri kepala.
- Kehilangan nafsu makan.
- Haus terus-menerus.
- Darah pada feses.
Selain ciri-ciri diare tersebut, dehidrasi juga merupakan gejala yang paling umum yang menyertai diare.
Pada anak-anak, kondisi tersebut memiliki ciri-ciri dehidrasi berupa jarang buang air kecil, mulut kering, serta menangis tanpa mengeluarkan air mata.
Pada kasus yang berat, anak dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsif, mata cekung, serta kulit perut yang dicubit tidak kembali dengan cepat.
Sementara itu, tanda dehidrasi pada orang dewasa meliputi kelelahan dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, pusing, mulut kering, serta nyeri kepala.
Bersamaan dengan dehidrasi, malabsorpsi juga dapat terjadi saat seseorang mengalami diare parah.
Malabsorpsi merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat menyerap nutrisi secara efektif dari makanan dan minuman.
Baik dehidrasi maupun malabsorpsi, keduanya merupakan pertanda diare serius dan kronis.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Pada orang dewasa, temui dokter apabila?
- Diare kamu tidak membaik atau berhenti setelah dua hari.
- Mengalami tanda-tanda dehidrasi.
- Merasakan sakit yang parah di perut atau rektum.
- Tinja berdarah atau berwarna hitam.
- Mengalami demam hingga melebihi 38 derajat Celsius.
Pada anak-anak, terutama anak-anak kecil, diare bisa cepat menyebabkan dehidrasi.
Temui dokter, jika diare pada anak tidak membaik dalam 24 jam atau memiliki tanda berikut:
- Mengalami dehidrasi.
- Demam di atas 38 derajat Celsius.
- Memiliki tinja berdarah atau berwarna hitam.
Rekomendasi Dokter untuk Pengobatan Diare
Segera hubungi dokter untuk mendapatkan solusi terbaik jika mengalami ciri-ciri diare tersebut, apalagi bila sudah berlangsung selama beberapa hari.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter yang akan membantu pengobatan diare dan sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun.
Bukan hanya itu, mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Jangan ragu untuk tanya dokter di Halodoc jika gejala tidak kunjung membaik.
Klik gambar di bawah ini untuk mulai konsultasi dengan dokter spesialis di Halodoc.
Diagnosis Diare
Untuk mendiagnosis diare, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemeriksaan sampel feses di laboratorium untuk mengidentifikasi infeksi yang terjadi pada pengidap.
- Tes darah untuk mengetahui penyebab diare.
- Pemeriksaan tambahan, seperti sigmoidoskopi dan kolonoskopi jika terdapat dugaan penyakit yang lebih serius.
Komplikasi Diare
Beberapa komplikasi bisa terjadi akibat gangguan pencernaan ini, antara lain:
- Dehidrasi ringan hingga berat.
- Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
- Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
- Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang keluar saat buang air besar, yang menimbulkan tanda-tanda berupa lemas, lumpuh, hingga kejang.
- Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
Jika kamu mengalami ciri-ciri diare yang semakin parah, kamu perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter untuk mencegah berbagai komplikasi tersebut.
Pengobatan Diare
Pada kebanyakan kasus, diare yang bersifat ringan bisa kamu atasi sendiri di rumah dengan mengonsumsi obat antidiare tanpa resep.
Selain itu, jangan lupa juga untuk mengonsumsi banyak cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Namun, untuk kasus kronis yang berlangsung lama, dokter bisa memberikan pengobatan berdasarkan penyebabnya.
Berikut beberapa pengobatan diare:
- Antibiotik. Dokter akan meresepkan obat ini bila gangguan pencernaan tersebut terjadi akibat infeksi bakteri.
- Mengobati kondisi yang mendasarinya. Diare bisa menjadi pertanda dari beberapa kondisi medis lainnya, termasuk sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit radang usus (IBD) seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, kolitis mikroskopis, atau pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Setelah penyebab diare sudah jelas, dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.
- Probiotik. Probiotik terkadang bermanfaat untuk membangun kembali bioma yang sehat untuk memerangi diare.
Kamu dapat membaca artikel berikut ini untuk mengetahui rekomendasinya: “Ini 7 Pilihan Obat Diare yang Ampuh untuk Orang Dewasa”.
Pencegahan Diare
Beberapa upaya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah gangguan pencernaan ini, antara lain:
- Selalu mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh daging mentah, setelah dari toilet, atau setelah bersin dan batuk, dengan menggunakan sabun dan air bersih.
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang sudah matang sempurna, serta menghindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya.
- Dapatkan vaksinasi. Rotavirus, salah satu penyebab diare, bisa kamu cegah dengan vaksin rotavirus. Vaksin ini biasanya dokter berikan kepada bayi dalam beberapa tahap selama tahun pertama kehidupannya.
Untuk membantu pemulihan, ketahui Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi saat Diare.
Selain itu, kamu juga bisa dapatkan obat diare dengan mudah dari Toko Kesehatan Halodoc. Dengan layanan Halodoc, kamu bisa memesan obat dari mana saja dan kapan saja.