Dermatitis Numularis
DAFTAR ISI
- Pengertian Dermatitis Numularis
- Penyebab Dermatitis Numularis
- Faktor Risiko Dermatitis Numularis
- Gejala Dermatitis Numularis
- Diagnosis
- Pengobatan
- Pencegahan
Pengertian Dermatitis Numularis
Dermatitis nummular atau dikenal juga dengan eksim nummular atau eksim diskoid adalah kondisi kronis tapi bisa diobati yang menyebabkan bintik-bintik berbentuk koin pada kulit. Bintik-bintik tersebut biasanya sangat gatal dan mengeluarkan cairan bening atau menjadi kering dan berkerak (keropeng). Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 55–65 tahun dan lebih banyak pada pria dibanding wanita. Meski begitu, dermatitis numularis bisa juga ditemukan pada usia yang lebih muda atau usia remaja, terutama wanita.
Untuk informasi secara umum mengenai dermatitis, kamu bisa baca artikel ini: Dermatitis – Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan.
Penyebab Dermatitis Numularis
Penyebab pasti dari dermatitis numularis masih belum diketahui. Namun, kulit yang kering atau sensitif terhadap bahan tertentu dikaitkan dengan kejadian dermatitis numularis, seperti:
- Logam, seperti nikel dan merkuri yang didapat saat penambalan gigi.
- Formaldehid.
- Obat-obatan, seperti neomisin.
Trauma pada kulit akibat gigitan serangga, goresan, atau luka bakar kimia juga bisa menjadi pemicu dermatitis nummular. Selain itu, kondisi kulit kronis ini juga bisa berkembang sebagai reaksi terhadap beberapa jenis eksim lain dan pemicunya, seperti dermatitis kontak dan nikel. Ketika terjadi di kaki, itu bisa dikaitkan dengan aliran darah yang buruk di tubuh bagian bawah dan dermatitis stasis yang bisa menyebabkan masalah sirkulasi.
Faktor Risiko Dermatitis Numularis
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang mengidap dermatitis numularis, meliputi:
- Kulit yang sangat kering (xerosis).
- Memiliki riwayat eksim yang lain, seperti dermatitis atopik atau statis dermatitis.
- Aliran darah yang tidak lancar terutama pada kaki.
- Cedera atau iritasi pada kulit yang dapat disebabkan oleh gigitan serangga dan paparan bahan kimia tertentu.
- Infeksi kulit karena bakteri, paling sering oleh bakteri Staphylococcus aureus.
- Menggunakan obat-obatan tertentu seperti isotretinoin (retinoid).
Gejala Dermatitis Numularis
Gejala pada dermatitis numularis dapat berupa
- Bercak atau ruam kemerahan pada kulit yang awalnya kecil dan berkelompok
- Terdapat bintik-bintik merah didalam bercak dan kulit lepuh berisi cairan. Kemudian, lesi kulit membesar membentuk koin atau oval.
- Ukuran diameter lesi 2–10 sentimeter.
- Lokasi yang paling sering terpengaruh adalah kaki, tetapi dapat muncul dibagian tubuh lain, seperti badan, lengan, tangan, dan telapak.
- Gatal dengan intensitas ringan sampai berat, dan dapat disertai nyeri seperti terbakar.
- Lesi lepuh pada kulit yang bisa pecah, berkerak, dan lama-kelamaan dapat menjadi sisik.
Diagnosis
Dalam mendiagnosa dermatitis numularis, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat penyakit, serta mencari faktor risiko. Dermatitis numularis biasanya dapat didiagnosa hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik pada lesi. Dokter akan menyarankan untuk melakukan tes alergi untuk memastikan apakah kulit alergi terhadap sesuatu yang dapat memicu dermatitis numularis.
Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, misalnya pada kasus dengan gejala tidak khas atau menyerupai penyakit lain adalah swab cairan pada lesi kulit dan diperiksa dibawah mikroskop untuk mencari apakah ada bakteri atau jamur. Biopsi kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis lain dengan lesi mirip dermatitis ini, seperti tinea corporis, psoriasis, dan erupsi kulit karena obat.
Pengobatan
Pengobatan dermatitis numularis ditujukan untuk mengurangi peradangan dan gejala gatal atau nyeri yang ditimbulkan. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk dermatitis numularis, antara lain:
- Kortikosteroid, dalam bentuk salep atau krim merupakan pilihan utama untuk mengurangi peradangan pada dermatitis numularis.
- Fototerapi yang biasa digunakan adalah fototerapi dengan sinar UVB pada kasus dengan lesi yang luas dan lama tidak sembuh dengan pengobatan topikal atau salep. Fototerapi sinar UVA dengan psoralen juga dapat digunakan pada kasus yang berat.
- Modulator sistem imun, seperti tacrolimus dan pimecrolimus dapat digunakan untuk mengurangi peradangan.
- Antihistamin, seperti cetirizine dapat digunakan untuk mengurangi gejala gatal dan meredakan respon alergi.
- Antibiotik salep dapat diberikan bila ada infeksi sekunder karena bakteri. Salep antibiotik yang digunakan tidak boleh mengandung neomicin, karena salah satu pencetus dermatitis numularis.
Seperti penyakit eksim lainnya, pemberian pelembap kulit pada dermatitis numularis sangat membantu untuk melindungi kulit yang rusak dan mencegah kulit iritasi.
Pencegahan
Seperti halnya penyebab dari dermatitis numularis tidak diketahui, upaya pencegahan pasti agar seseorang tidak terkena dermatitis numularis tidak diketahui, tetapi beberapa langkah dibawah ini dapat dilakukan apabila memiliki risiko tinggi atau pernah mengidap dermatitis numularis agar tidak kambuh, di antaranya:
- Menggunakan pelembap secara teratur minimal satu kali sehari. Gunakan pelembap setelah mandi.
- Menghindari bahan-bahan penyebab iritasi kulit, seperti cairan pembersih kerak, deterjen pakaian, ataupun bahan kimia lainnya.
- Menggunakan sabun dengan pH netral, mengandung pelembap, dan tidak mengandung detergen untuk mengurangi iritasi kulit, terutama jika memiliki kulit yang sangat kering.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat memiliki gejala-gejala serupa di atas, sebaiknya diskusikan dengan dokter sebelum memulai pengobatan sendiri agar dapat didiagnosa secara tepat dan mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa tanya dokter mengenai gejala yang kamu alami melalui aplikasi Halodoc. Download aplikasinya sekarang juga agar kamu bisa mendapatkan solusi kesehatan terlengkap dengan mudah.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Nummular Eczema.
Diperbarui pada 10 Maret 2022.