Dermatitis Kontak
DAFTAR ISI
- Apa Itu Dermatitis Kontak?
- Penyebab Dermatitis Kontak
- Faktor Risiko Dermatitis Kontak
- Gejala Dermatitis Kontak
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Dermatitis Kontak
- Diagnosis Dermatitis Kontak
- Pengobatan Dermatitis Kontak
- Rekomendasi Obat Dermatitis Kontak
- Komplikasi Dermatitis Kontak
- Pencegahan Dermatitis Kontak
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Dermatitis Kontak?
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang ditandai dengan ruam kulit yang gatal kemerahan, yang timbul akibat iritasi setelah kontak langsung dengan zat tertentu, atau akibat reaksi alergi terhadap zat tertentu. Dermatitis kontak terbagi menjadi dua jenis, yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan.
Untuk informasi secara umum mengenai dermatitis, kamu bisa baca artikel ini: Dermatitis – Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan.
Penyebab Terjadinya Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak disebabkan oleh zat yang mengiritasi kulit atau memicu reaksi alergi. Substansi bisa menjadi salah satu dari ribuan alergen dan iritasi yang diketahui. Beberapa zat dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.
1. Dermatitis Kontak Iritan
Merupakan jenis yang paling umum. Reaksi kulit non-alergi ini terjadi ketika suatu zat merusak lapisan pelindung luar kulit. Beberapa orang bereaksi terhadap iritasi kuat setelah paparang tunggal.
Sementara sebagian orang lainnya mungkin mengalami tanda dan gejala setelah paparan berulang terhadap iritasi ringan. Sebagian lainnya masih bisa menoleransi paparan zat.
Zat yang umumnya dapat mengiritasi kulit yaitu:
- Zat pelarut.
- Spiritus.
- Pemutih dan deterjen.
- Sampo.
- Zat di udara, seperti serbuk gergaji atau debu wol.
- Tanaman.
- Pupuk dan pestisida.
- Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatitis Kontak Alergi
Kondisi ini terjadi ketika zat yang sensitif (alergen) memicu reaksi sistem kekebalan tubuh di kulit. Biasanya hanya mempengaruhi area yang bersentuhan dengan alergen. Bisa juga dipicu oleh sesuatu yang masuk ke tubuh. Misalnya melalui makanan, zat perasa, obat-obatan, atau prosedur medis atau gigi (dermatitis kontak sistemik).
Seseorang mungkin menjadi peka terhadap alergen yang kuat seperti poison ivy (tanaman berbunga yang beracun) setelah paparan tunggal. Alergen yang lebih lemah mungkin memerlukan beberapa kali eksposur selama beberapa tahun untuk memicu alergi. Setelah kamu mengembangkan alergi terhadap suatu zat, bahkan sejumlah kecil zat tersebut dapat menyebabkan reaksi.
Zat alergen yang umum menjadi penyebab dermatitis kontak alergi yaitu:
- Nikel, yang digunakan dalam perhiasan, gesper, dan banyak barang lainnya.
- Obat-obatan, seperti krim antibiotik dan antihistamin oral.
- Balsam Peru, yang terkandung dalam banyak produk. Seperti parfum, kosmetik, obat, kumur.
- Formaldehida, yang ada dalam pengawet, desinfektan, dan pakaian.
- Produk perawatan pribadi, seperti deodoran, sabun mandi, pewarna rambut, kosmetik, dan cat kuku.
- Tanaman seperti poison ivy dan mangga, yang mengandung zat atau minyak penyebab alergi (urushiol).
- Zat di udara, seperti serbuk dari insektisida semprot.
- Produk yang menyebabkan reaksi saat berada di bawah sinar matahari (dermatitis kontak fotoalergi), seperti beberapa tabir surya dan obat-obatan oral.
Anak-anak bisa mengembangkan dermatitis kontak dari paparan popok, tisu bayi, tabir surya, pakaian dengan kancing atau pewarna, dan sebagainya.
Faktor Risiko Dermatitis Kontak
Beberapa pekerjaan dan hobi bisa membuat seseorang berisiko lebih tinggi terkena dermatitis kontak, antara lain:
- Karyawan kesehatan dan perawatan gigi.
- Pekerja konstruksi.
- Pekerja logam.
- Penata rambut dan ahli rias, karena sering terkena air, sehingga berisiko mengalami dermatitis kontak iritan tangan.
- Mekanik.
- Penyelam atau perenang, karena terkena karet di masker wajah atau kacamata renang.
- Cleaning service.
- Tukang kebun dan pekerja pertanian.
- Tukang masak dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan makanan.
Gejala Dermatitis Kontak
Gejala dermatitis kontak alergi, antara lain:
- Kulit kering.
- Kulit melepuh.
- Kemerahan pada kulit.
- Kulit tampak gelap.
- Kulit terasa perih.
- Gatal yang parah.
- Sensitif terhadap cahaya matahari.
- Pembengkakan pada mata, muka, atau selangkangan.
Gejala pada dermatitis kontak iritan, antara lain:
- Kulit melepuh.
- Kulit pecah-pecah.
- Bengkak.
- Kulit terasa kencang.
- Sariawan.
- Luka terbuka yang berkerak.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak bisa sangat mengganggu aktivitas karena rasa gatal dan kemerahan. Jika kamu mengalami kondisi ini, hubungi dokter spesialis kulit di Halodoc.
Mereka bisa memberikan saran yang tepat maupun meresepkan obat jika dibutuhkan.
Para ahli ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis Dermatitis Kontak
Dokter akan mendiagnosis dermatitis kontak dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes alergi melalui kulit. Tes alergi melalui kulit dapat dilakukan dengan tes tusuk maupun tes tempel. Tes tempel dilakukan dengan cara menempelkan kertas yang mengandung beberapa zat alergen untuk mengidentifikasi penyebab munculnya dermatitis kontak alergi. Setelah dua hari, kertas dilepas dan reaksi pada kulit diperiksa.
- ROAT test atau tes iritasi. Pada pemeriksaan ini, pengidap akan diminta untuk mengoleskan zat tertentu pada bagian kulit yang sama, dua kali sehari, selama 5 sampai 10 hari, untuk melihat bagaimana reaksi kulitnya.
Pengobatan Dermatitis Kontak
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dermatitis kontak, antara lain:
- Menghindari paparan zat yang menjadi penyebab iritasi atau alergi di kulit.
- Berhenti menggunakan produk yang mengandung zat pemicu iritasi atau alergi.
- Menggunakan pelembab kulit.
- Mengompres area dermatitis kontak dengan kompres dingin.
- Menghindari garukan pada area kulit yang mengalami dermatitis kontak.
- Melindungi tangan dengan menggunakan sarung tangan jika diperlukan.
- Mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid, baik dalam bentuk salep maupun tablet.
- Terapi imunosupresan, yaitu pemberian obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, untuk mengurangi peradangan.
- Fototerapi. Tindakan medis ini dilakukan dengan menggunakan paparan sinar UV untuk membantu mengembalikan tampilan kulit yang terkena dermatitis kontak.
Rekomendasi Obat Dermatitis Kontak
Terdapat beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala dermatitis kontak, antara lain:
- Apolar 0.5 mg/g Cream 10 g. Dengan kandungan desonide yang terdapat dalam obat ini bisa digunakan sebagai anti peradangan. Obat ini diindikasikan juga untuk mengatasi kondisi kulit dermatitis kontak.
- Amtocort 4 mg 10 Tablet. Kandungan triamcinolone dalam obat ini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis dermatitis termasuk dermatitis kontak. Obat ini bekerja dengan mengatasi keadaan alergi dan reaksi inflamasi atau peradangan.
- Hydrocortison Cream 2.5% 5 g. Berbentuk cream obat ini bisa mengatasi inflamasi, kemerahan, dan gatal-gatal pada kulit yang disebabkan oleh dermatitis kontak.
- Faridexon Forte 0.75 mg 10 Kaplet. Dengan kandungan dexamethasone, obat ini digunakan untuk terapi terhadap dermatitis kontak.
- Dermacoid Cream 10 gr. Bisa digunakan untuk mengatasi gangguan pada kulit seperti dermatitis kontak atau keadaan kulit yang mengalami peradangan dan alergi.
Komplikasi Dermatitis Kontak
Beberapa komplikasi yang diakibatkan dermatitis kontak, antara lain:
- Infeksi kulit karena bakteri atau jamur.
- Neurodermatitis akibat terus menerus menggaruk kulit.
- Kualitas hidup menurun karena gejala dermatitis kontak mengganggu pengidap untuk beraktivitas sehari-hari.
Pencegahan Dermatitis Kontak
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dermatitis kontak:
- Hindari iritan dan alergen. Cobalah untuk mengidentifikasi dan menghindari zat yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi.
- Cuci kulit. Kamu bisa menghilangkan sebagian besar zat penyebab ruam jika segera mencuci kulit setelah bersentuhan dengannya. Gunakan sabun lembut, bebas pewangi, air hangat, dan bilas sepenuhnya.
- Cuci pakaian atau barang lain yang mungkin terkena alergen tanaman.
- Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan. Masker wajah, kacamata, sarung tangan, dan barang pelindung lainnya dapat melindungi kami dari zat yang mengiritasi. Termasuk cairan pembersih rumah.
- Gunakan penutup untuk menutup logam bersentuhan dengan kulit. Ini bisa menghindari paparan dari kancing celana jeans atau resleting yang terbuat dari logam.
- Oleskan krim atau gel pelindung kulit. Produk-produk ini dapat melindungi kulit sensitif.
- Gunakan pelembab. Mengoleskan losion atau pelembab secara teratur dapat membantu memulihkan lapisan terluar kulit dan menjaga kulit tetap halus.
- Waspada saat di sekitar hewan peliharaan. Alergen dari tanaman, dapat menempel pada hewan peliharaan dan kemudian menyebar ke manusia.
Jika kamu memiliki kulit sensitif, lakukan tes spot dengan produk baru apa pun. Kamu dapat mengaplikasikan produk kulit baru ke satu tempat di lengan. Tutupi area tersebut, dan jangan sampai terkena air atau sabun. Periksa apakah ada reaksi setelah 48 hingga 96 jam diaplikasikan. Jika ada kemerahan atau iritasi, jangan gunakan produk tersebut.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika sudah melakukan pencegahan, tapi dermatitis kontak tetap terjadi dan mengganggu aktivitas sehari-hari, segera tanya dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan saran pengobatan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!