Depresi
DAFTAR ISI
- Apa Itu Depresi?
- Apa Saja Bentuk Depresi?
- Penyebab Depresi
- Faktor Risiko Depresi
- Apa Ciri-Ciri Depresi?
- Hubungi Psikiater di Halodoc Jika Kamu/Orang Terdekat Mengalami Depresi
- Diagnosis Gejala Depresi
- Pengobatan Gejala Depresi
- Rekomendasi Obat untuk Meredakan Depresi
- Komplikasi Depresi
- Pencegahan Depresi
- Kapan Harus ke Dokter?
Panduan Lengkap Kesehatan Mental di Halodoc
Apa Itu Depresi?
Depresi atau gangguan depresi mayor adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan cara bertindak seseorang.
Gejala depresi yang paling umum yaitu, merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.
Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang, serta mampu memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Tidak hanya itu, gangguan kesehatan ini juga dapat memburuk dan bertahan lebih lama bila tidak mendapatkan penanganan.
Apa Saja Bentuk Depresi?
Depresi terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat keparahan dan apa yang menjadi penyebabnya. Berikut penjelasan untuk setiap jenisnya:
1. Depresi mayor
Jenis gangguan kesehatan mental ini muncul dengan gejala berupa perasaan sedih, dan mengalami kehilangan minat. Kondisi ini bisa muncul setiap waktu dan berlangsung selama sekitar 2 minggu atau bahkan lebih.
Mau tahu kapan seseorang yang mengalami depresi perlu mengonsumsi obat-obatan? Baca selengkapnya di artikel ini: “Kapan Seseorang Perlu Konsumsi Antidepresan?“.
2. Distimia
Selain itu, ada pula distimia atau gejala depresi yang kronis (persistent depressive disorder). Jenis ini termasuk dalam depresi mayor yang telah terjadi dalam waktu yang lama, yaitu setidaknya selama 2 tahun.
3. Gangguan bipolar
Ada juga gangguan bipolar, masalah suasana hati yang muncul dengan gejala berupa perubahan emosi dan suasana hati yang drastis pada dua rentang waktu.
Ketika mengalami masalah kesehatan mental ini, seseorang dapat berada pada fase maniak atau senang berlebihan dan depresi mayor (perasaan sedih dan putus asa).
4. Depresi postpartum
Jenis depresi ini sangat umum terjadi pada ibu yang baru melalui proses persalinan. Biasanya, kondisi ini muncul dengan gejala depresi mayor dalam waktu kurang lebih 1 tahun setelah persalinan.
5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)
PMDD adalah gangguan mental yang identik dengan wanita. Gejalanya bisa terlihat sekitar 1 minggu sebelum hari menstruasi untuk beberapa wanita, lalu menghilang ketika haid tiba.
Namun, gangguan ini tidak sama dengan gejala dari PMS atau premenstrual syndrome.
6. Depresi atipikal (atypical depression)
Jenis ini biasanya muncul dengan beberapa gejala depresi yang tidak khas. Misalnya, kenaikan berat badan yang signifikan, terlalu banyak tidur, penolakan, dan sedih yang berlebihan.
Umumnya, gejala ini akan mulai mereda jika pengidapnya mengalami kejadian atau suasana yang positif.
7. Psychotic depression
Terakhir, ada psychotic depression, kondisi gangguan kesehatan mental yang muncul pada seseorang yang mengalami depresi parah, bersamaan dengan gejala psikotik misalnya delusi, halusinasi, dan masalah pola pikir.
Penyebab Depresi
Sayangnya, ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab depresi secara pasti. Namun, mereka menduga bahwa kesehatan mental ini terjadi karena beberapa faktor pemicu, seperti:
1. Masalah biologis
Seseorang yang mengidap depresi kemungkinan mengalami perubahan fisik pada otak. Karena pada dasarnya, depresi berkorelasi dengan atrofi neuron di area otak kortikal dan limbik, yang mengendalikan suasana hati dan emosi.
Meski demikian, hingga kini belum diketahui secara pasti terkait tingkat signifikan dari perubahan otak yang bisa memicu terjadinya depresi.
2. Gangguan kimia pada otak
Neurotransmitter adalah zat kimia pada otak yang terbentuk secara alami dan memiliki peran dalam terbentuknya depresi.
Studi menyebutkan bahwa, perubahan fungsi dan efek neurotransmitter ini dapat memengaruhi stabilitas suasana hati, sehingga berdampak pula pada tingkat depresi seseorang.
3. Gangguan hormon
Perubahan atau gangguan pada keseimbangan hormon dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini kerap terjadi selama kehamilan, serta beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan (postpartum).
Selain itu, seseorang yang mengalami masalah tiroid, menopause, serta beberapa kondisi lainnya juga berisiko tinggi mengalami depresi.
4. Penyakit keturunan
Masalah kesehatan mental ini lebih berisiko terjadi pada seseorang dengan keluarga inti yang pernah mengalami kondisi serupa. Ahli menyebutkan, gen dapat memengaruhi risiko dari penyebab depresi.
5. Peristiwa kehidupan
Mengalami stres, kematian orang tersayang, peristiwa yang mengecewakan (trauma), isolasi, serta kurangnya dukungan dapat menyebabkan depresi.
6. Kondisi medis
Rasa sakit dan penyakit fisik yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi. Pengidap penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan penyakit Parkinson lebih rentan mengalami depresi.
7. Obat
Beberapa jenis obat-obatan memiliki efek samping depresi. Narkoba dan alkohol juga dapat menyebabkan depresi atau memperburuknya.
8. Kepribadian
Seseorang yang mudah kewalahan atau mengalami kesulitan mengatasi situasi tertentu, lebih rentan terhadap depresi.
Faktor Risiko Depresi
Depresi umumnya terjadi pada remaja pada rentang usia antara 20 hingga 30-an, meski semua rentang usia juga memiliki risiko tersendiri.
Wanita lebih berisiko mengalami depresi daripada pria, tetapi wanita juga lebih cepat untuk mencari bantuan profesional.
Sementara itu, depresi yang terjadi pada usia paruh baya atau orang dewasa yang lebih tua dapat muncul bersamaan dengan penyakit medis serius lainnya. Contohnya diabetes, kanker, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson.
Penyakit kronis tersebut seringkali lebih buruk ketika depresi hadir. Terkadang obat untuk penyakit tersebut dapat menyebabkan efek samping yang berkontribusi pada depresi.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya depresi, antara lain:
- Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga.
- Menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang.
- Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain.
- Mengidap penyakit kronis atau serius, seperti gangguan hormon tiroid, cedera kepala, HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke, nyeri kronis, atau penyakit jantung.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat tekanan darah tinggi atau obat tidur.
- Mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual, kematian, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan.
Apa Ciri-Ciri Depresi?
Gejala depresi dapat kamu perhatikan dari dua hal, yaitu kejiwaan dan fisik.
Dari aspek kejiwaan, gangguan mental ini memiliki ciri sebagai berikut:
- Sering menyalahkan diri sendiri karena selalu memiliki rasa bersalah.
- Kerap merasa rendah diri, tidak berharga, dan putus asa.
- Selalu merasa khawatir dan cemas yang berlebihan.
- Memiliki suasana hati yang buruk atau sering merasa sedih berlebihan.
- Sensitif, mudah marah, dan lebih sering menangis.
- Kesulitan berpikir, mengambil keputusan, dan berkonsentrasi.
- Menunjukkan sikap apatis pada lingkungan sekitar.
- Tidak menunjukkan ketertarikan dan tidak mempunyai motivasi untuk semua hal (anhedonia).
- Selalu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri.
Sementara itu, gejala depresi secara fisik yang bisa terlihat, antara lain:
- Tubuh merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
- Nafsu makan menurun atau bahkan tidak berselera.
- Mengalami sulit tidur atau justru tidur berlebihan.
- Nyeri dan pusing tanpa penyebab yang jelas.
- Bicara dan gerak tubuh yang lebih lambat daripada biasanya.
- Penurunan atau hilangnya gairah seksual.
- Berat badan naik atau justru menurun.
Masalah depresi tidak selalu menunjukkan gejala yang serupa. Ini bergantung pada tingkat keparahan pada setiap pengidapnya.
Tingkat ringan dari gangguan mental ini bisa mengganggu aktivitas, produktivitas, dan relasi sosial.
Sementara itu, pada depresi yang parah, pengidapnya tidak dapat beraktivitas dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Kamu juga bisa mengetahui keadaan kesehatanmu dengan menggunakan kalkulator risiko depresi di Halodoc. Klik gambar berikut untuk mengeceknya sekarang:
Hubungi Psikiater di Halodoc Jika Kamu/Orang Terdekat Mengalami Depresi
Jika ciri-ciri tersebut telah kamu rasakan, jangan ragu untuk menghubungi psikolog di Halodoc agar perasaan depresi yang kamu alami membaik.
Berkonsultasi dengan psikolog dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan yang dapat membahayakan. Psikolog dapat membantu kamu untuk menangani perasaan depresi.
Nah, berikut rekomendasi psikolog di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman dan mendapatkan rating yang baik dari para pasien sebelumnya yang mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
- dr. Mariati Sp.KJ
Psikolog:
- Munazilah S.Psi, M.Psi
- Dina Zhafarina M.Psi
- Bayu Prasetya Yudha S.Psi,MM, M.Psi
- Nesi Merlitha S.Psi, M.Psi
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc. Ayo, hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Gejala Depresi
Dokter akan mendiagnosis depresi dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah jika memang perlu.
Pemeriksaan tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab dan gejala depresi. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan.
Dalam beberapa kasus, depresi yang muncul memiliki kaitan dengan masalah kesehatan fisik yang menjadi penyebabnya.
Nah, Ketahui Metode dan Tes untuk Mengetahui Depresi pada Seseorang.
2. Tes laboratorium
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan gangguan kelenjar tiroid yang menjadi salah satu pemicu depresi melalui hitung darah lengkap.
Ahli medis dapat menilai jika terdapat gangguan pada organ tersebut sehingga langsung melakukan penanganan.
3. Pemeriksaan mental
Psikolog atau psikiater akan bertanya tentang gejala yang muncul, termasuk pikiran, perasaan, serta pola perilaku.
Selain itu, dokter juga meminta pengidap mengisi kuesioner untuk menjawab beberapa pertanyaan guna menilai kesehatan mental.
4. DSM-5
Dokter juga dapat menggunakan kriteria untuk depresi sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dari American Psychiatric Association.
Kadang mengikuti tes sederhana seperti depression test yang ada di Halodoc juga bisa membantu mengenali tanda depresi.
Pengobatan Gejala Depresi
Hidup dengan depresi memang tidak mudah, tetapi pengobatan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.
Cobalah temui ahli medis untuk meminta bantuan pengobatan agar menjadi lebih baik. Jika masih tergolong ringan, perawatan diri sendiri mungkin bisa membantu.
Jika perawatan mandiri sudah tidak efektif, pengidap mungkin memerlukan konseling psikiater atau obat resep dari dokter.
Beberapa cara yang dapat menjadi pilihan untuk mengatasi atau pengobatan depresi, antara lain:
1. Perawatan mandiri
Perawatan mandiri bisa menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi depresi yang ringan. Bagi banyak orang, olahraga teratur membantu menciptakan perasaan positif dan meningkatkan suasana hati.
Mendapatkan kualitas tidur yang cukup, mengonsumsi makanan sehat dan menghindari alkohol (depresan) juga bisa membantu mengurangi gejalanya.
2. Psikoterapi
Dokter akan merekomendasikan psikoterapi untuk kasus depresi ringan hingga berat. Selain itu, dokter juga sering mengombinasikan psikoterapi dengan obat.
Berikut jenis terapi untuk mengatasi gangguan mental tersebut:
- Cognitive behavior therapy (CBT). Terapi ini bertujuan untuk membantu pengidap melepaskan pikiran dan perasaan negatif serta menggantinya dengan respon positif.
- Problem-solving therapy (PST). Terapi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan pengidap menghadapi pengalaman yang memicu rasa tertekan.
- Interpersonal therapy (IPT). Terapi ini berguna membantu mengatasi masalah yang muncul saat berhubungan dengan orang lain.
- Terapi psikodinamis. Terapi untuk membantu pengidap memahami apa yang sedang dirasakan dan bagaimana merespon perasaan tersebut.
Bergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut, pengobatan bisa memerlukan waktu beberapa minggu atau lebih lama.
Dalam banyak kasus, peningkatan yang signifikan dapat berlangsung dalam 10 hingga 15 sesi.
Pengobatan terkait gejala depresi tentu sangat penting. Untuk mempermudah kamu, Ini Psikolog yang Bisa Bantu Mengobati Gejala Depresi untuk mencegah dampak yang lebih berbahaya.
3. Obat
Ketidakseimbangan bahan kimia pada otak menjadi salah satu faktor risiko depresi. Dokter dapat meresepkan antidepresan untuk membantu memodifikasi kimia otak seseorang.
Umumnya, obat antidepresan tidak memiliki efek stimulasi pada orang yang tidak mengalami kelainan tersebut.
Antidepresan dapat mengurangi gejala dalam satu atau dua minggu pertama konsumsi, tapi manfaat penuh bisa jadi tidak terlihat hingga dua sampai tiga bulan.
Dalam beberapa situasi, obat psikotropika lain mungkin membantu.
Dokter biasanya menyarankan pengidap terus minum obat selama enam bulan atau lebih setelah gejalanya membaik.
Perawatan jangka panjang juga dapat membantu untuk mengurangi risiko episode depresi pada masa depan bagi orang-orang yang lebih berisiko.
Mau tahu apa saja pilihan obat penenang depresi? Baca di artikel ini:
- Ini Pilihan Obat Penenang Depresi yang Biasa Diresepkan Dokter
- Kapan Seseorang Perlu Konsumsi Antidepresan?
4. Terapi stimulasi otak
Jenis terapi ini biasanya menjadi pilihan untuk kondisi depresi yang tidak membaik setelah mengonsumsi obat, mengalami gejala psikosis, serta menunjukkan percobaan untuk bunuh diri.
Jenis terapi stimulasi otak ini termasuk:
- Electroconvulsive therapy (ECT). Terapi ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke otak, melalui kulit kepala untuk menyebabkan kejang singkat.
- Transcranial Magnetic Stimulation (TMS). Jenis stimulasi otak ini berlangsung dengan memakai energi magnet yang diubah menjadi arus listrik pada bagian bawah tengkorak. Prosedur ini bertujuan untuk membantu pengidap mengatur emosi. TMS adalah pengobatan tambahan yang bisa digabung dengan pengobatan dan non-invasif (tidak memerlukan operasi).
- Vagus Nerve Stimulation (VHS). Dokter jarang melakukan jenis terapi ini. Prosedurnya yaitu dokter akan memasang elektroda untuk stimulasi saraf vagus yang ditanamkan pada leher pasien.
Rekomendasi Obat untuk Meredakan Depresi
Jika kamu mengalami kondisi ini, dokter biasanya akan meresepkan sejumlah obat. Berikut ini beberapa merek obat yang bisa digunakan dengan resep dokter untuk mengatasi depresi:
- Sertraline 50 mg Tablet. Obat antidepresan ini masuk dalam golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), untuk mengatasi gejala depresi dengan atau tanpa riwayat mania.
- Sandepril 50 mg Tablet. Mengandung maprotiline HCI 50 mg, untuk mengatasi depresi mayor, depresi minor, insomnia pada pasien yang membutuhkan sedasi, serta dyspepsia functional.
- Fridep 50 mg 10 Tablet. Di dalamnya mengandung Sertraline 50 mg, untuk mengobati depresi, serangan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan sosial, serta nyeri neuropati.
- Brintellix 10 mg Tablet. Masuk dalam kelompok obat antidepresan, obat ini bisa bantu mengurangi gejala depresi termasuk kesedihan, ketegangan batin, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, kesulitan berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, hingga perasaan kehilangan minat dalam kegiatan favorit.
- Xiety 10 mg 10 Tablet. Mengandung Buspirone HCL, yang bisa bantu mengatasi gangguan ansietas umum dan gejala ansietas nonspesifik dengan atau tanpa depresi.
- Kalxetin 10 mg 10 Kapsul. Obat antidepresan yang mengandung fluoxetine untuk mengatasi depresi, obsessive compulsive disorder (OCD), bulimia nervosa, hingga gangguan disforik pramenstruasi (PMDD).
- Depram 10 mg Tablet. Mengandung escitalopram oxalate yang masuk dalam golongan SSRI untuk mengatasi depresi, serta gangguan kecemasan seperti gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia.
- Sernade 50 mg 10 Tablet. Merupakan obat antidepresan dengan kandungan Sertraline 50 mg, untuk mengobati depresi ringan hingga berat, rasa panik berlebih, sindrom pramenstruasi, OCD, dan gangguan kecemasan.
Obat-obatan di atas bisa kamu beli di Toko Kesehatan Halodoc. Yuk, tunggu apalagi, langsung download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Komplikasi Depresi
Depresi adalah gangguan kesehatan mental serius yang bisa berakibat fatal bagi pengidap maupun keluarga.
Gangguan ini sering kali menjadi lebih buruk bila tidak mendapat penanganan dan mengakibatkan masalah emosional, perilaku, dan kesehatan yang kemudian dapat memengaruhi kehidupan.
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi termasuk:
- Kelebihan berat badan atau obesitas yang bisa menyebabkan penyakit jantung dan diabetes.
- Penyakit fisik.
- Pelarian berupa alkohol atau penyalahgunaan narkoba.
- Kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial.
- Menimbulkan konflik keluarga, kesulitan hubungan, dan masalah pekerjaan atau sekolah.
- Isolasi sosial.
- Muncul perasaan ingin bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau bunuh diri.
- Keinginan untuk mutilasi diri.
- Kematian dini akibat kondisi medis.
Fakta Unik
Depresi adalah salah satu gangguan mental paling umum di dunia. Kondisi ini pun bisa menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar akibat penurunan produktivitas, peningkatan biaya perawatan kesehatan, dan hilangnya pendapatan.
Studi juga menunjukkan bahwa sekitar 17 persen remaja di AS berusia 12-17 tahun mengalami setidaknya satu episode depresi berat dalam setahun.
Pencegahan Depresi
Sayangnya, ahli belum mengetahui secara pasti langkah yang efektif untuk mencegah munculnya gejala depresi.
Namun, jika kamu mengalaminya, akan lebih baik untuk mencegah kekambuhan dengan mempelajari beberapa cara yang efektif.
Contohnya, perubahan gaya hidup dan pengobatan yang efektif. Beberapa cara lain yang bisa kamu lakukan untuk mencegah kondisi ini, antara lain:
1. Jaga kesehatan fisik
Lakukan olahraga secara teratur, makan makanan sehat, tidur yang cukup, dan hindari kebiasaan merokok atau mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
Kesehatan fisik yang baik dapat membantu meningkatkan mood dan meredakan stres.
2. Kelola stres dengan baik
Cari cara untuk mengatasi stres, seperti meditasi, yoga, atau aktivitas yang kamu sukai. Berbicara dengan orang terdekat atau terapis juga bisa membantu.
3. Tetap aktif secara sosial
Pertahankan hubungan yang positif dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Jangan ragu untuk mencari dukungan ketika merasa tertekan atau kesepian.
4. Cari hobi dan aktivitas yang menyenangkan
Temukan kegiatan yang kamu sukai, seperti membaca buku, melukis, berkebun, atau bermain musik. Hobi dapat memberikan perasaan bahagia dan memperkuat rasa pencapaian.
5. Batasi penggunaan media sosial
Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak adanya dukungan. Hal tersebut juga memicu tekanan, sehingga seseorang kerap membandingkan diri dengan orang lain. Oleh sebab itu, batasi penggunaan media sosial jika kamu mengalami depresi.
6. Atur waktu dengan baik
Beri diri sendiri waktu untuk bersantai dan beristirahat. Jangan terlalu sibuk atau terlalu banyak bekerja. Sebab, terlalu banyak bekerja bisa memicu stres dan berujung depresi apabila tidak tertangani.
7. Kenali tanda-tanda awalnya
Jika kamu merasa mulai mengalami gejala gangguan kesehatan mental ini, segera cari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Jangan menunggu kondisinya semakin memburuk. Sebab, kondisi yang tak tertangani bisa berdampak negatif untuk kesehatan fisik maupun mental.
8. Jangan mengisolasi diri
Ketika merasa tertekan atau sedih, jangan mengisolasi diri. Cobalah untuk tetap terhubung dengan orang lain dan bicarakan perasaan. Mengisolasi diri justru bisa membuat pikiran semakin negatif.
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila merasa kesulitan menghadapi perasaan atau merasa depresi, jangan ragu untuk mencari bantuan dari dokter atau terapis.
Mereka dapat membantu kamu untuk mendapatkan strategi dalam untuk menghadapi tantangan dalam hidup.
Segera lakukan pemeriksaan medis ke psikolog atau psikiater apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala gangguan kesehatan mental ini, terlebih jika ada keinginan untuk mencelakai diri maupun orang lain.
Nah, Ini Gejala Depresi yang Butuh Bantuan Psikolog untuk mengetahui kapan waktunya pengidap depresi memerlukan bantuan medis.
Penanganan sesegera mungkin dapat membantu pengidap untuk menjadi lebih produktif dan mencegah munculnya komplikasi serius karena gangguan kesehatan mental ini.
Dapatkan panduan lengkap untuk untuk kesehatan mental dari tenaga profesional di Halodoc, mulai dari konsultasi psikolog klinis hingga psikiater, dengan klik gambar di bawah ini.✔️
Diperbarui pada 24 September 2024
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Depression (major depressive disorder) – Symptoms and causes.
Medical News Today. Diakses pada 2024. Depression: Tests, symptoms, causes, and treatment.
Healthline. Diakses pada 2024. Everything You Want to Know About Depression.
American Psychiatric Association. Diakses pada 2024. What Is Depression?
National Institute of Mental Health. Diakses pada 2024. Depression.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Depression.
Frequently Asked Question
1. Apa yang dimaksud dengan depresi?
Depresi adalah suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai.
Ini lebih dari sekadar perasaan sedih biasa. Depresi dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, dan kesehatan fisik seseorang.
2. Apa contoh depresi?
Contoh situasi yang bisa mengindikasikan seseorang mengalami depresi adalah:
- Perubahan suasana hati: Merasa sedih, kosong, atau putus asa dalam waktu yang lama.
- Perubahan perilaku: Menarik diri dari sosial, kehilangan minat pada hobi, atau perubahan pola tidur dan makan.
- Perubahan fisik: Kelelahan terus-menerus, sakit-sakitan tanpa sebab yang jelas, atau perubahan berat badan yang signifikan.
- Perubahan pikiran: Sulit berkonsentrasi, merasa tidak berharga, atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
3. Apa yang membuat orang depresi?
Penyebab depresi bisa sangat kompleks dan seringkali melibatkan kombinasi faktor berikut:
- Genetika: Riwayat keluarga dengan depresi dapat meningkatkan risiko.
- Kimia otak: Perubahan kadar neurotransmitter tertentu di otak.
- Pengalaman hidup: Trauma masa kecil, kehilangan orang yang dicintai, stres kronis, atau masalah hubungan.
- Kondisi medis: Penyakit fisik tertentu seperti penyakit tiroid atau penyakit jantung.
- Penggunaan obat-obatan: Beberapa obat dapat menyebabkan depresi sebagai efek samping.
4. Apa ciri-ciri orang yang sedang depresi?
Ciri-ciri orang yang sedang depresi dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain, tetapi beberapa ciri umum meliputi:
- Perasaan sedih atau kosong yang terus-menerus.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya disukai.
- Perubahan nafsu makan (naik atau turun).
- Perubahan pola tidur (insomnia atau tidur berlebihan).
- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.
- Perasaan tidak berharga atau bersalah.
- Sulit berkonsentrasi, berpikir, atau membuat keputusan.
- Gerakan atau ucapan yang melambat.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.