Chlamydia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Chlamydia?
- Faktor Risiko Chlamydia
- Penyebab Chlamydia
- Gejala Chlamydia
- Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Pengobatan Chlamydia
- Diagnosis Chlamydia
- Pengobatan Chlamydia
- Komplikasi Chlamydia
- Pencegahan Chlamydia
- Kapan Harus ke Dokter?
Hubungi Admin Whatsapp Halodoc untuk Booking Tes Chlamydia Mulai dari Rp 876rb!
Apa Itu Chlamydia?
Chlamydia adalah salah satu penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom.
Sebagian besar pengidap chlamydia didominasi oleh kaum wanita yang berusia muda. Namun, baik pria maupun wanita segala usia pun bisa terkena chlamydia.
Penelitian menyebutkan, diperkirakan 40 hingga 96 persen pengidap chlamydia tidak memiliki gejala.
Meski begitu, chlamydia tetap bisa menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari apabila tak kunjung ditangani.
Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit chlamydia bisa menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang.
Faktor Risiko Chlamydia
Penyakit menular seksual yang satu ini ditularkan melalui cairan keputihan atau air mani saat seseorang melakukan seks oral, vagina, atau anal tanpa menggunakan pengaman, seperti kondom.
Jika dibandingkan dengan pria, wanita ternyata lebih berisiko tertular chlamydia.
Berikut ini faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia:
- Pernah mengidap penyakit menular seksual.
- Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
- Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
- Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Penyebab Chlamydia
Bakteri chlamydia trachomatis adalah penyebab utama chlamydia. Bakteri ini dapat menular ketika seseorang melakukan seks anal, oral, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin.
Selain itu, mainan seks yang tidak dicuci bersih atau dilapisi kondom baru juga bisa menjadi media penularan chlamydia.
Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin pengidapnya bisa menularkan bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau penetrasi.
Risiko terjangkit chlamydia bisa meningkat jika berhubungan seksual berganti-ganti pasangan atau dengan banyak orang.
Penularan chlamydia tidak akan terjadi karena hal berikut ini:
- Pelukan.
- Dudukan toilet.
- Handuk.
- Peralatan makan.
- Ciuman.
- Kolam renang.
- Kamar mandi.
Ibu hamil bisa menularkan pada bayi yang dilahirkannya dan menyebabkan mata menjadi bengkak, serta mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan konjungtivitis. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan radang paru-paru.
Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan atau pada saat awal kehamilan, pastikan kamu tidak sedang mengalami infeksi ini. Namun apabila positif, lakukan pengobatan secepat mungkin.
Jika mengalami kondisi ini, kamu bisa menghubungi 5 Pilihan Dokter yang Bisa Bantu Perawatan Chlamydia berikut.
Gejala Chlamydia
Chlamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1–3 minggu. Sering kali, gejala chlamydia diabaikan karena dianggap segera berlalu dan tidak parah.
Gejala chlamydia pada wanita dan pria bisa berbeda, tetapi sakit atau nyeri saat buang air kecil menjadi karakteristik umum.
Gejala pada pria:
Kondisi penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada 50 persen pengidap pria.
Sementara itu, pada 50 persen lainnya bisa mengalami gejala seperti sakit pada testikel, serta keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari ujung penis.
Namun, beberapa gejala chlamydia yang bisa dialami pria, yaitu:
- Sensasi terbakar ketika buang air kecil.
- Keluarnya cairan berwarna kuning atau hijau dari penis.
- Muncul rasa nyeri di perut bagian bawah dan testis.
Gejala pada wanita:
Sementara itu, wanita yang tidak mengalami gejala chlamydia sekitar 75 persen dan 25 persen mengalami gejala yang paling umum terjadi.
Salah satu contoh gejalanya yakni pendarahan saat atau usai melakukan hubungan seks dan mengeluarkan cairan vagina yang tidak biasa.
Selain itu, beberapa gejala klamidia yang paling umum pada wanita meliputi:
- Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
- Keputihan
- Sensasi terbakar saat buang air kecil
- Nyeri di perut bagian bawah
- Radang pada leher rahim (servisitis)
- Pendarahan di antara periode menstruasi
Pada beberapa wanita, infeksi ini dapat menyebar ke saluran tuba yang dapat menyebabkan kondisi yang disebut penyakit radang panggul (PID).
Selain menginfeksi organ intim, infeksi chlamydia juga terjadi pada mata dan menyebabkan terjadinya konjungtivitis jika cairan vagina atau sperma yang terinfeksi terkena mata.
Mata yang terinfeksi akan terasa perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan cairan. Anus juga bisa terinfeksi dan menimbulkan pendarahan, keluar cairan, serta rasa sakit dan tidak nyaman.
Chlamydia dan gonore memiliki gejala yang hampir sama, ketahui Perbedaan Penyakit Menular Seksual Chlamydia dan Gonore.
Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Pengobatan Chlamydia
Kamu bisa menghubungi dokter di Halodoc secepatnya, apabila muncul gejala chlamydia.
Nah, berikut beberapa dokter spesialis yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun yang bisa kamu hubungi untuk pengobatan panu.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Marsell Phang Sp.OG
- dr. Lucia Leonie Sp.OG
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Jangan khawatir, saat konsultasi masalah kesehatan seksual, privasi kamu pasti terjaga dengan aman di Halodoc!
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Chlamydia
Sebelum melakukan diagnosis, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai gejala yang kamu alami.
Dokter kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi apakah terdapat cairan, luka, atau bintik-bintik yang tidak biasa.
Pemeriksaan atau diagnosis chlamydia juga sering kali didapat ketika seseorang melakukan tes selama kunjungan ke dokter.
Tes ini dilakukan secara tahunan pada yang berumur di bawah 25 tahun dan aktif secara seksual.
Untuk yang berumur 25 tahun ke atas, sebaiknya tes dilakukan setiap tahun.
terutama mereka yang memiliki hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, berhubungan seks dengan seseorang yang berganti-ganti pasangan, melakukan seks yang tidak aman, atau sebelumnya pernah mengidap chlamydia.
Tes diagnostik yang paling efektif untuk mengidentifikasi chlamydia dengan tes usap vagina pada wanita dan tes urine pada pria.
Apabila ada kemungkinan infeksi pada anus atau tenggorokan, area ini juga bisa diusap.
Catat, Bakteri Chlamydia Dapat Menyebabkan Komplikasi Ini pada Perempuan.
Lakukan Tes Chlamydia di Rumah Pakai Halodoc
Apabila belum lama ini kamu melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dan merasa mengalami gejala mirip chlamydia, segera lakukan pemeriksaan.
Beberapa gejala tersebut misalnya:
- Rasa terbakar saat buang air kecil
- Keluar cairan yang tidak biasa dari alat kelamin
- Luka pada alat kelamin
- Nyeri atau bengkak pada skrotum (pada laki-laki)
Jangan tunda pemeriksaan karena chlamydia merupakan penyakit serius yang harus segera ditangani.
Sebagai langkah awal, kamu bisa melakukan tes Anti-Chlamydia Trachomatis lgM untuk memastikannya.
Selain itu, tindakan ini juga berguna untuk menentukan langkah selanjutnya dalam mengantisipasi dampak yang lebih berbahaya.
Nah, saat ini tes deteksi chlamydia bisa kamu lakukan dengan mudah, bahkan tanpa harus keluar rumah.
Sebab, kamu bisa memesan Tes Anti-Chlamydia Trachomatis lgM dengan menggunakan layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar).
Layanan homelab ini adalah tes laboratorium atau paket tes dari Halodoc yang pengambilan sampelnya bisa dilakukan di rumah atau di lokasi mana pun yang kamu pilih.
Ada beberapa keunggulan dari layanan tes lab ini, antara lain:
✔ Tak perlu repot keluar rumah.
✔ Tak perlu antre lama di rumah sakit.
✔ Hemat waktu dan biaya.
✔ Tenaga medis profesional dan responnya cepat.
✔ Protokol kesehatan yang ketat. Ini Daftar Phlebotomist yang Tangani Layanan Tes Lab Halodoc.
✔ Sampel diambil secara aman dan steril.
✔ Peralatan yang digunakan berkualitas, aman, tersegel, dan sesuai standardisasi.
✔ Harganya terjangkau, mulai dari Rp 876.000,-, kamu bahkan bisa melakukan family booking untuk mendapatkan ekstra diskon.
✔ Semua layanan tes lab terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter.
✔ Setelah tes, kamu akan mendapatkan voucher 25 ribu untuk konsultasi hasil dengan dokter tepercaya dari Halodoc.
Dengan berbagai keunggulan layanan Halodoc Home Lab tersebut, kamu bisa melakukan skrining penyakit menular seksual dengan mudah, aman, dan nyaman.
Booking Tes Anti-Chlamydia Trachomatis lgM Lebih Mudah di Rumah Lewat Halodoc.
Kamu bisa order melalui aplikasi Halodoc atau hubungi langsung nomor WhatsApp 0888-0999-9226.
Jangan khawatir, saat memesan tes ini, privasi kamu pasti terjaga dengan aman di Halodoc!
Yuk, lakukan tes lab pakai Halodoc sekarang juga!
Pengobatan Chlamydia
Pengobatan dilakukan dengan mengonsumsi kombinasi obat antibiotik yang diresepkan oleh dokter selama sekitar satu atau dua minggu.
Antibiotik perlu dihabiskan meski gejala chlamydia sudah membaik untuk mencegah retensi bakteri.
Selama perawatan, pengidap juga dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual apapun guna mencegah infeksi ulang dan penularan chlamydia kepada pasangan.
Komplikasi Chlamydia
Sebagian besar chlamydia jarang menunjukkan gejala yang kentara. Namun, chlamydia yang tak kunjung diobati berisiko menyebabkan komplikasi.
Komplikasi tersebut dapat terjadi pada pria, wanita, dan ibu hamil serta janin atau bayinya.
Komplikasi pada pria
Jika tidak diobati, chlamydia dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada pria, seperti:
1. Epididimitis
Peradangan yang terjadi pada epididimis yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk sperma dari testikel. Penyakit ini menimbulkan gejala membengkaknya epididimis dan rasa nyeri.
Jika tidak segera ditangani, infeksi bisa menyebabkan munculnya cairan atau bahkan nanah, dan jika sudah parah bisa menyebabkan kemandulan.
2. Reactive arthritis
Ini merupakan peradangan yang terjadi pada persendian dan lebih banyak menimpa pria dibandingkan wanita. Obat pereda nyeri anti inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen, bisa untuk mengendalikan gejala reactive arthritis.
Biasanya, gejala akan membaik dalam waktu 3 bulan hingga setahun, tetapi kondisi ini bisa kembali lagi.
3. Uretritis
Urethritis adalah peradangan yang terjadi pada saluran pembuangan urine atau uretra.
Kondisi ini biasanya memiliki gejala, seperti sering dan tidak mampu menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau ujung penis mengalami iritasi dan terasa sakit, serta ujung penis mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Komplikasi pada wanita
Tak hanya pria, wanita juga memiliki risiko mengalami komplikasi apabila chlamydia yang dialami tidak diobati.
Beberapa komplikasi yang bisa menyerang wanita, yaitu:
1. Servisitis
Peradangan yang terjadi pada leher rahim atau serviks.
Beberapa gejala servisitis yang dapat terjadi adalah perut bagian bawah terasa nyeri, sakit saat berhubungan seksual, pendarahan yang terjadi saat atau usai berhubungan seksual, dan pendarahan di antara masa menstruasi.
2. Penyakit radang panggul
Kondisi di mana ovarium, rahim dan tuba fallopi mengalami infeksi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran.
Penyakit ini bisa menyebabkan panggul terasa sakit secara terus-menerus dan kemandulan.
3. Bartholinitis
Kondisi kelenjar Bartholin yang membengkak. Kelenjar bartholin berperan untuk memproduksi cairan pelumas pada wanita saat berhubungan seksual.
Kista kelenjar Bartholin dapat terjadi jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi, serta bisa menyebabkan abses yang terasa sakit saat disentuh, perih, berwarna merah dan bisa menyebabkan demam.
Obat antibiotik harus digunakan untuk mengatasi abses yang terinfeksi.
4. Salpingitis
Peradangan yang terjadi pada tuba fallopi yang menyebabkan sel telur dari ovarium sulit untuk menuju rahim, dan membuat pengidapnya sulit hamil.
Risiko mengalami kehamilan di luar rahim atau ektopik akan meningkat, walau sumbatan di tuba falopi hanya sebagian.
Komplikasi pada ibu hamil serta janin atau bayinya
Chlamydia yang tidak diobati pada ibu hamil dapat memengaruhi rahim dan ovarium. Kondisi tersebut dapat menyebabkan beberapa kondisi, seperti:
- Persalinan prematur
- Pecahnya ketuban secara dini
Sementara itu, ibu hamil yang mengidap chlamydia dan tidak mendapat penanganan yang tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada janin atau bayi yang lahir, seperti:
- Konjungtivitis.
- Pneumonia.
- Berat badan bayi yang rendah.
Sekitar 30–50 persen bayi baru lahir mengidap konjungtivitis akibat klamidia, sedangkan sekitar 10–20 persen mengidap pneumonia.
Pencegahan Chlamydia
Cara paling efektif untuk mencegah chlamydia adalah menerapkan aktivitas seksual yang aman.
Berikut langkah-langkah pencegahan chlamydia:
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi penggunaan mainan seks.
- Pemakaian kondom saat berhubungan seksual tidak 100 persen menghilangkan risiko terkena infeksi, tapi efektif dalam mengurangi risiko terjangkit penyakit menular seksual.
- Membatasi pasangan seksual atau setia dengan satu orang pasangan saja. Jika aktif melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan secara rutin, mengingat chlamydia bisa tidak menimbulkan gejala pada sebagian orang.
Kapan Harus ke Dokter?
Hubungi dokter di Halodoc secepatnya untuk mendapatkan solusi dan penanganan yang tepat jika mengalami gejala yang mengindikasikan chlamydia.
Selain melakukan pencegahan di atas, kamu juga perlu mengonsumsi vitamin agar daya tahan tubuh tetap terjaga.
Segera cek berbagai kebutuhan vitamin yang tersedia di Toko Kesehatan Halodoc.
Jangan tunggu sampai sakit, pakai Halodoc sekarang juga!