Chikungunya

DAFTAR ISI
- Apa Itu Chikungunya?
- Penyebab Chikungunya
- Faktor Risiko Chikungunya
- Apa Kata Studi tentang Chikungunya?
- Gejala Chikungunya
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Chikungunya
- Diagnosis Chikungunya
- Komplikasi Chikungunya
- Pengobatan Chikungunya
- Pencegahan Chikungunya
- Frequently Ask Question
Apa Itu Chikungunya?
Penyakit Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam mendadak disertai nyeri sendi yang hebat. Gejala lain yang dapat muncul meliputi kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan munculnya ruam di kulit.
Gejala chikungunya biasanya mulai dirasakan dua hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Hingga kini, belum tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini maupun obat antivirus khusus untuk mengobatinya. Meski begitu, chikungunya umumnya menyebar dalam skala terbatas dan jarang menyebabkan komplikasi serius.
Penanganan chikungunya difokuskan pada cara meredakan gejala, seperti istirahat yang cukup, menjaga asupan cairan tubuh, serta mengonsumsi obat pereda nyeri dan penurun demam.
Wabah chikungunya pertama kali tercatat di wilayah Afrika, Asia, Eropa, serta beberapa pulau di Samudra Hindia dan Pasifik. Di Amerika, kasus pertama dilaporkan pada tahun 2013 di kawasan Karibia.
Sebagian besar penderita dapat sembuh total dalam waktu tiga hingga sepuluh hari. Namun, pada beberapa kasus, nyeri sendi bisa berlangsung lebih lama bahkan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Kematian akibat chikungunya tergolong jarang, tetapi pada lansia atau orang dengan penyakit kronis, infeksi ini bisa menyebabkan kondisi yang lebih serius.
Setelah seseorang terkena chikungunya, tubuhnya umumnya akan membentuk kekebalan, sehingga kecil kemungkinan untuk terinfeksi kembali di kemudian hari.
Penyebab Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus ini tidak menyebar langsung dari orang ke orang.
Penularan terjadi ketika nyamuk menggigit seseorang yang sedang mengalami viremia (memiliki virus dalam darah), kemudian menyebarkan virus tersebut ke orang lain melalui gigitan berikutnya.
Dua jenis nyamuk utama yang menjadi vektor penyebaran virus chikungunya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
- Aedes aegypti merupakan nyamuk yang umumnya ditemukan di wilayah tropis dan subtropis, serta menjadi vektor utama dalam epidemi chikungunya di Afrika dan Asia.
- Aedes albopictus, yang dikenal sebagai nyamuk harimau Asia, memiliki daya adaptasi lebih luas dan mampu bertahan di iklim yang lebih sejuk. Sejak wabah chikungunya di Pulau Réunion pada tahun 2005, spesies ini diakui sebagai vektor penting kedua setelah Aedes aegypti.
Faktor Risiko Chikungunya
Faktor risiko utama tertular chikungunya adalah kedekatan tempat berkembang biaknya nyamuk dengan tempat tinggal manusia, terutama di lingkungan dengan banyak genangan air dan sanitasi buruk.
Berikut ini faktor risiko penyakit chikungunya:
- Tinggal atau bepergian ke daerah tropis atau daerah yang sanitasinya kurang terjaga.
- Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
- Tinggal di lingkungan dengan banyak genangan air, seperti tempat penampungan air terbuka, pot bunga, kaleng bekas, atau selokan yang tersumbat.
- Tidak menggunakan kelambu atau obat antinyamuk, terutama saat tidur atau beraktivitas di pagi dan sore hari ketika nyamuk Aedes aegypti paling aktif.
- Kurangnya program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal.
Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan paparan terhadap gigitan nyamuk pembawa virus, sehingga penting untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Apa Kata Studi tentang Chikungunya?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan meneliti hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian chikungunya di Kelurahan Temanggung I, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya 17 kasus chikungunya dalam satu waktu di wilayah yang sebelumnya tidak memiliki riwayat kasus serupa.
Dengan menggunakan pendekatan kasus kontrol terhadap 34 responden, studi ini menganalisis beberapa faktor lingkungan, seperti keberadaan jentik nyamuk, tempat penampungan air, sampah di luar rumah, dan kepadatan hunian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa:
- Seluruh faktor tersebut memiliki hubungan signifikan dengan peningkatan risiko kejadian chikungunya. Misalnya, keberadaan jentik nyamuk dan kepadatan hunian menunjukkan nilai odds ratio (OR) yang tinggi, yaitu 5,958 dan 5,760, yang mengindikasikan tingginya risiko paparan infeksi di lingkungan tersebut.
- Studi ini menekankan pentingnya pengendalian lingkungan sebagai langkah utama dalam pencegahan chikungunya, termasuk pengelolaan tempat penampungan air, penanganan sampah, dan pengaturan kepadatan penduduk di kawasan pemukiman.
Gejala Chikungunya
Gejala awal chikungunya biasanya adalah demam tinggi mendadak, diikuti nyeri sendi yang khas dan dapat disertai ruam.
Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, timbulnya penyakit biasanya terjadi 4 sampai 8 hari kemudian, tetapi kisarannya bisa 2 sampai 12 hari.
Gejalanya chikungunya meliputi:
- Demam tinggi yang tiba-tiba (biasanya di atas 38,8 derajat Celsius).
- Nyeri sendi.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Radang sendi.
- Mata merah.
- Mual.
- Muntah.
- Ruam makulopapular (ditandai dengan area merah datar pada kulit yang ditutupi dengan tonjolan tinggi).
Mayoritas orang yang terinfeksi virus chikungunya akan mengalami gejala. Menurut CDC, sekitar 3 hingga 28 persen penderita chikungunya dapat mengalami infeksi tanpa gejala.
Jika Gejala Chikungunya Muncul, Segera Hubungi Dokter Ini untuk mendapat penanganan yang tepat.
Menurut CDC, gejala demam juga biasanya berlangsung dari beberapa hari hingga seminggu. Demam juga bisa bifasik, artinya bisa datang dalam dua tahap.
Sebagian besar pasien pulih sepenuhnya dari infeksi, tetapi dalam beberapa kasus nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Menurut CDC, beberapa pasien akan mengalami kekambuhan gejala rematik seperti poliartralgia, poliartritis, tenosinovitis, atau sindrom Raynaud dalam beberapa bulan setelah penyakit akut.
Penelitian telah melaporkan bahwa di mana saja dari 5 hingga 80 persen pasien akan mengalami nyeri sendi yang persisten, serta kelelahan yang berkepanjangan, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah penyakit mereka.
Setelah seseorang pulih, mereka akan kebal dari infeksi di masa depan
Kasus parah dan kematian akibat chikungunya sangat jarang dan hampir selalu terkait dengan masalah kesehatan lain yang ada.
Orang yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah termasuk bayi baru lahir yang terinfeksi sekitar waktu kelahiran, orang dewasa di atas usia 65 tahun, dan orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.
Kamu Alami Penyakit Chikungunya, Ini Penanganan yang Tepat.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Chikungunya
Hubungi dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc jika kamu merasa kamu atau anggota keluarga mengidap chikungunya, terutama jika kamu baru saja bepergian ke daerah di mana wabah sering terjadi.
Dokter akan meminta kamu untuk segera melakukan tes darah untuk mendeteksi chikungunya atau penyakit serupa.
Nah, berikut ini terdapat beberapa rekomendasi dokter bisa kamu hubungi.
Mereka ini sudah memiliki pengalaman dan mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Vera Bahar Sp.PD
- dr. Siska Damayanti Sp.PD
- dr. Maya Puspita Sari Sp.PD, AIFO-K
- dr. Puguh Krisnadi Sandjojo Sp.PD
- dr. Agnita Irawaty Sp.PD
Itulah berbagai daftar dokter yang bisa kamu hubungi untuk mendapatkan solusi penanganan chikungunya yang tepat.
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Muncul gejala chikungunya? Segera Hubungi Dokter Ini.
Fakta tentang Penyakit Chikungunya Menurut WHO
1. Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk di Afrika, Asia, dan Amerika.
2. Demam berdarah dan Zika memiliki gejala yang mirip dengan chikungunya, sehingga chikungunya terkadang salah didiagnosis.
3. Saat ini belum vaksin yang disetujui atau pengobatan khusus untuk infeksi virus chikungunya.
Diagnosis Chikungunya
Jika kamu baru saja kembali dari daerah yang diketahui memiliki penularan virus chikungunya dan mengalami gejala seperti demam tinggi serta nyeri sendi, dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan tes darah.
Berikut ini langkah-langkah diagnosis yang umum dilakukan:
1. Pemeriksaan awal gejala
Dokter akan mencatat riwayat perjalanan dan gejala yang muncul, seperti demam, nyeri sendi, sakit kepala, atau ruam, untuk menilai kemungkinan infeksi chikungunya.
2. Tes serologis (antibodi)
Salah satu metode yang umum digunakan adalah enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA), yang dapat mendeteksi antibodi anti-chikungunya IgM dan IgG dalam darah:
- IgM biasanya muncul menjelang akhir minggu pertama sakit, memuncak sekitar 3–5 minggu setelah gejala muncul, dan bertahan hingga sekitar 2 bulan.
- IgG menunjukkan infeksi sebelumnya dan bertahan lebih lama dalam tubuh.
3. Deteksi virus secara langsung (Tes Virologis)
Pada beberapa hari pertama infeksi, virus chikungunya masih dapat dideteksi langsung dalam darah. Oleh karena itu, sampel darah yang diambil pada minggu pertama sakit akan diuji menggunakan metode virologis.
Contohnya seperti RT-PCR untuk mendeteksi keberadaan materi genetik virus.
4. Pengambilan dan pengujian sampel
Sampel darah yang diambil selama minggu pertama sakit dapat diuji dengan kombinasi metode serologis dan virologis, tergantung pada waktu gejala muncul dan kondisi pasien.
5. Pemeriksaan infeksi virus lain
Gejala chikungunya mirip dengan infeksi virus lain seperti demam berdarah dan Zika. Tes darah juga akan mencakup pemeriksaan terhadap virus-virus tersebut untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Hasil laboratorium biasanya tersedia dalam rentang waktu 4 hingga 14 hari setelah spesimen diterima oleh laboratorium.
Komplikasi Chikungunya
Setiap orang yang mengalami penyakit chikungunya harus segera mendapatkan penanganan sebelum gejala bertambah parah.
Sebab penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi di banyak bagian tubuh, seperti:
1. Miokardiatis
Gangguan ini terjadi karena peradangan pada otot jantung (miokardium). Hal ini dapat memengaruhi otot jantung dan sistem kelistrikan jantung, sehingga mengurangi kemampuan jantung untuk memompa. Seseorang yang mengalami penyakit ini dapat merasakan irama jantung yang cepat atau tidak normal.
2. Uveitis
Terjadi akibat peradangan pada lapisan tengah mata (uvea) yang terdapat selaput pelangi, badan siliaris, dan koroid. Seseorang yang mengalami gangguan ini dapat ditandai dengan mata yang sangat merah karena bagian ini terdapat banyak vena dan arteri.
3. Retinitis
Gangguan ini mampu mengancam penglihatan seseorang dengan cara merusak retina. Jika mengalaminya, maka kamu bisa kehilangan penglihatan.
4. Mielitis
Penyakit ini dapat menimbulkan peradangan pada bagian sumsum tulang belakang. Gangguan saraf ini umumnya merusak bahan penyekat yang berguna untuk menutupi serabut sel saraf.
Pengidap gangguan ini dapat mengalami masalah pada pesan yang dikirim oleh saraf sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh. Beberapa gejalanya adalah kelemahan otot, kelumpuhan, hingga masalah sensorik.
Pengobatan Chikungunya
Hingga saat ini belum ada obat antivirus khusus yang dapat menyembuhkan infeksi virus chikungunya secara langsung.
Oleh karena itu, pengobatan yang diberikan bersifat suportif, yaitu ditujukan untuk meredakan gejala yang dirasakan pasien dan mencegah komplikasi.
Berikut ini beberapa langkah pengobatan yang umum dilakukan:
1. Pemberian antipiretik
Obat antipiretik seperti parasetamol digunakan untuk menurunkan demam yang biasanya menjadi gejala utama pada fase awal infeksi. Obat antipiretik bisa dibeli dengan mudah dan praktis di Toko Kesehatan Halodoc. Produk kesehatannya 100% asli dan tepercaya. Tak perlu keluar rumah, produk diantar dalam waktu 1 jam.
2. Pemberian analgesik
Analgesik atau obat pereda nyeri digunakan untuk mengurangi nyeri sendi dan otot yang bisa berlangsung cukup lama, bahkan setelah demam reda.
Namun, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen harus hati-hati dan sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.
3. Cukupi kebutuhan cairan
Dehidrasi dapat memperparah gejala dan memperlambat pemulihan. Oleh karena itu, penting untuk minum air putih yang cukup atau cairan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
4. Istirahat total
Memberikan tubuh waktu untuk pulih sangat penting. Istirahat yang cukup membantu sistem imun melawan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
5. Pantauan medis dan konsultasi lanjutan
Bila gejala nyeri sendi berlangsung lebih dari beberapa minggu, atau muncul gejala lain seperti ruam berat atau perdarahan, sebaiknya segera konsultasi kembali ke dokter.
Pada beberapa kasus, chikungunya dapat menyebabkan artritis yang menetap dan membutuhkan penanganan tambahan oleh dokter spesialis.
Pencegahan Chikungunya
Tidak ada vaksin atau obat pencegahan untuk chikungunya, jadi cara terbaik untuk menghindari infeksi adalah dengan mencegah gigitan nyamuk.
Namun, ada vaksin potensial yang sedang dievaluasi dalam uji klinis.
Tindakan pencegahan dasar harus diambil oleh orang-orang yang bepergian ke daerah berisiko tinggi, termasuk:
- Mengenakan lengan panjang, celana panjang, dan pakaian lain yang meminimalkan paparan kulit.
- Menggunakan obat nyamuk pada kulit atau pakaian.
- Memastikan ruang dalam ruangan memiliki tirai yang memadai untuk mengusir nyamuk.
- Menggunakan kelambu berinsektisida di atas tempat tidur jika kamu hendak tidur di siang hari.
- Mengenakan kelambu di wajah dan leher, selain menggunakan sarung tangan atau losion anti nyamuk, jika kamu menghabiskan banyak waktu di luar ruangan.
- Menghindari perjalanan ke daerah yang mengalami wabah chikungunya.
- Menggunakan obat nyamuk bakar dan penguap insektisida pada siang hari.
Mengurangi jumlah tempat nyamuk berkembang biak di sekitar rumah juga bisa mengurangi populasi nyamuk secara signifikan.
Beberapa tindakan sederhana yang bisa dilakukan meliputi:
- Mengosongkan air dari wadah, seperti cawan di bawah pot tanaman, vas, ember, dan talang hujan.
- Menutupi wadah air yang tidak dapat dikosongkan, seperti tangki atau waduk yang menyediakan air rumah tangga.
- Menyingkirkan ban bekas yang tertinggal di luar.
- Menyimpan sampah dalam kantong plastik tertutup dan wadah tertutup lainnya panah ke atas.
Jika kamu telah didiagnosis mengidap chikungunya, kamu harus berhati-hati untuk mencegah gigitan nyamuk selama minggu pertama penyakit.
Sebab pada masa ini, virus dapat ditularkan ke nyamuk dan kemudian ke orang lain.
Jika kamu masih memiliki pertanyaan lain seputar chikungunya atau masalah kesehatan lainnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc.
Diperbarui pada 25 Maret
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2025. Chikungunya Virus.
Everyday Health. Diakses pada 2025. What Is Chikungunya? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment, and Prevention.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. What Is Chikungunya Fever, and Should I Be Worried?
Web MD. Diakses pada 2025. What is Chikungunya?
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan. Diakses pada 2025. Pola Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Chikungunya Di Wilayah Temanggung Jawa Tengah.
WHO. Diakses pada 2025. Chikungunya.
Frequently Ask Question (FAQ)
1. Apakah chikungunya adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus dengue?
Chikungunya adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV), bukan virus dengue. Meskipun gejalanya mirip dan ditularkan oleh nyamuk yang sama (Aedes aegypti dan Aedes albopictus), keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda.