Benjolan Payudara
Pengertian Benjolan Payudara
Benjolan payudara adalah jaringan abnormal yang tumbuh di dalam payudara. Jaringan tersebut tidak bersifat kanker dan tidak berisiko memicu gangguan kesehatan pada pengidapnya. Kondisi ini lebih berisiko dialami oleh wanita ketimbang pria.
Penyebab Benjolan Payudara
Adapun penyebab munculnya benjolan di payudara, antara lain:
1. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang rentan terjadi pada wanita berusia 20 hingga 30 tahun. Tumor terbentuk dari perubahan jaringan payudara dan jaringan ikat. Pemicunya yakni perubahan hormon estrogen atau penggunaan pil KB sebelum usia 20 tahun.
2. Fibrokistik payudara
Fibrokistik payudara adalah pertumbuhan jaringan fibrosa abnormal di payudara, sehingga lebih menonjol ketimbang jaringan lemak. Gangguan ini umum dialami oleh wanita berusia 30 hingga 50 tahun. Pemicunya yakni perubahan hormon estrogen dalam siklus menstruasi.
3. Kista
Kista adalah benjolan berisi cairan yang berbentuk bulat atau lonjong, bertekstur lunak, dan kadang terasa padat saat diraba. Pemicunya bisa berupa penumpukan cairan di dalam kelenjar payudara akibat perubahan hormon pada siklus menstruasi.
4. Lipoma
Lipoma adalah benjolan lemak yang tumbuh secara perlahan di bawah kulit payudara. Kondisi ini rentan dialami oleh wanita berusia 40 hingga 60 tahun. Risikonya semakin tinggi jika memiliki riwayat lipoma dalam keluarga.
5. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang dialami oleh ibu menyusui. Gangguan ini menyebabkan abses (kumpulan nanah) pada jaringan payudara. Infeksi bakteri pada jaringan payudara dan penyumbatan di duktus (saluran yang membawa ASI dari kelenjar payudara ke puting) bisa memicu kondisi ini.
6. Nekrosis lemak
Merupakan kerusakan kelenjar lemak di payudara, yang umumnya terjadi akibat cedera, setelah menjalani operasi, atau setelah mendapat terapi radiasi pada payudara.
7. Papiloma intraduktal
Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang terbentuk di duktus. Ini merupakan saluran yang membawa susu dari kelenjar susu (lobulus) ke puting payudara. Tumor terbentuk dari jaringan fibrosa, kelenjar, dan pembuluh darah. Penyakit umumnya menyerang wanita yang berusia 35 hingga 55 tahun.
Faktor Pemicu Benjolan Payudara
Adapun faktor yang meningkatkan risiko benjolan pada payudara, antara lain:
- Riwayat genetik yang diwariskan dari orang tua.
- Perubahan hormon pada tubuh.
- Menggunakan pil KB.
- Luka akibat cedera yang berasal dari trauma benda tumpul.
- Mengonsumsi makanan tidak sehat, seperti daging merah dan makanan olahan atau cepat saji.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Memiliki kebiasaan merokok.
Gejala Benjolan Payudara
Adapun gejala yang dialami oleh pengidap benjolan di payudara, antara lain:
- Benjolan berukuran kurang atau lebih dari 5 sentimeter. Banjolan ini dapat makin membesar seiring waktu.
- Benjolan membesar sebelum siklus menstruasi dan kembali ke ukuran semula setelah menstruasi selesai.
- Benjolan terasa lunak, kenyal, atau padat.
- Benjolan muncul secara tunggal atau berkelompok, di satu sisi atau kedua payudara sekaligus.
- Bentuk benjolan bulat atau lonjong, dapat digerakkan atau terfiksasi.
- Demam.
- Pembengkakan pada payudara.
- Payudara terasa kencang.
- Payudara terasa hangat bila disentuh.
- Perbedaan ukuran pada kedua payudara.
- Puting mengeluarkan cairan bening atau keruh.
- Puting terasa gatal atau sensitif.
Sementara gejala dari benjolan yang perlu diwaspadai, di antaranya:
- Benjolan semakin membesar.
- Benjolan terasa padat dan tidak bergeser jika digerakkan.
- Benjolan tidak hilang setelah siklus menstruasi berlangsung. Waktunya berkisar lebih dari 4 hingga atau 6 minggu.
- Kulit payudara memerah, mengeras, atau mengkerut seperti kulit jeruk.
- Payudara memar tanpa sebab yang jelas.
- Puting masuk ke dalam atau memiliki bentuk yang tidak normal.
- Puting mengeluarkan darah.
- Muncul benjolan baru.
- Muncul benjolan di ketiak.
Diagnosis Benjolan Payudara
Pertama-tama, langkah diagnosis dilakukan dengan wawancara medis lengkap yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik payudara. Kemudian, dokter akan melakukan tes penunjang guna memastikan penyakit, seperti:
1. Mamografi
Mamografi adalah foto rontgen pada payudara. Saat pemeriksaan berlangsung, payudara akan ditekan supaya gambaran jaringan payudara bisa terlihat lebih jelas. Prosedur ini dapat mendeteksi kelainan, seperti tumor, penumpukan kalsium, atau jaringan padat di payudara.
2. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan gelombang suara untuk menampilkan gambar di layar monitor. Prosedur ini bertujuan untuk membedakan benjolan padat dan benjolan yang berisi cairan.
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI adalah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan medan magnet dan gelombang suara untuk menampilkan jaringan payudara pada layar monitor. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika dokter menemukan benjolan payudara pada pemeriksaan fisik, tapi tidak terlihat pada mamografi atau USG.
4. Duktografi atau galaktografi
Duktografi adalah prosedur pengambilan gambar kelenjar payudara dengan menggunakan foto rontgen. Pemeriksaan ini diawali dengan pemberian suntikan zat kontras guna mengetahui penyebab keluarnya cairan dari puting.
5. Biopsi
Biopsi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari benjolan di payudara untuk diperiksa di laboratorium. Beberapa metodenya, antara lain:
- Aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy). Prosedurnya dilakukan dengan mengisap cairan dari tumor dengan menggunakan jarum halus.
- Biopsi bedah (surgical biopsy). Prosedurnya dilakukan dengan mengambil jaringan payudara untuk diperiksa menggunakan mikroskop.
- Biopsi dengan bantuan vakum (vacuum-assisted biopsy). Prosedurnya dilakukan dengan vakum guna menghisap cairan di dalam payudara.
- Biopsi jarum inti (core needle biopsy). Prosedurnya dilakukan dengan jarum berukuran besar yang dilengkapi tabung berlubang di ujungnya.
Pengobatan Benjolan Payudara
Adapun pengobatan guna mengatasi benjolan di payudara, antara lain:
- Obat-obatan. Penggunaan obat yang disarankan yakni pil KB guna menurunkan kadar hormon estrogen.
- Antibiotik dan pereda nyeri. Misalnya, paracetamol atau ibuprofen guna mengatasi mastitis. Proses menyusui harus tetap dilanjutkan, karena tidak membahayakan bayi dan dapat membantu penyembuhan mastitis.
- Lumpektomi. Caranya dilakukan dengan memberi bius lokal pada pengidap. Selanjutnya, dokter akan membuat irisan di sekitar area tumor dan mengangkat tumor serta jaringan di sekitarnya. Prosedur ini dilakukan jika benjolan berdiameter kurang dari 5 sentimeter.
- Krioterapi atau terapi beku. Prosedur ini berfungsi untuk menghancurkan sel abnormal dengan cara membekukannya dengan nitrogen cair. Caranya dengan jarum khusus yang dimasukkan langsung ke area tumor.
- Aspirasi jarum halus. Ini adalah prosedur guna mengeluarkan cairan dari payudara menggunakan jarum khusus. Prosedurnya dilakukan dengan bantuan USG, agar penempatan jarum tepat pada benjolan.
- Bedah, radioterapi, kemoterapi, atau terapi hormon. Pengobatan bisa dilakukan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur tersebut. Pemilihannya tergantung pada ukuran, tingkat keparahan, usia, dan status kesehatan pengidap.
Jika benjolan disebabkan oleh cedera, langkah pengobatannya adalah membiarkan payudara sembuh dengan sendirinya. Sementara dalam kasus fibroadenoma, benjolan tidak perlu diangkat karena tidak membahayakan.
Komplikasi Benjolan Payudara
Komplikasi dari benjolan di payudara akan tergantung pada penyebab yang mendasari. Misalnya, jika disebabkan oleh fibroadenoma, kondisi tersebut tidak menyebabkan komplikasi.
Jika penyebabnya adalah mastitis, maka kondisi tersebut berisiko menyebabkan penumpukan nanah di payudara. Sementara jika penyebabnya adalah kanker, sel abnormal bisa menyebar ke organ lain dalam tubuh.
Pencegahan Benjolan Payudara
Benjolan tidak dapat dicegah jika pemicunya adalah perubahan hormon yang tidak dapat terkontrol. Namun, setiap wanita dapat melakukan teknik SADARI (periksa payudara sendiri) guna mendeteksi adanya benjolan pada payudaranya.
SADARI sebaiknya dilakukan satu bulan sekali, pada 7 hingga 10 hari setelah hari pertama menstruasi. Caranya dengan:
- Berdiri di depan cermin dan amati perubahan pada bentuk, ukuran, warna kulit, dan permukaan kulit payudara. Umumnya, bentuk payudara kanan dan kiri memang tidak simetris, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
- Angkat kedua tangan ke atas dan posisikan tangan di belakang kepala (tengkuk). Dorong siku ke depan dan ke belakang sambil mengamati bentuk serta ukuran payudara.
- Raba payudara menggunakan tiga jari (telunjuk, tengah, dan manis), lalu dengan tekanan lembut. Lakukan gerakan memutar mulai dari sisi luar payudara hingga ke dalam dan menyentuh puting. Rasakan adanya benjolan.
- Saat mandi, posisikan tangan kanan di belakang kepala. Setelah disabuni, periksa payudara kanan dengan tangan kiri dengan gerakan melingkar, dari puting ke sisi luar payudara. Lakukan langkah yang sama pada payudara kiri.
- Saat berbaring, letakkan tangan kiri di bawah kepala. Kemudian, periksa payudara kiri dengan tangan kanan. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.
- Pencet kedua puting dan amati apakah ada cairan tidak normal yang keluar dari dalam.
Langkah pencegahan lain yakni dengan SADANIS (pemeriksaan payudara klinis), oleh petugas medis. Setiap wanita disarankan menjalani SADANIS secara berkala, yakni setiap 3 tahun pada wanita berusia 20 hingga 40 tahun dan setahun sekali bagi wanita di atas 40 tahun.
Kapan Harus ke Dokter?
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter jika menemukan benjolan abnormal yang tak kunjung membaik. Terutama jika payudara terlihat memar, kulit kemerahan, dan mengeluarkan darah dari puting.
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.