Bells Palsy
DAFTAR ISI
- Apa itu Bell’s Palsy?
- Penyebab Bells Palsy
- Faktor Risiko
- Gejala Bells Palsy
- Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Perawatan Bell’s Palsy
- Diagnosis
- Pengobatan Bells Palsy
- Pencegahan Bells Palsy
- Komplikasi Bells Palsy
Apa Itu Bell’s Palsy?
Bells palsy merupakan kelemahan yang terjadi pada salah satu sisi otot wajah yang sifatnya sementara. Sisi wajah yang terserang Bell’s palsy biasanya akan terlihat melorot. Umumnya, kondisi ini terjadi pada wanita hamil, pengidap diabetes, dan HIV.
Kondisi saraf ini seringkali disalahpahami sebagai cerebral palsy, atau pengertiannya sering tertukar. Padahal bells palsy dan cerebral palsy merupakan dua kondisi yang berbeda.
Bell’s palsy merupakan kondisi saraf yang rusak pada bagian wajah akan berdampak pada indera perasa dan cara tubuh menghasilkan air mata dan ludah. Umumnya, Bells palsy datang secara tiba-tiba dan membaik dalam hitungan minggu.
Sementara itu, cerebral palsy atau lumpuh otak adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerakan dan koordinasi otot. Kondisi tersebut terjadi akibat kerusakan pada otak yang belum matang dan berkembang, dan paling sering terjadi sebelum lahir.
Dalam banyak kasus, cerebral palsy juga memengaruhi penglihatan, pendengaran, dan sensasi.
Bell’s palsy akan membuat separuh wajah tampak terkulai. Senyum hanya bisa satu sisi, dan mata di sisi yang terkena menolak untuk menutup. Kondisi ini juga dikenal sebagai kelumpuhan wajah perifer akut yang penyebabnya belum diketahui, dan dapat terjadi pada semua usia.
Penyebab pastinya belum diketahui. Hanya saja banyak ahli meyakini kondisi ini sebagai hasil dari pembengkakan dan peradangan saraf yang mengontrol otot-otot di satu sisi wajah. Atau mungkin juga reaksi yang terjadi setelah infeksi virus.
Penyebab Bells Palsy
Sampai saat ini penyebab Bells Palsy belum para ahli ketahui secara pasti. Namun, mereka menduga kondisi ini terjadi karena saraf yang mengendalikan otot wajah tertekan atau terganggu.
Selain itu, penyebab kelumpuhan terjadi akibat peradangan infeksi virus, salah satunya adalah virus herpes.
Perlu kamu ketahui bahwa Bells palsy tidak ada kaitannya dengan stroke. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya Bells palsy pada wajah:
- Cedera karena kecelakaan, terjadi karena luka robek pada dagu atau retak pada tulang tengkorak.
- Kelumpuhan wajah turunan, kondisi ini terjadi pada anak yang terlahir dengan kelemahan atau kelumpuhan pada wajah.
- Cedera karena operasi, kondisi ini umumnya terjadi saat operasi kelenjar parotis.
Sementara itu, beberapa penyakit infeksi virus yang dicurigai ada hubungannya dengan bell’s palsy yaitu:
- Herpes simpleks.
- Cacar air dan herpes zoster.
- Mononukleosis menular (epstein-barr).
- Infeksi sitomegalovirus.
- Penyakit pernapasan (adenovirus).
- Campak jerman (rubella).
- Gondongan (virus gondong).
- Flu (flu B).
- Coxsackievirus.
Melansir U.S. National Institute of Neurological Disorder and Stroke, banyak ahli percaya bahwa sesuatu dapat memicu infeksi virus yang tidak aktif, pada dasarnya membangkitkan dan memicu bells palsy.
Jika kamu stres atau baru saja sakit, itu bisa menjadi pemicu potensial. Begitu juga dengan trauma fisik yang baru terjadi atau bahkan kurang tidur. Kondisi autoimun juga bisa jadi pemicu lainnya.
Saraf wajah yang bereaksi terhadap infeksi dengan pembengkakan, dapat menyebabkan tekanan di saluran tulang (fallopi) yang dilalui saraf wajah ke sisi wajah.
Peradangan saraf wajah dapat mengurangi aliran darah dan oksigen ke sel-sel saraf. Kerusakan pada saraf kranial dan sel saraf ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah.
Pada kebanyakan kasus Bell’s palsy, kelumpuhan pada satu sisi wajah ini biasanya dapat pulih sepenuhnya. Untuk itu, sebaiknya hubungi dokter untuk memahami kondisi yang dialami.
Nah, Ini Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Pengobatan Bell’s Palsy.
Faktor Risiko
Ditemukan adanya kaitan antara migrain dengan kelemahan pada wajah dan anggota gerak.
Sebuah penelitian tahun 2015 mengungkapkan bahwa orang yang mengidap migrain mungkin berisiko lebih tinggi terkena Bells Palsy.
Selain itu, Bells Palsy lebih sering terjadi pada:
- Orang berusia 15-60 tahun.
- Mereka yang mengidap diabetes atau penyakit pernapasan bagian atas.
- Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga.
- Memiliki infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek
Serangan berulang dari Bell’s palsy jarang terjadi. Namun, dalam beberapa kasus, ada riwayat keluarga dengan serangan berulang, menunjukkan kemungkinan Bell’s palsy memiliki kecenderungan genetik.
Gejala Bells Palsy
Bells Palsy menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap pengidapnya. Gejala kelumpuhan yang terjadi pada satu sisi wajah bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan).
- Kondisi kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali, tetapi kasus ini jarang sekali terjadi).
Bell’s palsy juga membuat mulut serta kelopak mata pengidap akan terpengaruh, sehingga kedua bagian ini akan sulit untuk membuka dan menutup.
Berikut adalah gejala yang Bells palsy yang perlu kamu ketahui:
- Nyeri telinga pada sisi wajah yang lumpuh.
- Telinga yang terpengaruh akan lebih sensitif terhadap suara.
- Berdenging di salah satu telinga atau keduanya.
- Penurunan atau perubahan pada indra perasa.
- Bagian mulut yang terpengaruh akan mudah berliur.
- Mulut terasa kering.
- Rasa sakit pada sekitar rahang.
- Sakit kepala dan pusing.
- Kesulitan untuk makan, minum, dan berbicara.
Bells palsy merupakan gangguan yang terjadi pada otot dan saraf wajah, sehingga kondisi ini tidak berdampak pada kinerja otak dan bagian tubuh lainnya.
Apabila kelumpuhan di salah satu sisi wajah juga dibarengi oleh kelumpuhan pada bagian tubuh lain, penanganan serius dari dokter sangat pengidap perlukan.
Karenanya jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter tepercaya di Halodoc dengan klik gambar di bawah ini:
Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Perawatan Bell’s Palsy
Bell’s Palsy sama sekali tidak boleh kamu anggap sepele. Segera hubungi dokter di Halodoc bila mengalami gejala-gejala di atas untuk mendapatkan pertolongan medis.
Nah, berikut beberapa dokter yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun yang bisa kamu hubungi.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo pakai Halodoc sekarang!
Diagnosis
American Medical Association (AMA) mengungkapkan bahwa pengobatan akan lebih efektif bila diberikan lebih awal. Karena itu, pengidap dianjurkan untuk mengunjungi dokter segera setelah mengalami gejala.
Mendiagnosis Bells Palsy seperti proses eliminasi. Dokter akan mencari kondisi lain yang menyebabkan kelumpuhan wajah, seperti tumor, penyakit Lyme, atau stroke.
Petugas medis juga akan melakukan pemeriksaan pada kepala, leher dan telinga pengidap. Dokter juga akan menilai otot-otot wajah untuk menentukan apakah ada saraf lain selain saraf wajah yang terpengaruh.
Bila diagnosis masih belum pasti, dokter akan merujuk pengidap ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) atau otolaryngologist.
Berikut pemeriksaan yang bisa kamu lakukan guna mendiagnosis Bell’s palsy:
- Elektromiografi (EMG): prosedur ini bisa dokter lakukan dengan menempatkan elektroda di wajah pengidap. Mesin kemudian akan mengukur aktivitas listrik saraf dan aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi. Tes ini bermanfaat untuk menentukan tingkat kerusakan saraf, serta lokasinya.
- MRI, CT Scan, atau sinar X. Beberapa pemeriksaan tersebut bagus untuk menentukan apakah ada kondisi lain yang mendasari penyakit tersebut, seperti infeksi bakteri, patah tulang tengkorak, atau tumor.
- Tes darah untuk memeriksa adanya infeksi bakteri atau virus.
Pengobatan Bells Palsy
Untuk mengurangi pembengkakan pada saraf wajah, pengidap dapat menggunakan prednisolone atau prednison (kelompok obat kortikosteroid).
Sedangkan untuk mencegah munculnya masalah pada mata yang tidak bisa menutup, pengidap biasanya memerlukan obat tetes mata.
Sekitar 70 persen pengidap Bell’s palsy dapat kembali pulih. Sebagian besar akan mulai membaik dalam dua atau tiga minggu. Namun, untuk dapat pulih sepenuhnya, butuh waktu sekitar 10 bulan tergantung pada tingkat kerusakan saraf.
Jika penyebab spesifik Bells palsy dapat dokter identifikasi, seperti infeksi, penyebab tersebut akan dokter obati. Jika tidak, gejala akan mendapat perawatan sesuai kebutuhan.
Salah satu perawatan yang dokter rekomendasikan untuk Bell’s palsy yaitu melindungi mata dari kekeringan di malam hari atau saat bekerja di depan layar komputer.
Perawatan mata termasuk obat tetes mata di siang hari, salep sebelum tidur, atau menjaga kelembaban ruangan di malam hari. Perawatan ini membantu melindungi kornea agar tidak tergores, yang sangat penting untuk pengelolaan Bell’s palsy.
Dokter mungkin juga akan meresepkan perawatan lain untuk kondisi pengidap berdasarkan tingkat keparahan gejala dan riwayat kesehatan.
Pilihan pengobatan lainnya termasuk:
- Steroid untuk mengurangi peradangan.
- Obat antivirus.
- Analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.
- Terapi fisik untuk merangsang saraf wajah.
Selain pengobatan di atas, Ketahui Terapi untuk Menangani Bell’s Palsy.
Pencegahan Bells Palsy
Mulai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat serta rutin berolahraga. Di samping itu, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Selain itu, ada 4 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Pengidap Bell’s Palsy.
Komplikasi Bells Palsy
Bell’s Palsy biasanya bisa sembuh dalam beberapa waktu dan tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang. Namun, selama sakit, kebanyakan pengidap Bell’s Palsy tidak bisa menutup mata mereka pada sisi wajah yang terkena.
Itulah mengapa sangat penting untuk mencegah mata kering di malam hari atau saat bekerja di depan komputer.
Perawatan mata yang kamu perlukan adalah obat tetes mata di siang hari, salep pada waktu tidur, atau membuat ruangan menjadi lembap di malam hari. Cara tersebut dapat membantu melindungi kornea agar tidak tergores.
Komplikasi bell’s palsy lainnya bisa berupa:
- Kerusakan permanen pada saraf wajah.
- Seseorang mungkin mengidap synkinesis, suatu kondisi di mana menggerakkan satu bagian wajah dapat menyebabkan bagian lain ikut bergerak tanpa ia sadari. Misalnya, mata kamu tertutup saat senyum.
- Kebutaan sebagian atau seluruhnya pada mata yang tidak mau menutup karena kekeringan yang berlebihan, dan goresan pada selaput pelindung mata (kornea).
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala bell’s palsy, segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapat penanganan yang tepat.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang!
Referensi:
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Bell’s Palsy.
Medical News Today. Diakses pada 2024. Bell’s palsy: Causes, treatment, and symptoms.
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Bell’s palsy.
Healthline. Diakses pada 2024. What Is Bell’s Palsy?
U.S. National Institute of Neurological Disorder and Stroke. Diakses pada 2024. Bell’s Palsy Information Page.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan