Atresia Ani
DAFTAR ISI
- Pengertian Atresia Ani
- Penyebab Atresia Ani
- Faktor Risiko Atresia Ani
- Gejala Atresia Ani
- Diagnosis Atresia Ani
- Pengobatan Atresia Ani
- Komplikasi Atresia Ani
- Pencegahan Atresia Ani
- Kapan Harus ke Dokter?
Pengertian Atresia Ani
Atresia ani atau disebut juga anus imperforata adalah salah satu jenis cacat atau kelainan yang terjadi sejak lahir. Kondisi ini menunjukkan perkembangan janin mengalami gangguan sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus umumnya tidak terbentuk dengan sempurna.
Selain itu, kelainan satu ini juga bisa terjadi di area tubuh yang lain, seperti pada organ pencernaan, saluran kemih, hingga kelamin. Umumnya, atresia ani dikategorikan sebagai berikut:
- Kelainan di tingkat bawah, yaitu berupa lubang anus yang menyempit atau sama sekali tertutup akibat usus rektum yang masih menempel pada kulit. Lubang anus yang tertutup umumnya disertai dengan cacat lahir lain, seperti gangguan jantung, masalah pada sistem saraf pusat, atau anomali pada tangan dan kaki.
- Kelainan di tingkat atas, yaitu posisi usus besar yang terletak di rongga panggul bagian atas dan terbentuknya fistula yang menghubungkan rektum dan kandung kemih, uretra, atau vagina. Fistula sendiri merupakan terowongan abnormal yang muncul antara dua saluran normal, seperti antara pembuluh darah, usus, atau organ tubuh.
- Lubang posterior atau kloaka yang persisten, yaitu kelainan yang menyebabkan rektum, saluran kemih, dan lubang vagina bertemu pada satu saluran yang sama.
Penyebab Atresia Ani
Atresia ani bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kecacatan kongenital. Sayangnya, apa yang menjadi penyebab kondisi ini masih belum diketahui dengan pasti.
Atresia ani bisa terjadi secara acak dan menyerang siapa saja. Meski begitu, ada pula hipotesis yang menghubungkan masalah kesehatan ini dengan kecacatan genetik.
Perlu diketahui bahwa atresia ani bisa terjadi secara bersamaan dengan kondisi kesehatan yang disebut dengan istilah VACTREL atau Vertebral Defects, Anal Atresia, Cardiac Defects, Tracheoesophageal Fistula, Renal Anomalies, dan Limb Defects. Kondisi tersebut merupakan kumpulan kelainan kongenital yang bisa memengaruhi berbagai sistem di dalam tubuh.
Ketika janin mengalami gangguan atau kelainan pada perkembangan saluran cerna, kehamilan ibu juga dapat terganggu. Salah satu keadaan yang sangat sering dihubungkan dengan masalah atresia ani pada ibu hamil adalah polihidramnion, kondisi ketika kadar cairan ketuban berlebih saat kehamilan.
Faktor Risiko Atresia Ani
Belum diketahui dengan pasti apakah ada faktor yang meningkatkan risiko terjadinya atresia ani pada anak atau tidak. Meski begitu, hal-hal berikut diduga turut meningkatkan risiko atresia ani pada bayi:
- Jenis kelamin laki-laki.
- Mengidap cacat lahir lain.
- Penggunaan steroid inhaler saat sedang hamil.
Gejala Atresia Ani
Kelainan atresia ani ditandai dengan bentuk rektum mencapai lubang anus pada bayi yang tidak bisa berkembang dengan sempurna. Masalah kesehatan ini pun memiliki beberapa bentuk, antara lain:
- Lubang anus yang menyempit atau tertutup sepenuhnya.
- Rektum yang tidak terhubung dengan organ usus besar.
- Terbentuknya fistula atau saluran yang menjadi penghubung antara bagian rektum dan kandung kemih, uretra, vagina, maupun pangkal penis.
Jika janin berkembang secara normal, perkembangan organ anus, saluran kemih, dan organ kelamin pada janin umumnya akan mulai terjadi pada kehamilan trimester pertama atau mencapai usia 7 hingga 8 minggu.
Nah, apabila perkembangan organ tersebut mengalami gangguan, makan disebut dengan atresia ani. Bayi yang mengidap atresia ani biasanya menunjukkan gejala berikut:
- Lubang anus tidak berada pada tempat yang seharusnya atau justru lahir dengan kondisi tidak memiliki lubang anus.
- Posisi lubang anus terlalu dengan vagina jika atresia ani terjadi pada bayi perempuan.
- Mekonium atau feses pertama yang seharusnya keluar pada bayi setelah dilahirkan justru tidak keluar antara 24 hingga 48 jam setelah bayi lahir.
- Perut bayi terlihat membesar.
- Feses keluar dari lubang vagina, skrotum, pangkal penis, atau bagian uretra.
Diagnosis Atresia Ani
Ketika bayi baru dilahirkan, dokter dibantu dengan petugas medis akan melakukan diagnosis atresia ani secara menyeluruh, termasuk memastikan ada atau tidaknya lubang anus.
Apabila ketika pemeriksaan dilakukan tidak ditemukan adanya lubang anus, dokter akan segera menjalankan berbagai tes lanjutan untuk memastikan kondisi kesehatan bayi.
Oleh karena menjadi cacat bawaan lahir karena masalah perkembangan janin, atresia ani biasanya diikuti dengan banyak masalah cacat lahir lainnya, seperti:
- Kelainan yang terjadi pada ginjal dan saluran urine.
- Kelainan yang terjadi pada bagian tulang belakang.
- Kelainan yang terjadi pada organ saluran pernapasan.
- Kelainan yang terjadi pada bagian kerongkongan.
- Kelainan yang terjadi pada tungkai dan lengan.
- Mengidap penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschsprung, Sindrom Down, dan atresia duodenum.
Guna membantu mendeteksi adanya masalah cacat bawaan yang sering terjadi bersama dengan kondisi atresia ani, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes penunjang lainnya, seperti:
- Pemindaian dengan USG, rontgen, juga MRI guna mendeteksi apakah ada masalah pada tulang dan memeriksa secara menyeluruh bagian tenggorokan, kerongkongan, dan organ lainnya.
- Pemeriksaan ekokardiografi guna mengetahui kondisi kesehatan jantung bayi.
Pengobatan Atresia Ani
Pengobatan untuk atresia ani dilakukan dengan tujuan untuk membantu memperbaiki kondisi anus pada bayi supaya bisa menjalani kehidupan dengan normal. Sebelum pengobatan lanjutan dilakukan, bayi yang tidak mempunyai lubang anus akan diberikan asupan cairan dan nutrisi lewat cairan infus.
Lalu, apabila terbentuk fistula pada bagian saluran kemih yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi, umumnya dokter akan meresepkan antibiotik. Umumnya, pilihan pengobatan yang bisa dilakukan guna membantu mengobati atresia ani, yaitu:
1. Pembedahan atau Operasi
Pembedahan merupakan pilihan pengobatan paling utama untuk menangani kondisi atresia ani. Tujuannya untuk membuat fungsi dari saluran pencernaan bisa kembali normal. Jenis operasi dilakukan dengan berdasarkan gejala, jenis, usia, dan tingkat rumitnya bentuk dari atresia ani yang muncul, juga kondisi kesehatan bayi. Beberapa pilihan operasi yang bisa dilakukan untuk mengobati atresia ani, yaitu:
- Kolostomi, yaitu prosedur pembuatan lubang atau stoma di bagian dinding perut untuk digunakan sebagai saluran pembuangan yang sifatnya sementara. Nantinya, kotoran yang keluar dari dalam stoma akan ditampung dalam kantong yang disebut colostomy bag.
- Pull through, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menyambung bagian anus dan rektum. Umumnya, prosedur operasi satu ini baru dilakukan beberapa bulan setelah prosedur pembedahan kolostomi pertama.
- Penutupan kolostomi, prosedur pembedahan lanjutan yang dilakukan guna menutup lubang stoma. Alhasil, pengidap atresia ani bisa mulai mengeluarkan kotoran yang nantinya dibuang melewati rektum dan anus.
- Anoplasti perineum, prosedur pembedahan yang dilakukan guna menutup fistula yang terkoneksi dengan bagian saluran kemih maupun vagina. Prosedur tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memastikan lubang anus ada pada posisi yang tepat.
Perlu diperhatikan bahwa kesuksesan prosedur operasi untuk memperbaiki kondisi atresia ani bisa dibilang cukup tinggi.
2. Pengaturan Diet dan Pola Makan
Setelah menjalani prosedur pembedahan, pengidap atresia ani dianjurkan untuk mengatur diet dan pola makan. Misalnya, meningkatkan asupan kaya serat juga mengonsumsi suplemen dan vitamin. Tentunya, hal tersebut guna membuat pengidap tidak terserang sembelit.
Komplikasi Atresia Ani
Atresia ani yang tidak ditangani bisa memicu serangkaian komplikasi yang serius. Namun, tindakan operasi juga bisa menimbulkan komplikasi, seperti:
- Sembelit.
- Terjadi perforasi atau robekan pada usus.
- Mengalami infeksi saluran kencing.
- Mengalami inkontinensia urine maupun tinja.
- Terjadi stenosis atau penyempitan pada anus.
Pencegahan Atresia Ani
Atresia ani merupakan kondisi kelainan kongenital atau cacat bawaan, sehingga kemunculannya sudah pasti sulit dicegah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ibu hamil guna mengurangi risiko kelainan saat kehamilan, yaitu:
- Menjalani pemeriksaan genetik apabila terdapat riwayat atresia ani atau masalah kongenital lain sebelum merencanakan kehamilan.
- Konsumsi makanan sehat, tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol maupun obat yang tidak diresepkan dokter saat hamil.
- Melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin dan memastikan mengonsumsi semua suplemen dari dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan tindakan penanganan jika bayi diketahui mengalami atresia ani. Jangan lupa, rutin lakukan pemeriksaan kesehatan dengan dokter untuk mencegah cacat bawaan ini terjadi.