Alkaptonuria
Pengertian Alkaptonuria
Alkaptonuria atau penyakit urine hitam adalah salah satu penyakit langka yang terjadi akibat adanya mutasi genetik homogentisate 1,2-dioxygenase (HGD). Mutasi gen HGD yang terjadi menyebabkan enzim homogentisate oxidase gagal bekerja dengan baik. Enzim ini berfungsi untuk memecah dan mengurain dua asam amino yang bernama tirosin dan phenilalanine.
Pengidap penyakit ini mengalami penumpukan zat kimia bernama homogentisic acid di dalam tubuh, sehingga urine dan bagian tubuh tertentu bisa berubah warna menjadi gelap. Penyakit ini bisa terjadi sejak kecil namun bisa tidak terdeteksi hingga dewasa karena terkadang tidak menimbulkan gejala.
Penyakit ini termasuk penyakit yang cukup langka karena hanya terjadi pada satu dari tiap 250.000 penduduk di dunia. Terdapat negara tertentu yang memiliki kasus penyakit ini lebih banyak daripada negara lainnya. Tetapi, perlu kamu ketahui bahwa penyakit ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan di segala umur.
Faktor Risiko Alkaptonuria
Alkaptonuria merupakan penyakit yang menurun. Kelainan ini diturunkan secara autosomal resesif yang artinya dapat diturunkan ketika kedua orang tua memiliki gen abnormal yang serupa tetapi tidak memiliki gejala. Namun, jika salah satu orang tua normal, sedangkan yang lain mengidap alkaptonuria, anak berisiko mengalami alkaptonuria tetapi tanpa gejala.
Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, pada pria, kondisi ini lebih mudah mengalami perkembangan dengan gejala yang cukup berat.
Penyebab Alkaptonuria
Penyebab alkaptonuria adalah adanya mutasi pada gen homogentisat 1,2-dioksigenase (HGD). Gen ini berfungsi mengontrol produksi enzim homogentisat oksidase yang berfungsi untuk memecah asam amino tirosin dan fenilalanin di dalam tubuh.
Dalam kasus pengidap alkaptonuria, gen ini mengalami gangguan fungsi, hal itu membuat tubuh pengidap tidak memiliki enzim yang cukup untuk memecah kedua asam amino tersebut. Akibatnya, terjadi akumulasi asam homogentisat (HGA) di dalam tubuh pengidap.
Pada kondisi normal, apabila ada kelebihan asam homogentisat akan dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal. Namun, penyakit alkaptonuria mengakibatkan asam homogentisat tidak dapat dikeluarkan seluruhnya, sehingga terakumulasi di berbagai jaringan tubuh dan menimbulkan gejala alkaptonuria.
Gejala Alkaptonuria
Gejala awal yang khas pada kondisi terlalu banyak HGA didalam tubuh adalah warna urine yang gelap hingga hitam, di mana kondisi ini biasanya terjadi sejak lahir. Di luar dari itu, gejala kondisi ini bisa terjadi pada hampir semua bagian tubuh, mulai dari tendon, tulang, kuku, telinga, dan hati.
1. Okronosis dan osteoartropati okronotik
Pengidap bisa mengalami okronosis dan osteoartropati okronotik pada usia dewasa dengan gejala yang perlahan-lahan. Okronosis adalah bercak/warna biru kehitaman akibat akumulasi HGA di bagian tubuh tertentu, seperti jaringan ikat.
Gejala ini biasanya mulai muncul pada dekade 3–5 dan didapatkan di mata dan telinga, bisa juga ada pada kulit. Selain terjadinya warna biru kehitaman pada telinga, penebalan juga bisa terjadi, seperti pada tulang rawan telinga.
2. Masalah persendian
Gejala seperti nyeri atau rasa kaku pada sendi juga bisa terjadi. Awalnya, nyeri akan terasa pada punggung bagian bawah, kemudian menjalar ke bagian lutut, pinggang, dan pundak. Gejala ini mirip seperti gejala osteoartritis.
Dalam kasus yang parah, tulang rawan pengidap juga berpotensi melemah dan rusak. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan sendi dan harus melakukan operasi penggantian sendi
3. Penumpukan asam homogentisat
Hal ini bisa terjadi pada jaringan ikat contohnya ligamen, tulang (artropati), dan juga tendon. Jaringan-jaringan tersebut akan menjadi berwarna kehitaman, lemah, dan mudah rusak. Hal ini bisa menyebabkan penebalan pada tendon maupun peradangan (tendonitis) pada pengidap.
4. Masalah organ
Pengidap juga dapat mengalami stenosis katup aorta di jantung, batu ginjal, dan batu prostat. Ini bisa terjadi karena deposit homogentisic asida pada organ sehingga organ dan pembuluh darah mengeras.
5. Diskolorasi mata, kulit, dan kuku
Penyakit ini juga bisa menyebabkan munculnya bintik berwarna hitam dan coklat pada bagian putih mata. Selain itu, kulit dan kuku juga bisa mengalami perubahan warna menjadi ada bintik kebiruan atau kehitaman. Warna kulit bisa berubah pada seluruh tubuh. Perubahan ini bpaling terlihat di area yang memiliki kelenjar keringat seperti pipi, dahi, dan ketiak.
Diagnosis Alkaptonuria
Alkaptonuria biasanya bisa didiagnosis berdasarkan gejala khasnya, riwayat keluarga, dan pemeriksaan kadar asam homogentisat. Pada kasus riwayat keluarga, penyakit terjadi secara turun temurun dari gen orang tua.
Pengidap harus mewarisi dua gen HGD abnormal, satu dari ibu dan satu dari ayah, hingga bisa membentuk penyakit ini. Hal ini sangat jarang terjadi sehingga kondisi ini tergolong langka.
Pada beberapa kasus, pengidap alkaptonuria memiliki peradangan tulang atau sendi pada usia muda, tetapi tidak memiliki keluhan urine berwarna gelap. Pemeriksaan asam homogentisat dapat diperiksa melalui pemeriksaan urine dengan analisis spektrometri massa gas kromatografi.
Cara lain bisa dilakukan menggunakan metode rontgen dan CT scan (metode pencitraan). Hal tersebut dilakukan untuk menentukan adanya gangguan sendi, tulang belakang, dan katup jantung. Terakhir dengan melakukan deteksi mutasi gen HGD dengan pemeriksaan molekuler.
Pengobatan Alkaptonuria
Hingga saat ini belum ada pengobatan atau terapi yang bisa mengobati alkaptonuria. Karena penyakit ini terjadi seumur hidup, pengobatan yang dilakukan berfungsi untuk mengurangi gejala dan menurunkan risiko perburukan penyakit.
Berikut cara-cara penanganan penyakit yang mungkin dokter sarankan.
1. Nitisinone
Obat ini bisa mengurangi level homogentisic acid di dalam tubuh. Nitisinone bisa memperlambat laju perkembangan penyakit dan konsumsinya perlu dengan anjuran dokter. Obat nitisinone bisa pengidap konsumsi bersamaan dengan obat pereda nyeri.
2. Fisioterapi
Melakukan fisioterapi juga bisa menjadi pilihan bagi pengidap alkaptonuria. Jika stabil dan rutin, fisioterapi bisa membangun otot dan memperkuat sendi. Fisioterapi juga bisa mengurangi gejala-gejala yang pengidap alami.
Sebaiknya hindari aktivitas yang terlalu berat selama kamu menjalani fisioterapi. Kamu juga bisa mencari tahu lebih lanjut apakah olahraga seperti Pilates Bisa Mencegah Alkaptonuria.
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi tertentu
Pengidap penyakit ini juga sebaiknya mengonsumsi makanan rendah protein tirosin dan fenilalanin, serta konsumsi asam askorbat (vitamin C). Diet rendah protein juga bisa mengurangi efek samping konsumsi obat nitisinone.
Komplikasi Alkaptonuria
Terdapat beberapa komplikasi yang bisa terjadi karena penyakit ini. Biasanya, komplikasi yang terjadi adalah akibat keparahan penyakit berapa lama pengidap telah mengalami penyakit ini.
Adapun komplikasi yang bisa terjadi adalah:
- Arthritis.
- Penyakit jantung.
- Gangguan ginjal.
Pencegahan Alkaptonuria
Alkaptonuria dapat dicegah dengan pemeriksaan gen bagi setiap pasangan yang akan menikah sebagai deteksi dini. Khususnya, jika salah satu pasangan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu atau keluarga memiliki indikasi gejala atau gejala yang mengarah pada alkaptonuria, segera diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk melakukan pemeriksaan atau pertanyaan lebih lanjut, kamu bisa langsung menghubungi ahli melalui aplikasi Halodoc. Praktis tanpa perlu datang langsung, kamu bisa hubungi dokter bidang ahlinya kapan saja dan dari mana saja.
Yuk, download Halodoc sekarang untuk mendapatkan kemudahannya!
Referensi:
Rarediseases.org. Diakses pada 2023. Alkaptonuria.
National Health Service UK. Diakses pada 2023. Alkaptonuria.
Healthline. Diakses pada 2023. Alkaptonuria.
Diperbarui pada 17 Maret 2023.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan