ADHD
DAFTAR ISI
- Apa Itu ADHD?
- Penyebab ADHD
- Faktor Risiko ADHD
- Gejala ADHD
- Masalah Kesehatan Mental Lain yang Menyertai ADHD
- Hubungi Psikiater Ini untuk Mendapatkan Perawatan ADHD
- Diagnosis ADHD
- Pengobatan ADHD
- Komplikasi ADHD
- Pencegahan ADHD
Apa Itu ADHD?
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah istilah medis untuk gangguan mental berupa perilaku impulsif dan hiperaktif.
Gejala ADHD membuat anak-anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu.
Meski lebih rentan terjadi pada anak, gejala yang muncul bisa bertahan hingga usia remaja bahkan dewasa. ADHD terbagi menjadi 3 subtipe, yaitu:
- Dominan hiperaktif-impulsif. Tipe ini biasanya muncul dengan masalah hiperaktivitas bersamaan dengan perilaku impulsif.
- Dominan inatentif. Tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian penuh pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak bisa memperhatikan dengan baik.
- Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif. Jenis ini menunjukkan ciri hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.
Penyebab ADHD
Para ahli masih belum mengetahui apa yang menjadi penyebab ADHD secara pasti sampai saat ini.
Namun, masalah kesehatan mental ini bisa muncul karena ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) dalam otak.
Ahli menduga, beberapa kondisi berikut ini bisa memicu terjadinya kondisi ini pada anak:
1. Genetika
Sampai saat ini, genetik menjadi satu-satunya penyebab utama terjadinya ADHD. Selain itu, kondisi ini cenderung menurun dalam keluarga.
Dalam banyak kasus, para ahli menduga bahwa gen dari salah satu atau kedua orang tua merupakan faktor penting dalam berkembangnya kelainan ini.
2. Fungsi dan struktur otak
Studi telah mengidentifikasi beberapa kemungkinan perbedaan dalam otak seseorang dengan berkembangnya ADHD dari mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Penelitian tersebut menggunakan pemindaian otak.
Hasilnya, area otak tertentu mungkin lebih kecil ukurannya pada seseorang dengan ADHD, sedangkan area lainnya bisa jadi lebih besar.
Studi lain juga menunjukkan bahwa seseorang dengan kondisi ini mungkin memiliki ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmitter pada otak.
Selain itu, dugaan lain menyatakan bahwa bahan kimia pada otak tersebut bisa jadi tidak berfungsi dengan baik.
3. Paparan neurotoksin selama kehamilan
Selain itu, para ahli juga menduga bahwa ada hubungan antara ADHD dengan bahan kimia neurotoksin tertentu, seperti timbal dan beberapa jenis pestisida.
Paparan timbal pada anak dapat memengaruhi tingkat pendidikan mereka. Hal tersebut berkaitan dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
Sementara itu, paparan pestisida organofosfat juga berkaitan dengan kelainan mental tersebut. Ini adalah bahan kimia yang banyak digunakan pada rumput dan produk pertanian.
Studi menyebutkan, bahan kimia organofosfat berpotensi memberikan efek negatif pada perkembangan saraf anak.
4. Merokok dan mengonsumsi alkohol selama kehamilan
Menjadi perokok aktif atau pasif selama kehamilan juga berkaitan dengan perilaku anak dengan kondisi ADHD.
Selain itu, anak yang terpapar alkohol serta obat-obatan ketika masih berupa janin dalam kandungan juga lebih mungkin mengalami kondisi serupa.
Faktor Risiko ADHD
Setiap anak bisa mengalami gangguan kesehatan mental ini. Namun, ada beberapa faktor risiko ADHD yang perlu diperhatikan:
1. Faktor genetik
Faktor genetik memiliki peran penting dalam perkembangan kondisi ini.
Jika ada riwayat ADHD dalam keluarga, risiko untuk mengembangkan gangguan ini cenderung lebih tinggi.
2. Gangguan selama kehamilan
Faktor selama masa kehamilan, seperti paparan zat beracun, penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, dan stres berlebihan pada ibu hamil, dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak.
3. Kelahiran prematur atau BBLR
Anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi terhadap perkembangan ADHD.
4. Trauma kepala dan paparan timbal
Cedera kepala yang signifikan pada usia dini dapat menjadi faktor risiko bagi perkembangan ADHD.
Paparan tinggi terhadap timbal pada anak-anak juga dapat berkontribusi terhadap pengembangan ADHD.
5. Gangguan neurologis
Anak dengan riwayat gangguan neurologis atau kesehatan mental lainnya, seperti gangguan bipolar atau gangguan spektrum autisme, dapat memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan ADHD.
6. Faktor lingkungan
Lingkungan yang tidak mendukung, stres keluarga, paparan zat-zat kimia beracun, dan kurangnya dukungan sosial dapat meningkatkan risiko ADHD.
Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara polusi udara dan peningkatan risiko ADHD pada anak-anak.
7. Kurang gizi dan istirahat
Gizi yang tidak mencukupi atau defisiensi gizi tertentu selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memengaruhi fungsi otak dan mempengaruhi risiko ADHD.
Kurang tidur atau gangguan tidur pada anak juga dapat memengaruhi konsentrasi dan perilaku, yang berkaitan dengan gejala ADHD.
Gejala ADHD
ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang kompleks yang dapat memengaruhi kemampuan fungsi tubuh pengidapnya dalam banyak aspek kehidupan.
Seperti ketika sedang sekolah, bekerja, dan bahkan pada lingkungan rumah.
Lalu, apa yang dirasakan pengidap ADHD? Gejala ADHD pada anak, remaja, dan orang dewasa bisa berbeda.
Bahkan terkadang sulit untuk mengenali gejalanya. Dokter umumnya baru dapat mendiagnosa ADHD pada anak atau ketika usia remaja, dengan usia rata-rata 7 tahun.
Sementara itu, orang dewasa dengan kondisi ini mungkin telah menunjukkan gejala sejak usia anak atau remaja.
Hanya, orang tua kerap mengabaikan gejala yang muncul. Hal inilah yang selanjutnya menyebabkan diagnosa kerap terlambat.
1. Gejala ADHD pada anak
Gejala utama dari gangguan kesehatan ini yaitu kurangnya perhatian, tindakan hiperaktif-impulsif, atau gabungan keduanya.
Lantas, Apa ciri-ciri anak ADHD?
- Kesulitan untuk memperhatikan dan tetap teratur.
- Memiliki kegelisahan yang berlebihan.
- Mempunyai masalah dengan pengendalian diri atau perilaku impulsif.
Sementara itu, orang tua bisa dengan mudah mengenali gejala ADHD pada anak dengan memperhatikan beberapa hal ini.
- Anak sulit berfokus pada aktivitas dan menjadi mudah terganggu.
- Rentang perhatian yang rendah saat bermain atau mengerjakan tugas sekolah.
- Anak menjadi gelisah dan kesulitan duduk diam.
- Selalu membutuhkan gerakan atau sering berlarian.
- Berbicara berlebihan dan menyela orang lain.
2. Gejala ADHD pada remaja
Seiring bertambahnya usia, anak dengan gangguan ini akan menunjukkan perubahan gejala.
Dalam beberapa kasus, gejala tertentu yang terlihat ketika masa kanak-kanak mungkin berkurang seiring anak beranjak remaja.
Namun, gejala baru dapat saja muncul seiring dengan perubahan tanggung jawab dan bertambahnya usia pada anak.
Remaja dengan masalah ini biasanya menunjukkan beberapa gejala berikut:
- Kesulitan fokus pada tugas sekolah atau pekerjaan lain.
- Sering melakukan kesalahan saat melakukan tugas atau pekerjaan.
- Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, terutama tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
- Memiliki masalah dengan organisasi dan manajemen waktu.
- Sering melupakan barang atau kehilangan barang pribadi.
- Kerap menghindari tugas atau pekerjaan yang melelahkan secara mental.
- Kesulitan menavigasi hubungan sosial dan keluarga.
- Mengalami peningkatan frustasi dan kepekaan emosional.
Meski ADHD dapat membuat remaja terlihat “tidak dewasa”, gejala yang muncul sebenarnya hanyalah bagian dari ADHD alias tidak ada hubungannya dengan tingkat kedewasaan anak.
3. Gejala ADHD pada usia dewasa
Kebanyakan orang dengan ADHD menerima diagnosa selama masa kanak-kanak. Namun, orang tua kerap mengabaikan atau menyalahartikan gejala yang muncul.
Selama gejala ADHD muncul pada seseorang sebelum usianya 12 tahun, ini artinya mereka masih dapat menerima diagnosa pada masa dewasa.
Pada orang dewasa, gejala ADHD bisa terlihat berbeda daripada gejala yang muncul pada masa kanak-kanak atau remaja.
Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tanggung jawab saat dewasa. Gejala ADHD pada orang dewasa dapat berupa:
- Kesulitan menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
- Memiliki masalah harga diri dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
- Melakukan penyalahgunaan zat, terutama alkohol.
- Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan pasangan, keluarga, atau rekan kerja.
- Sering mengalami kecelakaan atau cedera.
Masalah Kesehatan Mental Lain yang Menyertai ADHD
Walaupun ADHD tidak menyebabkan masalah psikologis, tetapi ada gangguan lain sering kali muncul bersamaan dengan kondisi ini.
Alhasil, pengobatan menjadi lebih sulit dilakukan. Gangguan ini bisa berupa:
1. Gangguan suasana hati
Tak sedikit orang dewasa yang mengidap ADHD juga mengalami depresi, gangguan bipolar, atau gangguan suasana hati lainnya.
Meski gangguan ini tidak disebabkan langsung oleh ADHD, kondisi frustrasi yang sering berulang akibat ADHD bisa memperburuk depresi.
2. Gangguan kecemasan
Orang dewasa dengan ADHD juga seringkali mengalami kecemasan. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran yang berlebihan, kegelisahan, dan gejala lain yang cukup sulit untuk dikendalikan.
Nah, kecemasan bisa semakin mempuruk apabila muncul suatu kendala akibat kondisi ADHD .
3. Gangguan kejiwaan lainnya
Pengidap ADHD juga berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kejiwaan lainnya, seperti gangguan kepribadian, intermittent explosive disorder dan gangguan penggunaan zat.
4. Gangguan belajar
Pengidap ADHD mungkin memperoleh skor lebih rendah pada tes akademis.
Hal ini disebabkan oleh gangguan belajar, seperti sulit memahami dan berkomunikasi.
Alhasil, mereka tidak bisa mengikut pelajaran untuk tingkat usia, kecerdasan, dan pendidikannya.
Hubungi Psikiater Ini untuk Mendapatkan Perawatan ADHD
Segera lakukan periksakan sang buah hati ke dokter apabila orang tua melihat anak menunjukkan tanda dan gejala kondisi ini.
Ini termasuk kesulitan berfokus, memperhatikan, dan tingkah laku impulsif dan hiperaktif.
Orang tua mungkin akan mengalami kesulitan untuk membedakan gejala ADHD dengan tingkah laku normal pada anak.
Inilah sebabnya, diskusi dengan dokter atau psikiater anak menjadi hal yang wajib jika melihat anak menunjukkan tingkah laku yang tidak biasa.
Nah, berikut ini terdapat beberapa psikiater yang sudah berpengalaman.
Mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
- dr. Mariati Sp.KJ
Psikolog anak:
- Natalia M.Psi
- Verty Sari Pusparini S.Psi, M.Psi
- Angel Mikha Clara Sepang S.Psi, M.Psi
- Risvi Rayhani S.Psi, M.Psi
- Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi
Tak perlu khawatir jika psikolog sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis ADHD
Anak yang mengalami kesulitan konsentrasi dan menunjukkan kondisi hiperaktif tidak selalu mengidap ADHD, ini juga berlaku pada remaja.
Memang benar, orang tua mungkin melihat remaja kerap tidak mendengar pembicaraan, menunjukkan tingkah laku impulsif, dan mudah teralihkan dengan distraksi.
Namun, bukan berarti mereka mengalami ADHD. Oleh karena kondisi ini sering tidak terdiagnosis pada usia anak, penting untuk orang tua mengetahui apa saja gejala dan mengenali apa saja bedanya dengan perilaku anak yang normal.
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, perlu kerja sama dari banyak pihak.
Mulanya, dokter anak bersama dengan psikiater akan memeriksa kondisi fisik dan mental anak, keluarga, dan tenaga pengajar yang berinteraksi dengan anak.
Adanya pemeriksaan ini sebenarnya memiliki beberapa tujuan untuk:
- Mendapatkan diagnosis yang tepat, apakah anak memang mengidap ADHD.
- Mengetahui seberapa parah kondisi ini.
- Mengetahui ada atau tidaknya kondisi medis lain yang menunjukkan gejala yang sama.
- Mendeteksi apakah anak mengalami masalah kesehatan mental lain.
Guna membantu menegakkan diagnosis, dokter mungkin merekomendasikan beberapa pemeriksaan tambahan.
Pemeriksaan ini termasuk tes fungsi hati, tes darah, MRI pada otak, dan tes tiroid.
Pengobatan ADHD
Sayangnya, anak dengan kondisi ADHD tidak bisa sembuh sepenuhnya.
Meski begitu, gabungan antara obat dan terapi bisa membantu mengurangi gejala yang muncul, sehingga pengidapnya tetap bisa beraktivitas dengan normal.
Adapun pengobatan ADHD yang bisa ditempuh:
1. Obat
Dokter akan meresepkan obat methylphenidate yang memang umum untuk mengatasi ADHD.
Obat satu ini bekerja dengan membuat kadar senyawa kimia pada otak menjadi lebih seimbang. Dengan demikian, gejala yang muncul bisa berkurang.
Obat methylphenidate terbilang aman untuk anak, tetapi dokter tetap memantau kondisi anak untuk tindakan antisipasi akan efek samping yang mungkin terjadi. Misalnya, kelainan pada organ jantung.
Jika nantinya anak mengalami efek samping atau ada risiko tinggi untuk mengalami hal tersebut, maka dokter bisa meresepkan jenis obat lainnya, yaitu obat amitriptyline, atomoxetine, dan obat yang masuk dalam kelompok agonis alfa, seperti clonidine.
Selain itu, amfetamin dan methylphenidate merupakan dua contoh obat yang bisa digunakan untuk atasi ADHD. Namun, keduanya harus berdasarkan resep dan saran dokter untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan.
2. Psikoterapi
Metode pengobatan lainnya adalah psikoterapi. Tidak hanya mengobati kondisi ini, terapi juga bermanfaat untuk mengobati masalah kejiwaan lain yang bisa muncul dengan ADHD, misalnya depresi
Jenis terapi yang bisa menjadi pertimbangan, yaitu:
3. Cognitive behavioural therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan utama untuk membantu pengidap sehingga dapat mengubah perilaku dan pola pikir mereka ketika sedang berada pada kondisi atau permasalahan tertentu.
4. Terapi psikoedukasi
Selanjutnya, terapi psikoedukasi. Ketika menjalani terapi ini, psikiater akan mengajak pengidap untuk bercerita. Misalnya, kesulitan pengidap dalam menghadapi kondisi tersebut.
Melalui terapi ini, psikiater berharap pengidap bisa mendapatkan cara terbaik untuk mengatasi gejala yang muncul.
5. Terapi interaksi sosial
Kemudian, terapi interaksi sosial yang bisa membantu pengidap untuk mengetahui perilaku sosial yang pas untuk suatu kondisi.
Orang tua, pengasuh, keluarga, dan guru tentu memerlukan arahan sehingga bisa memberikan pendampingan pada pengidap.
Inilah sebabnya, orang-orang yang terlibat dengan pengidap juga perlu memperoleh pelatihan khusus.
Biasanya, pelatihan akan memberikan beberapa materi berikut:
- Cara tepat memberikan pujian sebagai bentuk dukungan untuk anak.
- Solusi ketika anak menunjukkan perilaku buruk.
- Memberikan arahan kegiatan anak yang sesuai dengan kapabilitasnya.
Sementara itu, guna membantu anak mengontrol gejala yang muncul, orang tua juga bisa secara perlahan disiplin membiasakan pola hidup sehat, dengan cara:
- Menerapkan pola makan sehat dengan asupan gizi seimbang.
- Memastikan bahwa anak mendapatkan tidur yang cukup. Melalui artikel Inilah Hubungan Pola Tidur dengan ADHD, orang tua bisa mengetahui mengapa anak perlu mendapat cukup istirahat.
- Batasi waktu menonton tivi, main game, dan berinteraksi dengan gawai.
- Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 60 menit setiap hari.
6. Gaya hidup dan pengobatan rumahan
ADHD merupakan gangguan yang kompleks dan setiap pengidapnya memiliki perilaku yang berbeda.
Akan tetapi, berikut sejumlah tips yang bisa membantu kamu dalam mengelola gejalanya:
- Buatlah daftar tugas yang harus diselesaikan setiap hari dan pilih tugas mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.
- Gunakan kertas berperekat untuk menulis catatan untuk diri sendiri. Tempelkan di lemari es, di cermin kamar mandi, di mobil, atau di tempat lain yang mudah dilihat.
- Gunakan buku janji temu atau kalender elektronik sebagai pengingat janji temu dan berikan tenggat waktu.
- Bawalah buku catatan atau perangkat elektronik untuk membantu mencatat ide atau hal-hal yang perlu diingat.
- Ikuti rutinitas yang konsisten dari hari ke hari dan simpan barang-barang, seperti kunci dan dompet, di tempat yang sama.
- Jangan ragu untuk meminta bantuan dari anggota keluarga atau orang terdekat.
7. Mengelola hubungan
Pengidap ADHD cenderung sulit diprediksi dan sering lupa dengan janji temu, melewatkan tenggat waktu, dan membuat keputusan yang impulsif atau tidak rasional.
Perilaku ini tentu saja menguji kesabaran rekan kerja, teman, atau pasangannya. Coba lakukan terapi yang berfokus dengan masalah ini guna memantau perilaku ADHD.
Caranya dengan mengikuti kelas-kelas untuk meningkatkan komunikasi maupun keterampilan dalam mengatasi konflik serta pemecahan masalah.
Kamu juga bisa mengajak pasangan atau sanak keluarga untuk mengikuti terapi. Tujuannya agar mereka memahami lebih dalam tentang ADHD.
Meski tidak bisa sembuh, diagnosis yang akurat dan pengobatan yang pas sesegera mungkin bisa membantu pengidap bisa beradaptasi dengan keadaan dirinya dan melakukan aktivitas seperti biasanya.
Namun, orang tua juga perlu memahami bahwa pengobatan ADHD perlu adanya komitmen dan persiapan yang matang dari banyak aspek. Mulai dari finansial, waktu, hingga emosi.
8. Minta dukungan
Jangan ragu untuk meminta dukungan kepada orang terdekat atau profesional kesehatan. Dukungan bisa sangat membantu pengidap ADHD dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Adapun beberapa contoh koping dan dukungan yang bisa didapatkan:
Kelompok pendukung
Kelompok pendukung bisa mempertemukan kamu dengan orang lain yang mengalami. Dengan begitu, kamu bisa berbagi pengalaman, informasi, dan strategi untuk menanganinya.
Dukungan sosial
Libatkan pasangan, saudara dekat, dan teman dalam setiap proses perawatan. Awalnya, kamu mungkin merasa enggan memberi tahu orang lain tentang kondisi ini.
Akan tetapi, memberi tahu orang lain apa yang sedang terjadi dapat membantu mereka memahami kamu dengan lebih baik.
Rekan kerja, supervisor, dan guru
ADHD bisa menghambat pekerjaan di kantor maupun sekolah. Sebagian besar pengidapnya mungkin juga merasa malu untuk memberi tahu atasan atau guru tentang kondisi ini.
Namun, cobalah bicarakan baik-baik agar mereka bersedia memberikan sedikit penyesuaian untuk membantu kamu dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Jangan ragu untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam atau waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Komplikasi ADHD
ADHD yang tidak segera mendapat penanganan dapat mempersulit kehidupan anak dan remaja. Mereka bisa mengalami beberapa kondisi berikut:
- Anak sering kesulitan berada dalam kelas, sehingga menyebabkan kegagalan akademik serta penilaian oleh anak lain dan orang dewasa.
- Cenderung mengalami lebih banyak kecelakaan atau cedera daripada anak-anak yang tidak mengalaminya.
- Memiliki harga diri yang buruk.
- Mengalami kesulitan berinteraksi dan penerimaan dalam pertemanan sebaya dan orang dewasa.
- Berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan serta perilaku nakal lainnya.
Tidak hanya itu, kondisi ADHD juga bisa membuat kehidupan orang dewasa menjadi lebih sulit, seperti:
- Prestasi akademik dan karir yang buruk.
- Menjadi pengangguran.
- Mengalami masalah dengan keuangan.
- Kerap bermasalah dengan hukum.
- Kecanduan alkohol dan penyalahgunaan zat lainnya.
- Sering mengalami kecelakaan kendaraan dan lainnya.
- Hubungan yang tidak stabil, baik dengan pasangan, teman, dan keluarga.
- Kesehatan fisik dan mental yang buruk.
- Citra diri yang buruk.
- Memiliki upaya bunuh diri.
Pencegahan ADHD
Sayangnya, tidak ada pencegahan spesifik yang bisa dilakukan terhadap kondisi ADHD.
Namun, risiko gangguan mental ini bisa orang tua kurangi, Mulailah sedini mungkin dari masa kehamilan.
Ibu hamil sebaiknya tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, sera sebisa mungkin menjauhkan anak dari asap rokok serta paparan zat beracun yang bisa membahayakan kesehatan.
Cara lainnya, yaitu:
- Konsumsi makanan bergizi dan seimbang yang dapat berpengaruh pada perkembangan otak dan fungsi kognitif. Hindari makanan tinggi gula dan junk food serta pastikan untuk menyertakan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat dalam makanan sehari-hari.
- Meski sedang hamil, ibu tetap perlu bergerak aktif. Olahraga ringan terbukti bisa mencegah komplikasi selama kehamilan.
- Kurangi stres dengan cara melakukan hobi, berolahraga ringan atau berlatih teknik relaksasi.
Telusuri juga panduan lengkap untuk untuk kesehatan mental dari tenaga profesional di Halodoc, mulai dari konsultasi psikolog klinis hingga psikiater, dengan klik gambar di bawah ini.✔️
Referensi:
London Journal of Primary Care. Diakses pada 2024. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Review For Primary Care Clinicians.
American Psychiatry Association. Diakses pada 2024. What Is ADHD?
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children.
WebMD. Diakses pada 2024. When to Call a Doctor About Child ADHD.
Healthline. Diakses pada 2024. Common Signs of Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Adult attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
Healthline. Diakses pada 2024. Causes of and Risk Factors for ADHD.
Diperbarui pada 3 Oktober 2024
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan