Acute Respiratory Distress Syndrome
Pengertian Acute Respiratory Distress Syndrome
Acute Respiratory Distress Syndrome atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) terjadi ketika cairan menumpuk di kantung udara kecil yang elastis (alveoli) di paru-paru. Cairan tersebut membuat paru-paru tidak terisi dengan udara yang cukup, yang berarti lebih sedikit oksigen yang mencapai aliran darah. Kondisi ini membuat organ kekurangan oksigen yang mereka butuhkan untuk berfungsi.
Menurut berbagai penelitian, beberapa orang yang terinfeksi COVID-19 bisa mengalami ARDS dalam perkembangan penyakitnya. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang sudah sakit kritis atau yang memiliki cedera yang signifikan. Sesak napas yang parah sebagai gejala utama ARDS juga biasanya berkembang dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah cedera atau infeksi yang memicu.
Banyak orang yang mengembangkan ARDS tidak bisa bertahan hidup. Risiko kematian meningkat seiring bertambahnya usia dan tingkat keparahan penyakit. Dari orang-orang yang selamat dari ARDS, beberapa sembuh total sementara yang lain mengalami kerusakan permanen pada paru-paru mereka.
Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome
Penyebab kondisi ini secara mekanis adalah adanya cairan yang bocor dari pembuluh darah terkecil di paru-paru ke dalam kantung udara kecil di mana darah teroksigenasi. Biasanya, membran pelindung menyimpan cairan ini di dalam pembuluh. Penyakit atau cedera parah dapat menyebabkan kerusakan pada membran yang mengakibatkan kebocoran cairan.
Sementara itu, penyebab yang mendasari ARDS meliputi:
- Sepsis. Penyebab ARDS yang paling umum adalah sepsis, infeksi aliran darah yang serius dan meluas.
- Menghirup Zat Berbahaya. Menghirup asap atau bahan kimia dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan ARDS, seperti halnya menghirup (aspirasi) muntah atau episode hampir tenggelam.
- Pneumonia Berat. Kasus pneumonia yang parah biasanya mempengaruhi kelima lobus paru-paru.
- Cedera. Kecelakaan, seperti jatuh atau tabrakan mobil, secara langsung dapat merusak paru-paru atau bagian otak yang mengontrol pernapasan.
- COVID-19. Orang yang mengidap COVID-19 yang parah dapat mengembangkan ARDS.
Sementara itu, ada penyebab lainnya sepert pankreatitis (radang pankreas), transfusi darah masif, dan luka bakar.
Faktor Risiko Acute Respiratory Distress Syndrome
Kebanyakan orang yang mengembangkan kondisi ini sudah pernah mendapat perawatan di rumah sakit karena kondisi lain, dan banyak di antaranya yang sedang sakit kritis. Seseorang sangat berisiko jika ia memiliki infeksi yang meluas di aliran darah (sepsis).
Orang yang memiliki riwayat alkoholisme kronis berisiko lebih tinggi terkena ARDS. Mereka juga lebih mungkin meninggal karena kondisi ini.
Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome
Tanda dan gejala ARDS dapat bervariasi dalam intensitas, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya, serta adanya penyakit jantung atau paru-paru yang mendasarinya. Gejalanya termasuk:
- Sesak napas yang parah.
- Pernafasan yang sulit dan luar biasa cepat.
- Tekanan darah rendah.
- Kebingungan dan kelelahan yang luar biasa.
Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome
Tidak ada tes khusus untuk mengidentifikasi ARDS. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, rontgen dada, dan kadar oksigen. Penting juga untuk menyingkirkan penyakit dan kondisi lain, misalnya, masalah jantung tertentu yang dapat menghasilkan gejala serupa.
1. Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan termasuk, di antaranya adalah:
- Rontgen Dada. Sinar-X dada dapat mengungkapkan bagian mana dari paru-paru dan berapa banyak paru-paru yang memiliki cairan didalamnya dan apakah jantung membesar.
- Computerized Tomography (CT). CT scan menggabungkan gambar sinar-X yang diambil dari berbagai arah yang berbeda ke dalam tampilan penampang organ dalam. CT scan dapat memberikan informasi rinci tentang struktur di dalam jantung dan paru-paru.
2. Tes laboratorium
Tes menggunakan darah dari arteri di pergelangan tangan dapat mengukur tingkat oksigen. Jenis tes darah lainnya dapat memeriksa tanda-tanda infeksi atau anemia. Jika dokter mencurigai bahwa pasien memiliki infeksi paru-paru, sekresi dari saluran napas dapat diuji untuk menentukan penyebab infeksi.
Pengujian melalui tes laboratorium dapat berupa:
- Kultur atau pemeriksaan sampel dahak, untuk mengidentifikasi bakteri atau mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.
- Biopsi atau pengambilan sampel jaringan paru-paru. Tes ini untuk mengeliminasi kemungkinan gejala yang terjadi akibat penyakit paru-paru selain ARDS.
3. Tes Jantung
Oleh karena tanda dan gejala ARDS mirip dengan masalah jantung tertentu, dokter mungkin merekomendasikan tes jantung seperti:
- Elektrokardiogram. Tes tanpa rasa sakit ini melacak aktivitas listrik di jantung. Ini melibatkan pemasangan beberapa sensor kabel ke tubuh.
- Ekokardiogram. Sonogram jantung, tes ini dapat mengungkapkan masalah dengan struktur dan fungsi jantung.
Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome
Tujuan pertama dalam mengobati ARDS adalah untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Tanpa oksigen, organ tidak dapat berfungsi dengan baik.
1. Oksigen
Untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam aliran darah, dokter kemungkinan akan menggunakan:
- Oksigen tambahan. Untuk gejala yang lebih ringan atau sebagai tindakan sementara, oksigen dapat diberikan melalui masker yang pas di hidung dan mulut.
- Ventilasi mekanis. Kebanyakan orang dengan ARDS akan membutuhkan bantuan mesin untuk bernapas. Ventilator mekanis mendorong udara ke paru-paru dan memaksa sebagian cairan keluar dari kantung udara.
- Cairan. Mengelola jumlah cairan intravena dengan hati-hati sangat penting. Terlalu banyak cairan dapat meningkatkan penumpukan cairan di paru-paru. Terlalu sedikit cairan dapat membebani jantung dan organ lain dan menyebabkan syok.
2. Obat-Obatan
Orang dengan ARDS biasanya diberikan obat untuk:
- Mencegah dan mengobati infeksi;
- Menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan;
- Mencegah penggumpalan darah di kaki dan paru-paru;
- Meminimalkan refluks lambung;
- Membuat mereka tetap tenang.
3.Meminimalkan komplikasi
Langkah-langkah untuk meminimalkan komplikasi ARDS biasanya dengan:
- Sedasi untuk mengatasi rasa sakit.
- Tes pernapasan untuk menentukan kapan waktu yang aman untuk melepas tabung dan ventilator.
- Menggunakan pengencer darah untuk mencegah penggumpalan.
- Meminimalkan penumpukan cairan di paru-paru.
- Mengurangi kemungkinan ulkus stres di perut.
- Aktif secara fisik dan menjalani terapi fisik untuk mencegah kelemahan otot.
Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome
Belum terdapat pencegahan secara spesifik untuk ARDS, tetapi dengan mengetahui gejala dan tanda-tanda, penanganan dapat dokter lakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi.
Selain itu, ada beberapa langkah yang bisa membantu melindungi paru-paru, seperti:
- Jika kamu merokok, cari bantuan untuk berhenti, dan hindari perokok pasif bila memungkinkan.
- Lakukan vaksinasi seperti suntikan flu (influenza) tahunan, serta vaksin pneumonia setiap lima tahun, dapat mengurangi risiko infeksi paru-paru.
- Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
- Menjalani kebiasaan hidup bersih dan sehat.
- Berhati-hati saat berkendara dan selalu mengenakan sabuk pengaman atau helm.
Komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome
Jika seseorang mengidap ARDS, mereka dapat mengembangkan masalah medis lainnya saat berada di rumah sakit. Masalah yang paling umum adalah:
- Gumpalan Darah. Berbaring diam di rumah sakit saat menggunakan ventilator dapat meningkatkan risiko pembekuan darah, terutama di vena dalam di kaki. Jika gumpalan terbentuk di kaki, sebagian darinya dapat pecah dan berjalan ke salah satu atau kedua paru-paru (emboli paru) di mana ia menghalangi aliran darah.
- Paru-Paru Kolaps atau Pneumotoraks. Dalam kebanyakan kasus ARDS, mesin pernapasan yang disebut ventilator digunakan untuk meningkatkan oksigen dalam tubuh dan memaksa cairan keluar dari paru-paru. Namun, tekanan dan volume udara dari ventilator dapat memaksa gas melewati lubang kecil di bagian paling luar paru-paru yang menyebabkan paru-paru itu kolaps.
- Infeksi. Oleh karena ventilator terpasang langsung ke tabung yang masuk ke tenggorokan, ini membuat kuman lebih mudah menginfeksi dan semakin melukai paru-paru.
- Jaringan Parut atau Fibrosis Paru. Jaringan parut dan penebalan jaringan di antara kantung udara dapat terjadi dalam beberapa minggu setelah timbulnya ARDS. Ini membuat paru-paru kaku, membuatnya semakin sulit bagi oksigen untuk mengalir dari kantung udara ke aliran darah.
Berkat perawatan yang lebih baik, lebih banyak orang yang selamat dari ARDS. Namun, banyak orang yang selamat berakhir dengan efek yang berpotensi serius dan terkadang bertahan lama.
Beberapa efeknya, antara lain:
- Masalah Pernapasan. Banyak orang dengan ARDS memulihkan sebagian besar fungsi paru-paru mereka dalam beberapa bulan hingga dua tahun, tetapi yang lain mungkin memiliki masalah pernapasan selama sisa hidup mereka. Bahkan orang yang sehat biasanya mengalami sesak napas dan kelelahan dan mungkin memerlukan oksigen tambahan di rumah selama beberapa bulan.
- Depresi. Sebagian besar penyintas ARDS juga melaporkan mengalami masa depresi.
- Masalah dengan Memori dan Kognitif. Obat penenang dan kadar oksigen yang rendah dalam darah dapat menyebabkan kehilangan memori dan masalah kognitif setelah ARDS. Dalam beberapa kasus, efeknya dapat berkurang seiring waktu, tetapi pada kasus lain, kerusakannya mungkin permanen.
- Kelelahan dan Kelemahan Otot. Berada di rumah sakit dan menggunakan ventilator dapat menyebabkan otot melemah. Seseorang juga mungkin akan merasa sangat lelah setelah perawatan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika terdapat gejala seperti di atas, segeralah bawa ke unit gawat darurat. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, tanyakan pada dokter di Halodoc agar mendapatkan saran dan rujukan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Referensi:
American Academy of Family Physicians. Diakses pada 2023. Acute Respiratory Distress Syndrome.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Acute Respiratory Distress Syndrome.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Diperbarui pada 10 Februari 2023.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan