Premenstrual Syndrome (PMS)
DAFTAR ISI
- Apa Itu Premenstrual Syndrome (PMS)?
- Apa Perbedaan PMS dan Haid?
- Apakah PMS Berbahaya?
- Penyebab Premenstrual Syndrome (PMS)
- Faktor Risiko Premenstrual Syndrome (PMS)
- Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
- Hubungi Dokter Ini untuk Mendapat Perawatan Tepat Terkait Gejala PMS
- Diagnosis Premenstrual Syndrome
- Pengobatan Premenstrual Syndrome
- Komplikasi Premenstrual Syndrome
- Cara Mencegah Premenstrual Syndrome
Apa Itu Premenstrual Syndrome (PMS)?
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang dialami banyak wanita sekitar satu atau dua minggu sebelum memasuki masa menstruasi.
Menurut data yang dihimpun oleh US Department of Health & Human Services, Amerika Serikat, lebih dari 90 persen wanita mengalami gejala PMS.
Adapun gejalanya adalah kembung, sakit kepala, hingga kemurungan. Untuk sebagian wanita gejala premenstrual syndrome bisa terjadi sangat intens, sehingga membuat mereka tidak dapat beraktivitas seperti biasa (tidak masuk kerja atau sekolah).
Namun, ada juga wanita yang tidak merasa terganggu karena gejalanya lebih ringan. Wanita berusia 30-an tahun paling mungkin mengalami kondisi ini.
Apa Perbedaan PMS dan Haid?
Sebagian orang sering menyalahartikan PMS dan haid sebagai kedua hal yang sama. Padahal, keduanya adalah kondisi yang berbeda.
Premenstrual syndrome adalah gejala fisik dan psikis yang memengaruhi wanita menjelang menstruasi. Sedangkan haid adalah menstruasi itu sendiri.
Menstruasi atau haid adalah pendarahan vagina normal yang terjadi sebagai bagian dari siklus bulanan wanita. Setiap bulan, tubuh bersiap untuk mengalami kehamilan.
Jika tidak terjadi kehamilan, rahim akan melepaskan lapisannya. Darah haid sebagian merupakan darah dan sebagian lagi jaringan dari dalam rahim yang keluar dari tubuh melalui vagina.
Apakah PMS Berbahaya?
Umumnya sindrom pramenstruasi ini tidak berbahaya, tetapi untuk sebagian wanita kondisi ini membutuhkan bantuan medis.
Simak artikel ini untuk mengetahui lebih jauh: “Benarkah PMS Hanya Mitos yang Dilebih-lebihkan?”
Biasanya yang membuat kondisi ini membutuhkan penanganan khusus, karena orang tersebut juga mengalami gangguan kesehatan lain yang dapat memburuk jelang menstruasi.
Beberapa kondisi kesehatan tersebut adalah:
- Gangguan depresi: ini adalah kondisi paling umum yang terjadi bersamaan dengan premenstrual syndrome. Gejala depresi dan kecemasan mirip dengan PMS dan mungkin memburuk sebelum atau selama menstruasi.
- Ensefalomielitis mialgik/sindrom kelelahan kronis: beberapa wanita melaporkan bahwa gejala mereka seringkali memburuk tepat sebelum menstruasi. Wanita dengan kondisi ini lebih mungkin mengalami pendarahan menstruasi yang banyak dan menopause dini.
- Sindrom iritasi usus besar: sindrom ini dapat menyebabkan kram, kembung, dan gas. Gejalanya bisa memburuk sebelum menstruasi.
- Sindrom nyeri kandung kemih: wanita dengan sindrom nyeri kandung kemih lebih mungkin mengalami kram yang menyakitkan selama premenstrual syndrome.
Selain itu PMS juga dapat memperburuk beberapa masalah kesehatan lain, seperti asma, alergi, dan migrain.
Jika Gejala PMS Tidak Seperti Biasanya, Segera Konsultasi ke 3 Dokter Ini.
Penyebab Premenstrual Syndrome (PMS)
Sampai saat para ahli kesehatan belum menemukan secara pasti penyebab PMS. Termasuk juga mengapa sebagian orang memiliki gejala yang lebih parah ketimbang orang lainnya.
Meskipun begitu, sejauh ini ada beberapa penyebab yang bisa disimpulkan untuk menjelaskan penyebab PMS, yaitu:
1. Perubahan siklus hormon
Menurut para ahli sindrom pramenstruasi terjadi sebagai respons terhadap perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini secara alami berfluktuasi sepanjang siklus menstruasi.
Fluktuasi inilah yang dapat menyebabkan perubahan emosi, seperti mudah tersinggung dan cepat merasa cemas.
2. Perubahan kimia di otak
Neurotransmitter serotonin dan norepinefrin memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh, termasuk membantu mengatur suasana hati, emosi, dan perilaku.
Pembawa pesan kimiawi ini juga dapat menjadi faktor penyebab gejala PMS.
Misalnya, penurunan estrogen dapat memicu pelepasan norepinefrin, yang menyebabkan penurunan produksi dopamin, asetilkolin, dan serotonin.
Perubahan ini dapat memicu masalah tidur dan menyebabkan suasana hati yang buruk atau tertekan.
3. Kondisi kesehatan mental yang ada
Hidup dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat meningkatkan peluang mengalami gejala premenstrual syndrome yang lebih parah.
Riwayat keluarga yang mengalami PMS, gangguan bipolar, atau depresi, termasuk depresi pascapersalinan, juga dapat meningkatkan risiko ini.
Faktor Risiko Premenstrual Syndrome (PMS)
Ada faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap gejala PMS yaitu:
- Stres: kondisi stres dapat merangsang otak sehingga menghasilkan hormon kortisol. Hormon ini bisa memicu ketidak seimbangan hormon reproduksi yang mengatur siklus menstruasi.
- Kondisi psikologis: mengalami masalah psikologis atau mengidap gangguan kesehatan mental seperti depresi atau bipolar, bisa memicu terjadinya PMS yang lebih parah.
- Kesehatan fisik yang buruk: misalnya mengalami gangguan imunitas atau mengidap penyakit tertentu juga bisa memicu PMS.
- Kelebihan berat badan dan obesitas: bisa memicu peningkatan produksi hormon estrogen. Hormon estrogen yang meningkat dapat mengganggu siklus menstruasi.
- Merokok: menurut jurnal ilmiah berjudul Cigarette Smoking and the Development of Premenstrual Syndrome yang dipublikasikan di American Journal of Epidemiology, wanita yang merokok sejak remaja rentan mengalami gejala PMS lebih parah.
- Riwayat keluarga dan genetik: ibu yang mengalami gejala pramenstruasi yang parah dapat menurunkan kondisi ini ke anaknya.
- Defisiensi progesteron: kadar progesteron rendah dapat membuat siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Catat, Ini Perbedaan Siklus Menstruasi yang Normal dan Tidak.
- Defisiensi vitamin B6: vitamin B6 dapat menghambat peningkatan produksi hormon prostaglandin yang menyebabkan perut kembung dan terasa nyeri saat PMS. Kekurangan vitamin ini dapat meningkatkan perubahan emosi dan mood.
- Metabolisme glukosa abnormal: menyebabkan perubahan pada bakteri usus. Ini bisa berdampak pada metabolisme estrogen yang mengatur siklus menstruasi.
Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
Sakit PMS itu seperti apa? Gejalanya bisa mencakup fisik, mental, dan gejala yang perlu diwaspadai.
Berikut penjelasannya lebih lanjut.
1. Gejala fisik
Ada beberapa perubahan kondisi tubuh yang dialami jelang menstruasi, antara lain:
- Perut kram.
- Badan lemas.
- Sakit kepala.
- Kemunculan jerawat.
- Sembelit.
- Perut kembung.
- Mudah lelah.
- Keinginan untuk tidur terus.
- Payudara membengkak.
2. Gejala mental
Gejala mental adalah kondisi psikologis yang terjadi jelang menstruasi. Ada pun gejala mental saat PMS adalah:
- Mudah tersinggung.
- Keinginan untuk marah tanpa sebab.
- Merasa sedih tanpa alasan.
- Cemas.
- Merasa sendiri.
- Hasrat seksual yang meningkat/menurun.
- Mood swing.
- Tidak bersemangat untuk melakukan apa pun.
- Sulit untuk mengendalikan ledakan emosi.
3. Gejala PMS yang perlu diwaspadai
Walaupun umum terjadi, ada beberapa gejala yang menandakan kondisi abnormal dan perlu diwaspadai, antara lain:
- Kram perut yang tak tertahankan.
- Sakit kepala yang intens.
- Nyeri sendi dan otot yang tidak biasa.
- Perilaku seperti makan berlebihan.
- Mengalami masalah tidur termasuk susah tidur atau tidur berkepanjangan.
- Depresi.
- Mudah marah sampai mengganggu aktivitas kerja.
- Merasa diri tidak berharga.
- Ingin bunuh diri.
Hubungi Dokter Ini untuk Mendapat Perawatan Tepat Terkait Gejala PMS
Kamu bisa langsung berkonsultasi dengan dokter di Halodoc ketika gejala berlangsung dengan intens sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nah, berikut beberapa dokter yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun yang bisa kamu hubungi untuk memberikan saran terkait gejala PMS.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apa lagi? Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Premenstrual Syndrome (PMS)
Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis sindrom pramenstruasi. PMS itu terjadi kapan? Gejala-gejalanya harus terjadi hanya pada fase luteal (hari ke 15 hingga ke 28) dari siklus menstruasi.
Dan paling sering selama lima sampai tujuh hari sebelum periode menstruasi.
Tes darah tidak diperlukan untuk mendiagnosis PMS. Hitung darah lengkap mungkin disarankan untuk menyaring kondisi medis lain yang menyebabkan kelelahan, seperti anemia.
Namun, dalam beberapa kasus dokter mungkin akan merekomendasikan tes fungsi tiroid untuk mendeteksi hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) atau hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif). Sebab, keduanya memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan PMS.
Pengobatan Premenstrual Syndrome
Tujuan dari pengobatan premenstrual syndrome adalah untuk menangani gejala yang terjadi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:
1. Olahraga ringan
Olahraga dapat meringankan kram, rasa lelah, dan tidak semangat sebagai akibat dari PMS. Tubuh yang berkeringat dan beraktivitas juga dapat meningkatkan mood menjadi lebih baik.
2. Mengurangi asupan kafein
Kafein dapat memicu detak jantung dan membuat emosi menjadi semakin tidak stabil.
Untuk beberapa orang, membatasi asupan kafein atau tidak minum kafein sama sekali dapat membuat gejala PMS berkurang.
3. Tidur yang cukup
Untuk sebagian wanita, tidur yang cukup atau berbaring di tempat tidur sudah menjadi penanganan yang membantu saat PMS melanda.
4. Mengonsumsi makanan atau minuman tertentu
Coklat hitam, teh jahe hangat atau teh hijau adalah jenis makanan dan minuman yang membantu meredakan PMS.
Kamu juga bisa minum jamu kunyit asam untuk membuat badan segar dan bugar.
5. Minum obat
Bila gejala tak kunjung membaik, obat medis bisa menjadi bantuan terbaik. Jenis obat yang diminum tergantung dari gejala. Misalnya sakit kepala, kram perut, ataupun payudara membengkak, obat seperti ibuprofen bisa membantu.
Untuk meredakan gejala emosi bisa dengan obat antidepresan. Namun, pastikan untuk menanyakan ke dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.
Baca penanganan lainnya di artikel ini: Mau Tahu Agar Cepat Menstruasi? Ini 9 Tipsnya.
Komplikasi Premenstrual Syndrome
Gejala PMS bisa semakin meningkat bila tak diatasi dengan tepat. Apalagi bila pengidapnya juga harus menghadapi hal-hal yang memicu stres.
Komplikasi PMS bisa berupa gangguan mental yang disebut premenstrual dysphoric disorder (PMDD)
PMDD adalah bentuk spektrum PMS yang paling parah di mana gejala fisik dan emosional lebih umum terjadi.
Wanita dengan bentuk PMDD ini mungkin bisa mengalami depresi berat, kemarahan, rendah diri, serta gejala lain yang lebih parah ketimbang PMS.
Cara Mencegah Premenstrual Syndrome
PMS tidak bisa dicegah sepenuhnya. Perubahan gaya hidup dapat meredakan atau mengelola gejalanya. Apa yang dapat dilakukan?
1. Rutin berolahraga
Menurut studi berjudul Premenstrual Syndrome and Exercise: A Narrative Review yang dipublikasikan di MDPI Journal, olahraga teratur telah dikaitkan dengan penurunan gejala fisik dan psikologis PMS. Ini termasuk nyeri, kelelahan, gangguan mood, dan retensi air.
Masih menurut studi di atas, olahraga juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, dan mengurangi dampak negatif PMS pada kualitas hidup sehari-hari.
Dalam penelitian tersebut disebutkan selama fase luteal akhir dari siklus menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron berada pada tingkat rendah untuk mempersiapkan menstruasi.
Rendahnya kadar tersebut rupanya menjadi salah satu faktor terjadinya gejala PMS.
Latihan aerobik dapat meningkatkan konsentrasi estrogen dan progesteron.
Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap suasana hati, dan menurunkan tingkat stres tanpa mengubah siklus menstruasi secara substansial.
Selain itu, pelepasan endorfin yang terjadi saat berolahraga berfungsi untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi stres, dan meningkatkan mood.
Pelepasan ini telah dikaitkan dengan pengurangan rasa sakit, kecemasan, dan depresi pada mereka yang mengalami PMS.
2. Mendapatkan tidur yang berkualitas
Bagi sebagian wanita, masalah pada saat siklus mereka bukanlah insomnia. Sebaliknya, mereka tidak merasa segar setelah tidur, atau mereka membutuhkan tidur lebih lama dari biasanya agar bisa mendapatkan istirahat yang cukup.
Itulah sebabnya mendapatkan tidur yang berkualitas bisa menjadi langkah pencegahan PMS.
Bagaimana cara mendapatkan tidur yang berkualitas? Kamu bisa memulainya dengan menerapkan hal-hal berikut ini:
- Tidur di waktu yang sama setiap hari.
- Olahraga rutin, bisa di pagi atau sore.
- Membiasakan diri untuk mendapatkan matahari pagi.
- Hindari nikotin dan kafein.
- Jangan tidur siang setelah tengah hari.
- Hindari alkohol dan makan besar sebelum tidur.
- Membatasi penggunaan barang elektronik sebelum tidur.
3. Mengelola stres dengan baik
Stres dapat memengaruhi bagian otak yang bertanggung jawab memproduksi hormon, termasuk juga hormon yang mengatur menstruasi.
Mengelola stres dengan baik atau menemukan koping yang efektif dapat membantu tubuh beradaptasi terhadap PMS.
Mengelola stres bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Mengidentifikasi penyebab stres dan menyadari kalau tidak semua hal bisa diubah sehingga jangan terlalu keras terhadap diri sendiri.
- Tinjau kembali gaya hidup, prioritaskan apa yang terbaik untuk kesehatan mental.
- Terapkan pola makan sehat, mengingat apa yang kamu makan dapat memengaruhi mood.
- Luangkan waktu untuk me time, bersantai dan menikmati hobi, dan tidak melulu kerja.
- Konsultasi dengan psikolog, jika kamu mudah stres atau memiliki riwayat masalah kesehatan mental.
4. Upaya lainnya
Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah PMS adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Beberapa contohnya adalah:
- Jangan merokok.
- Kurangi kafein dan alkohol dalam dua minggu sebelum menstruasi.
- Mengurangi asupan makanan asin.
- Makan lebih banyak buah-buahan dan sayuran segar.
- Masukkan makanan gandum utuh dalam menu harian.
- Tidak menyimpan makanan tinggi lemak dan tinggi gula di dalam rumah.
- Pastikan selalu memiliki alternatif camilan yang enak dan sehat.
- Catat gejala dan kapan biasanya dimulai untuk penanganan dan pencegahan dini.
Referensi:
American Journal of Epidemiology. Diakses pada 2024. Cigarette Smoking and the Development of Premenstrual Syndrome.
National Health Service. Diakses pada 2024. PMS (premenstrual syndrome).
Uptodate. Diakses pada 2024. Patient education: Premenstrual syndrome (PMS) and premenstrual dysphoric disorder (PMDD) (Beyond the Basics).
Better Health Channel. Diakses pada 2024. Premenstrual syndrome (PMS).
MedBroadCast. Diakses pada 2024. Premenstrual Syndrome.
MedlinePlus. Diakses pada 2024. Menstruation.
Healthline. Diakses pada 2024. PMS: Premenstrual Syndrome Symptoms, Treatments, and More.
MDPI Journal. Diakses pada 2024. Premenstrual Syndrome and Exercise: A Narrative Review.
WebMD. Diakses pada 2024. PMS and Sleep: What’s the Connection?
Everyday Health. Diakses pada 2024. Stress and Your Menstrual Period: A Cycle That You Can Break.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan