Kenali 7 Gejala dari Adenoiditis pada Orang Dewasa
Halodoc, Jakarta - Kelainan adenoiditis terjadi karena peradangan dan infeksi yang ada pada adenoid, yaitu kumpulan otot limpatik yang membesar serta terletak di antara belakang hidung dan tenggorokan. Biasanya, adenoiditis biasanya menyerang anak-anak. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat menyerang orang dewasa.
Sama halnya dengan amandel, adenoid bekerja sebagai filter, mencegah kuman agar tidak memasuki tubuh kamu melalui hidung dan mulut. Adenoid hanya dapat dilihat dengan alat khusus. Namun, adenoid ternyata dapat mengecil seiring kamu tumbuh dewasa. Ketika kamu remaja, biasanya mereka akan hilang.
Karena tugas dari adenoid merupakan melawan bakteri, mereka terkadang dapat kewalahan dan terinfeksi. Akibatnya, gangguan dapat menyebabkan peradangan adenoiditis.
Baca juga: 6 Tips Atasi Mengi Agar Bernapas Lega
Umumnya, adenoiditis dapat menyebabkan sumbatan pada saluran napas. Biasanya, keluhan yang akan dialami di antaranya:
-
Gangguan bernapas, termasuk saat bicara.
-
Mendengkur saat tidur.
-
Terdapat nyeri atau kering pada tenggorokan akibat pembengkakan dan sering bernapas menggunakan mulut.
-
Gejala infeksi, seperti demam dan pilek.
-
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
-
Adanya nyeri telinga atau gangguan pendengaran.
-
Sakit tenggorokan.
Selain ketujuh gejala di atas, adenoiditis juga dapat menyebabkan hidung tersumbat. Ketika hidung tersumbat, pengidap akan mengalami gangguan dalam bernapas, sehingga muncul gejala berupa:
-
Bindeng.
-
Sulit tidur.
-
Bibir pecah-pecah dan mulut kering.
-
Sleep apnea.
Baca juga: 4 Penyakit Pernapasan yang Perlu Diwaspadai
Saat kamu mengalami sakit tenggorokan, terkadang tonsil alias amandel di dalam mulut kamu bisa terinfeksi. Adenoiditis yang terletak lebih tinggi di dalam mulut, di belakang hidung dan langit-langit mulut, dapat juga ikut terinfeksi. Bakteri dapat menyebabkan adenoiditis disebut streptococcus.
Adenoiditis juga dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus, termasuk Epstein Barr, adenovirus, dan rhinovirus. Kondisi ini dapat membuat napas kamu menjadi lebih sulit dan berujung pada infeksi pernapasan berulang.
Di samping itu, penanganan adenoiditis semestinya dilakukan sesuai dengan penyebab dan keparahan kondisi yang diidap. Apabila gejala tidak disebabkan oleh infeksi,biasanya dokter akan menganjurkan agar gejala dibiarkan terlebih dahulu hingga membaik dengan sendirinya. Namun, jika gejala tidak juga berhenti, dokter akan menanganinya dengan pemberian obat atau operasi.
Jenis obat yang diterima oleh pengidap dapat beruba antibiotik (pensilin atau amoxicilin) dan kortikosteroid semprot hidung (fluticasone). Antibiotik diberikan jika penyebab adenoiditis adalah infeksi bakteri, sedangkan kortikosteroid semprot hidung diberikan jika penyebabnya adalah alergi.
Baca juga: 3 Jenis Latihan Pernapasan untuk Hilangkan Stres
Jika penanganan dengan obat-obatan tidak efektif atau muncul komplikasi, dokter akan menganjurkan operasi pengangkatan adenoiditis atau biasa disebut adenoidektomi. Operasi pengangkatan ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa hidung tersumbat, perdarahan minor, sakit telinga, dan sakit tenggorokan.
Meskipun begitu, operasi untuk gangguan adenoiditis tergolong sederhana dan risiko terjadinya efek samping sangatlah kecil. Akan lebih baik jika kamu mendiskusikan secara langsung dengan dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai penyakit ini. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dapat diterima secara praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan