Kenali 5 Tes Medis untuk Diagnosis Nokturia
Halodoc, Jakarta – Hasrat buang air kecil yang tiba-tiba muncul di malam hari saat kamu sudah tertidur memang sangat menyebalkan. Apalagi kalau keinginan tersebut muncul sampai beberapa kali, sehingga kamu mesti sering buang air kecil di malam hari. Kondisi ini tentu bisa mengganggu waktu tidur kamu. Namun tahukah kamu, saat tidur, tubuh yang sehat justru menghasilkan lebih sedikit urine yang lebih kental.
Bila kamu mengalami buang air kecil berlebih di malam hari, jangan-jangan kamu mengalami nokturia. Selain melihat gejalanya, diagnosis nokturia juga bisa diketahui dengan melakukan beberapa tes medis.
Apa Itu Nokturia?
Nokturia adalah istilah medis untuk menunjukkan kondisi buang air kecil yang berlebihan di malam hari. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saat tidur, tubuh menghasilkan lebih sedikit urine yang lebih terkonsentrasi. Hal ini berarti bahwa orang-orang yang sehat sebenarnya tidak perlu bangun di tengah malam untuk buang air kecil dan bisa tidur selama 6–8 jam tanpa harus diganggu dengan hasrat buang air kecil.
Namun, bila kamu harus bangun dua kali atau lebih setiap malam untuk buang air kecil, ada kemungkinan kamu mengidap nokturia. Selain mengganggu waktu tidur, nokturia juga bisa menjadi pertanda dari kondisi medis tertentu.
Baca juga: Poliuria dan Nokturia, Apa Bedanya?
Gejala-Gejala Nokturia yang Perlu Diwaspadai
Orang yang mengidap nokturia biasanya akan bangun lebih dari satu kali pada malam hari untuk buang air kecil. Pada kondisi yang lebih parah, pengidap bisa bangun lima hingga enam kali dalam semalam.
Gejala nokturia yang memengaruhi frekuensi buang air kecil, antara lain:
-
Terlalu sering buang air kecil;
-
Produksi urine berlebihan; dan
-
Merasakan kebutuhan mendesak untuk buang air kecil, tapi hanya menghasilkan sedikit urine.
Baca juga: Asupan Garam yang Berlebihan Bisa Picu Nokturia, Benarkah?
Cara Mendiagnosis Nokturia
Untuk memastikan diagnosis nokturia, dokter pertama-tama akan mengevaluasi gejala dan melakukan pemeriksaan fisik. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini juga biasanya akan diajukan dokter kepada pengidap:
-
Kapan nokturia mulai dirasakan?
-
Berapa kali kamu harus buang air kecil dalam semalam?
-
Apakah kamu mengeluarkan urine yang lebih sedikit dari biasanya?
-
Pernah mengompol saat tidur?
-
Apakah kamu memiliki anggota keluarga dengan masalah kandung kemih atau diabetes?
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan di atas, dokter mungkin masih perlu melakukan sejumlah tes tambahan untuk menentukan penyebab nokturia. Tes-tes yang digunakan untuk mendiagnosis nokturia, antara lain:
1. Urinalisis
Tes ini dilakukan untuk melihat senyawa kimia yang ada dalam urine. Konsentrasi urine menentukan apakah ginjal pengidap berfungsi dengan baik dan mengeluarkan urine dan produksi limbah dengan benar.
2. Tes USG Area Panggul
Tes ini untuk melihat berapa banyak urine yang tersisa di kandung kemih setelah buang air kecil. Selain itu, tes USG juga bisa mendeteksi adanya kelainan struktur atau tumor.
3. Sistometri
Tes ini untuk mengukur tekanan di dalam kandung kemih dan memeriksa kemungkinan adanya masalah pada otot dan saraf yang bisa menyebabkan sering buang air kecil.
4. Sistoskopi
Tes ini memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan uretra dengan menggunakan alat kecil tipis seperti teropong fleksibel yang disebut sistokop.
5. Tes Neurologis
Tes neurologis merupakan tes diagnostik, seperti urodinamik, pencitraan, EEG, dan EMG. Tes ini bermanfaat untuk membantu dokter mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya gangguan saraf.
Baca juga: Sering Buang Air Kecil Tengah Malam, Ini Masalah Kesehatannya
Itulah beberapa tes medis yang bisa digunakan untuk mendiagnosis nokturia. Kalau ingin melakukan tes urine, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc, lho. Caranya praktis banget, tinggal pilih fitur Lab Service dan petugas lab akan datang ke rumahmu untuk memeriksa kesehatanmu. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan