Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Picu Kanker Rektum?
Halodoc, Jakarta - Kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak di Indonesia memang bukan yang pertama terjadi. Beberapa kasus kekerasan seksual bahkan bikin publik jadi geram. Salah satu kabar terakhir yang memprihatinkan adalah kasus pemerkosaan yang dialami Tiara, gadis remaja asal Padang. Meskipun kasusnya sudah terjadi sejak satu tahun lalu, tapi ternyata kekerasan seksual yang dialaminya mengakibatkan ia harus mengidap kanker rektum stadium 4.
Kasus kekerasan terhadap Tiara ini hangat dibicarakan di Twitter akibat gerakan penggalangan dana yang dilakukan untuknya. Tiara masih menjalani pengobatan di RSUP Dr. M. Djamil, Padang dan membutuhkan dana Rp500 juta untuk pengobatannya. Lantas, benarkah kekerasan seksual yang ia alami tersebut jadi penyebab kanker rektum?
Baca juga: Ikuti Tips Ini untuk Mencegah Kanker Kolorektal
Kekerasan Seksual Picu Kanker Rektum?
Kanker rektum, disebut juga kanker kolorektal adalah jenis kanker yang bisa tumbuh pada usus besar, atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus. Penyakit ini umum terjadi dan merupakan kanker yang menempati urutan ketiga sebagai kanker yang paling banyak terjadi, baik oleh pria maupun wanita.
Pada kasus Tiara, setelah terjadi pelecehan seksual, ia kerap mengeluhkan rasa sakit pada organ intim dan perut bagian bawah. Pada Maret lalu, ia mengalami pendarahan, yang mana orangtuanya mengira Tiara hanya datang bulan. Setelah dibawa ke bidan terdekat, Tiara akhirnya buka suara bahwa ia pernah mendapatkan kekerasan seksual pada pertengahan tahun lalu. Karena tidak ingin terjadi apa-apa, orangtua Tiara membawa putri kesayangan mereka ke RS Djamil, Padang untuk melakukan pengobatan.
Menurut kabar, ketika diperiksa di rumah sakit, ditemukan bahwa anusnya sudah membengkak dan masih terdapat sisa sperma yang tertinggal di usus Tiara. Tiara juga baru berani buka suara karena sebelumnya ia diancam oleh pelakunya. Memang belum ada keterangan pasti penyebab kanker rektum terjadi karena kekerasan seksual. Namun, kanker rektum dapat terjadi akibat kekerasan seksual melalui anus.
Baca juga: Lansia Lebih Rawan Kena Kanker Usus
Waspada Gejala Kanker Rektum Berikut
Penting untuk segera melakukan pemeriksaan ke rumah sakit lewat aplikasi Halodoc jika terdapat gejala aneh yang terjadi. Penanganan yang tepat mencegah kanker berkembang semakin parah. Nah, berikut ini gejala yang muncul saat mengidap kanker rektum, yaitu:
-
Pendarahan pada anus;
-
Feses atau tinja bercampur darah;
-
Perubahan kebiasaan buang air besar;
-
Diare;
-
Lebih sering membuang gas atau kentut;
-
Anemia;
-
Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan;
-
Rasa tidak nyaman pada perut;
-
Jantung berdetak lebih cepat;
-
Napas lebih pendek;
-
Pusing;
-
Kehilangan nafsu makan;
-
Nyeri pada panggul;
-
Merasa buang air besar tidak pernah tuntas;
-
Berat badan menurun, padahal tidak sedang diet.
Baca juga: 6 Trauma Akibat Kekerasan Seksual
Begini Langkah Pengobatan untuk Atasi Kanker Rektum
Setelah kanker terdeteksi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pilihan pengobatan. Umumnya dokter memberikan beberapa pilihan atau mengombinasikan pengobatan untuk mengatasinya. Pengobatan yang bisa dilakukan, antara lain:
- Operasi. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan tumor atau seluruh bagian rektum. Umumnya, dokter bedah juga akan mengangkat lemak dan kelenjar limfa di sekitar rektum untuk mencegah sel kanker berkembang lagi. Terdapat 4 jenis operasi untuk menangani kanker rektum, antara lain:
- Eksisi transanal;
- Operasi mesorektal;
- Reseksi anterior rendah;
- Reseksi abdominoperineal.
- Kemoterapi. Pengobatan kemoterapi dilakukan dengan menyuntikkan atau meminumkan obat untuk membunuh sel-sel kanker yang berkembang di sekitar rektum, atau bagian tubuh lain yang sudah tersebar.
- Terapi Radiasi. Terapi radiasi atau radioterapi dilakukan dengan menggunakan cahaya berkekuatan tinggi, seperti X-ray, untuk membunuh sel-sel kanker.
Nyatanya, tanda-tanda dan gejala kanker rektum umumnya tidak diketahui oleh pengidapnya hingga akhirnya terdeteksi saat pemeriksaan. Untuk itu, ada baiknya melakukan skrining kesehatan untuk mengetahui jika terdapat gangguan kesehatan, termasuk munculnya sel kanker.