Kejang Demam pada Anak, Apakah Berbahaya?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   25 Oktober 2019
Kejang Demam pada Anak, Apakah Berbahaya?Kejang Demam pada Anak, Apakah Berbahaya?

Halodoc, Jakarta - Kejang demam yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh lonjakan suhu tubuh dan sering kali akibat infeksi. Anak-anak dapat mengalami kejang demam dengan perkembangan normal tanpa riwayat gejala neurologis. Untungnya, kejang demam ini tidak berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan masalah kesehatan yang serius. 

Kamu dapat mengamankan anak yang sedang kejang demam dengan memeluknya. Umumnya, anak yang mengalami kejang demam bergetar di seluruh tubuh dan kehilangan kesadaran. Tubuh anak mungkin menjadi sangat kaku atau kedutan pada di satu area tubuh.

Gejala Kejang Demam Pada Anak 

Seorang anak yang mengalami kejang demam biasanya mengalami:

  • Demam lebih tinggi dari 100,4 F (38,0 C).

  • Kehilangan kesadaran.

  • Bergetar lengan dan kakinya.

  • Eye-rolling.

  • Tidak responsif.

  • Mengerang.

  • Kehilangan kontrol usus atau kandung kemih.

  • Lidah dan mulut berdarah karena digigit oleh anak.

Kejang demam diklasifikasikan sebagai sederhana atau kompleks jika:

  • Kejang demam kompleks: jenis ini berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam atau terbatas pada satu sisi tubuh anak kamu. 

  • Kejang demam kompleks: jenis ini berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam atau terbatas pada satu sisi tubuh anak. 

Baca juga: Jangan Abaikan Demam pada Anak Jika Diikuti Gejala Ini

Kejang demam paling sering terjadi dalam waktu 24 jam sejak munculnya demam dan dapat menjadi tanda pertama bahwa seorang anak sakit. Jika ibu khawatir kejang demam pada anak, segera komunikasikan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. 

Kejang Demam pada Anak Tidak Berbahaya

Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kerusakan otak atau memengaruhi kemampuan anak untuk belajar, cacar intelektual, atau mengalami gangguan mendasar yang lebih serius. Kejang demam adalah kejang yang diprovokasi, berbeda dengan epilepsi, yaitu ketika anak akan mengalami dua atau lebih kejang tanpa demam. 

Kejang demam hanya sedikit meningkatkan kemungkinan anak mengalami epilepsi. Ibu juga perlu memiliki pengetahuan mengenai kejang demam yang normal terjadi, karena kejang demam seharusnya tidak menimbulkan konsekuensi jangka panjang. 

Jika kejang demam terjadi pada anak, segera lakukan tindakan mencegah cedera. Tempatkan Si Kecil di lantai atau tempat tidur jauh dari benda keras atau tajam. Kemudian putar kepalanya ke samping, sehingga air liur atau muntah dapat mengalir dari mulutnya. Jangan memasukkan apapun ke dalam mulutnya, dia tidak akan menelan lidahnya. 

Baca juga: Ibu Lakukan Ini Jika Anak Kejang Karena Demam

Penting untuk menentukan dan mengobati penyebab demam dibandingkan kejang. Ketukan tulang belakang mungkin dilakukan untuk memastikan anak tidak memiliki infeksi serius seperti meningitis, terutama jika anak lebih muda dari 1 tahun. 

Secara umum, dokter tidak merekomendasikan pengobatan kejang demam sederhana dengan obat-obatan pencegahan. Namun, ini harus dibicarakan dengan dokter anak. Pada kasus kejang yang berkepanjangan atau berulang, rekomendasi mungkin akan berbeda. Obat-obatan seperti acetaminophen dan ibuprofen dapat membantu menurunkan demam, tetapi mereka tidak mencegah kejang demam. 

Penyebab Kejang Demam

Kapan pun Si Kecil memiliki suhu tinggi saat berusia di bawah 6 tahun, kejang demam mungkin akan terjadi. Ini adalah alasan paling umum yang menyebabkan kejang demam:

Baca juga: Waspadai Kejang Demam pada Anak

  • Infeksi. Jika anak mengalami infeksi bakteri atau virus, ia mungkin mengalami suhu tinggi. Roseola juga dikenal sebagai penyakit yang menyebabkan kejang demam karena demam cepat meningkat. 

  • Vaksinasi. Demam dapat terjadi setelah vaksin, terutama vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR). Anak kamu mungkin mendapatkan suhu tinggi mulai 8 hingga 14 hari setelah vaksin. 

Referensi:

WebMD. Diakses pada 2019. What Are Febrile Seizure?