Japanese Encephalitis, Gigitan Nyamuk yang Sebabkan Radang Otak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   28 Mei 2018
Japanese Encephalitis, Gigitan Nyamuk yang Sebabkan Radang Otak Japanese Encephalitis, Gigitan Nyamuk yang Sebabkan Radang Otak

Halodoc, Jakarta – Japanese Encephalitis (JE) bisa dibilang masih jarang didengar. Namun, tahukah kamu kalau jenis penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat? JE merupakan jenis penyakit radang otak yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Dan meski menyandang nama “Japanese”, penyakit ini enggak hanya terjadi di Jepang saja.

Penyakit juga sudah mulai merambah di beberapa wilayah lain, termasuk Indonesia. Pada 2016 saja, setidaknya terdapat 326 kasus Acute Encephalitis Syndrome (AES) di 11 provinsi di Indonesia. AES sendiri merupakan kondisi yang memengaruhi otak yang disebabkan oleh berbagai macam virus, bakeri, jamur, parasit dan bahan kimia serta racun. Nah, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, 43 atau sekitar 13 persen diantaranya positif JE.

(Baca juga: Kekeliruan yang Sering Terjadi Saat Menggunakan Tabir Surya)

Berdasarkan data yang dilansir laman Central for Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya ada 20 negara yang berisiko untuk mengembangkan JE. Misalnya, India, Bangladesh, Jepang, Thailand, Singapore, Korea Selatan, Korea Utara, Vietnam, Laos, Malaysia, Burma, hingga Sri Langka. Jadi, kamu perlu berhati-hati  bila ingin berwisata ke negara-negara di wilayah Asia ini, ya.

(Baca juga: 6 Penyebab Orang Disukai Nyamuk)

Kenali Gejala dan Risikonya

Masih melansir laman CDC, gejala JE biasanya memakan waktu 5-15 hari untuk berkembang dalam tubuh seseorang. Nah, gejala pertama yang akan muncul meliputi demam, sakit kepala, muntah, kebingungan, dan kesulitan untuk bergerak.

Dalam kasus terparah, JE bisa saja berkembang menjadi pembengkakan di sekitar otak dan menyebabkan koma. Bahkan pada kasus yang fatal, JE juga bisa menyebabkan kematian. Lalu, siapa saja sih yang berisiko terserang penyakit mematikan ini?

Kata ahli, wisatawan yang melancong ke daerah Asia, khususnya daerah yang masuk ke dalam rawan JE, berisiko terserang penyakit ini. Namun, risiko ini amat bergantung dengan tempat, lama wisata, dan kegiatan yang direncanakan. Misalnya, kamu akan jauh berisiko terserang JE bila bepergian ke daerah pedesaan dalam jangka waktu yang lama.

(Baca juga: Bikin Ganggu, Ini Daftar Penyakit Akibat Nyamuk)

Bentengi Pertahanan Tubuh

Jadi, kalau kamu berniat untuk liburan ke negara-negara Asia yang berisiko tinggi terkena JE, sebaiknya kamu melakukan hal-hal untuk meminimalkan risiko terjangkit penyakit ini. Lakukan vaksin JE yang bisa kamu dapatkan di fasilitas kesehatan. Nah, agar kamu mendapatkan penanganan yang tepat, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter mengenai penyakit ini.

Tanyakan apakah kamu memerlukan vaksin JE, berdasarkan lamanya perjalanan dan negara yang akan dituju. Bila kamu menginginkan vaksin ini, sebaiknya temui dokter setidaknya enam minggu sebelum melakukan perjalanan. Vaksin JE sendiri diberikan dalam dua dosis yang berjarak lebih dari satu bulan. Kamu akan mendapatkan dosis terakhir seenggaknya 10 hari sebelum jadwal keberangkatan.

(Baca juga: Cara Peneluranan Malaria dan Pencegahannya yang Perlu Diwaspadai)

Tips Mencegah Gigitan Nyamuk

Selain lewat vaksin, menghindari gigitan nyamuk juga bisa menjadi cara untuk meminimalkan risiko terserang penyakit mematikan ini. Nah, berikut tips yang bisa kamu lakukan menurut ahli dari Central for Disease Control and Prevention.

  • Tutupi kulit yang terbuka dengan kemeja lengan panjang, celana panjang, dan topi.
  • Gunakan lotion anti nyamuk sesuai petunjuk. Lihat informasi produk untuk mengetahui berapa lama perlindungan akan bertahan.
  • Bila menggunakan tabir surya, aplikasikan tabir surya terlebih dahulu sebelum menggunakan lotion anti nyamuk atau serangga.
  • Ikuti petunjuk pada kemasaan saat mengolesinya pada kulit anak-anak.
  • Gunakan permethrin pada sepatu, kaus kaki, tenda, baju, celana, atau perlengkapan lainnya. permethrin merupakan produk berbentuk spray untuk membunuh atau mengusir serangga dengan cara menyemprotkannya pada perlengkapan yang kamu kenakan.
  • Tidurlah di ruangan yang bebas dari nyamuk atau ber-AC.

(Baca juga: 4 Cara Agar Si Kecil Terlindung dari Nyamuk)

Mintalah Bantuan Medis

Apabila sudah terlanjur digigit nyamuk, cobalah untuk tidak menggaruknya. Kamu bisa mengoleskan kulit dengan krim hydrocortisone atau lotion calamine untuk mengurangi rasa gatal.

Namun, jangan berdiam diri jika kamu merasa sakit atau terjangkit JE. Berikut langkah-langkah yang seharusnya kamu lakukan:

  • Bicaralah dengan dokter atau  ahli medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat jika kamu benar-benar merasa sakit, apalagi bila disertai demam.
  • Bila ingin mengonsumsi obat, minumlah obat dengan kandungan acetaminophen. Hindari untuk mengonsumsi penghilang rasa sakit atau obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen, sebab bisa meningatkan risiko perdarahan.
  • Perbanyak istriahat dan minum.

(Baca juga: 3 Fase Demam Berdarah yang Wajib Kamu Ketahui)

Belum Ada Obat Khusus

Sebaiknya, kamu jangan pernah meremehkan penyakit yang satu ini. Menurut keterangan ahli, angka kematian akibat gigitan nyamuk ini berkisar antara 5-30 persen. Namun, angka kematian ini akan lebih tinggi bila dialami oleh anak-anak, terutama mereka yang berusia kurang dari 10 tahun. Andaikan bisa bertahan dari JE, pengidapnya akan mengalami gejala seperti gangguan sistem motorik, gangguan perilaku (agresif, depresi, gangguan perhatian), gangguan intelektual (retardasi), dan gangguan fungsi neurologi (gangguan ingatan, memori, epilepsi, kebutaan).

Nah, menurut rilis dari Kementerian Kesehatan RI dalam Sehat Negeriku – Mengenal Penyakit Radang Otak Japanese Encephalitis (1/3/2018), hingga saat ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan JE. Namun, setidaknya ada obat yang dapat mengurangi gejala untuk mencegah efek penyakit ini semakin parah. Oleh sebab itu, pencegahan seperti pemberian vaksin dan menghindari gigitan nyamuk amat penting untuk dilakukan.

Mau tahu lebih jauh mengenai penyakit Japanese Encephalitis? Kamu bisa mendiskusikan masalah tersebut dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!