Jangan Salah, Ini Perbedaan Rubella dan Campak
Halodoc, Jakarta - Tidak hanya cacar air, campak menjadi penyakit kulit lain yang cukup ditakuti oleh orang tua, karena penularannya yang begitu cepat dan sering terjadi pada anak-anak dengan gejala awal munculnya ruam kemerahan pada permukaan kulit. Namun, ternyata, rubella atau dikenal dengan campak Jerman juga mengindikasikan gejala yang sama. Padahal, dua penyakit ini jelas berbeda. Lalu, apa sebenarnya perbedaan campak dan rubella?
Campak atau rubeola adalah infeksi yang terjadi karena virus yang bertumbuh di sel yang berada di tenggorokan dan paru-paru. Penyakit ini mudah menular melalui udara setiap kali orang yang terinfeksi bersin atau terbatuk. Penyakit ini lebih sering menyerang anak, meskipun bisa terjadi pada orang dewasa, terlebih jika belum pernah mengalaminya ketika masih anak-anak.
Sementara itu, campak Jerman juga terjadi karena virus rubella. Tidak berbeda dengan campak, gangguan kesehatan ini juga sangat menular, dengan udara sebagai media penularannya.
Gejala Campak dan Rubella
Campak menunjukkan gejala mulai 7 hingga 14 hari setelah tubuh terinfeksi. Gejala paling awal yang pengidap rasakan adalah pilek atau flu yang diikuti dengan demam, batuk, dan sakit pada tenggorokan. Tak jarang pula mata menjadi merah dan mudah berair. Tiga hingga lima hari selanjutnya, muncul ruam berwarna merah yang menyebar dari kepala hingga kaki.
Sementara itu, tanda dan gejala rubella sering begitu ringan, sehingga sulit untuk diperhatikan, terutama pada anak-anak. Jika pun terjadi, kemunculannya biasanya antara dua hingga tiga minggu setelah tubuh terinfeksi dan berlangsung antara satu hingga lima hari. Gejalanya seperti sakit kepala, demam, hidung tersumbat, dan munculnya ruam halus yang dimulai di wajah.
Komplikasi Keduanya
Perbedaan campak dan rubella bisa terlihat dari komplikasi yang mungkin terjadi pada keduanya. Center for Disease Control and Prevention menyebutkan sekitar 30 persen orang yang terinfeksi campak mengalami komplikasi lanjutan seperti pneumonia, infeksi telinga, diare, dan ensefalitis. Di antara semuanya, pneumonia dan ensefalitis menjadi dua penyakit komplikasi berat yang memerlukan rawat inap.
Sementara itu, rubella adalah jenis infeksi ringan yang membuat tubuh menjadi kebal setelah mengalaminya. Beberapa wanita mengalami radang sendi pada pergelangan tangan jari, dan lutut yang bisa terjadi hingga kurun waktu 30 hari. Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi seperti peradangan otak dan infeksi pada telinga, meski jarang terjadi.
Namun, rubella yang menyerang ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya sindrom rubella kongenital. Setidaknya, 80 persen bayi baru lahir mengidap sindrom ini karena ibu hamil mengalami rubella.
Pengobatannya
Tidak ada perawatan terbaik untuk mengobati campak. Pencegahan bisa dilakukan dengan imunisasi campak, gondong, dan rubella atau MMR dalam tiga hari pertama setelah virus menginfeksi tubuh. Dokter menyarankan untuk beristirahat hingga kondisi tubuh kembali pulih. Banyak minum dan konsumsi asetaminofen untuk mengatasi demam. Hindari pemberian aspirin pada anak, karena bisa mengarah pada terjadinya Sindrom Reye.
Vaksin juga menjadi alternatif pencegahan terbaik untuk rubella. Jika berencana memiliki anak, sebaiknya pastikan ibu sudah divaksin, karena infeksi virus pada trimester pertama bisa menyebabkan cacat lahir serius, seperti tuli kongenital.
Itu tadi perbedaan campak dan rubella yang perlu kamu ketahui. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, pakai saja aplikasi Halodoc, karena fitur Tanya Dokter akan memudahkan kamu untuk langsung berinteraksi dengan dokter. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Baca juga:
- 5 Hal yang Harus Dihindari Saat Kena Campak
- Bintik Merah pada Kulit, Hati-Hati Campak
- Bedanya Campak Biasa dan Campak Jerman
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan