Jangan Anggap Remeh, Ketahui Penyebab Fibrosis Paru
Halodoc, Jakarta – Fibrosis paru ditandai dengan munculnya jaringan parut yang memicu kerusakan dan terganggunya fungsi paru. Kerusakan ini menyebabkan jaringan di sekitar kantung udara paru menebal dan kaku sehingga oksigen sulit masuk ke dalam darah. Akibatnya, pengidap fibrosis paru rentan mengalami sesak napas.
Baca Juga: Kenalan dengan Fibrosis Paru yang Juga Mematikan
Gejala fibrosis paru berkembang secara bertahap, biasanya berlangsung selama lebih dari enam bulan. Selain sesak napas, gejalanya berupa kelelahan, batuk kering, penurunan berat badan, ujung jari tangan dan kaki melebar (clubbing fingers), serta nyeri otot dan sendi. Segera temui dokter jika sesak napas dan batuk berlangsung lebih dari tiga minggu.
Mengapa Fibrosis Paru Terjadi?
Penyebab fibrosis paru belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor ini menjadi pemicunya:
-
Faktor usia dan jenis kelamin. Fibrosis paru banyak terjadi pada pria dibandingkan perempuan.
-
Faktor genetik, yakni riwayat keluarga dengan fibrosis paru meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang sama.
-
Kebiasaan merokok. Pasalnya, asap rokok berpotensi merusak organ paru dan memicu terbentuknya jaringan parut pada paru.
-
Efek samping konsumsi obat yang merusak jaringan paru. Beberapa di antaranya adalah obat kemoterapi, penyakit jantung, antiinflamasi, dan antibiotik.
-
Pengobatan dengan terapi radiasi. Pada kasus yang jarang terjadi, terapi radiasi berpotensi merusak paru jika dilakukan dalam jumlah banyak dan waktu yang lama. Tanda kerusakan paru bisa terlihat beberapa bulan sejak paparan radiasi pertama.
-
Faktor lingkungan, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan. Misalnya paparan zat beracun atau sumber polusi dalam jangka panjang seperti serbuk batu bara, asbes, silika, logam keras, butiran debu, dan kotoran hewan.
-
Mengidap kondisi medis tertentu. Misalnya pneumonia, rheumatoid arthritis, sarkoidosis, dermatomyositis, dan berbagai penyakit jaringan ikat.
Bagaimana Fibrosis Paru Didiagnosis dan Diobati?
Fibrosis paru didiagnosa melalui pemeriksaan fisik, yaitu dengan cara mendengarkan napas pengidap untuk menguji kemampuan paru. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah, tes fungsi paru, tes pencitraan, serta tes jaringan atau biopsi. Pengobatan fibrosis paru disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Pengobatan yang diberikan tidak dapat menyembuhkan fibrosis paru secara total, namun hanya untuk memperlambat dan memperbaiki gejala. Tujuannya untuk memperlambat perkembangan fibrosis paru dan gangguan saluran cerna yang mungkin terjadi. Perlu diketahui konsumsi obat berpotensi timbulkan efek samping berupa ruam, mual, dan diare. Pengobatan lainnya berupa rehabilitasi paru, terapi oksigen, hingga transplantasi paru.
Selain pengobatan yang bersifat medis, pengidap bisa melakukan perawatan mandiri. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah mengikuti rencana perawatan yang sedang dijalani, konsumsi makanan bergizi seimbang, berhenti merokok, rutin berolahraga, dan tidur cukup. Vaksin pneumonia dan flu bisa didapatkan untuk mencegah infeksi saluran napas yang bisa memperburuk kondisi fibrosis paru.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kapasitas Paru-Paru
Jika dibiarkan tanpa penanganan, fibrosis paru berpotensi timbulkan komplikasi berupa gagal napas, tekanan darah tinggi dalam paru-paru (hipertensi pulmonal), gagal jantung sisi kanan, hingga kanker paru. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar fibrosis paru, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc.
Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk bertanya pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan