Inilah Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Pes
Halodoc, Jakarta - Pernah dengar kasus Black Death yang menyebabkan kematian 75 hingga 200 juta orang di abad ke-13? Penyakit ini merupakan pandemi yang juga dikenal sebagai penyakit pes atau pasteurella pestis/plague. Untungnya, kasus pes sudah menurun hingga 5.000 per tahunnya di seluruh dunia, berkat antibiotik modern dan penanganan yang tepat dan cepat. Lalu, apa sih penyebab dari penyakit ini?
Gigitan Kutu, Biang Keladinya
Bakteri penyebab pes memang terdapat pada hewan, tapi penyakit plague ini bisa menular ke manusia. Bakterinya bernama Yersinia pestis yang banyak terdapat dalam hewan pengerat. Misalnya, tikus, tupai, marmut, ataupun bajing. Bakteri ini bisa memasuki tubuh manusia ketika seseorang mengalami kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi.
Kontak ini bisa berupa kontak langsung dari hewan yang sudah terinfeksi melalui kulit manusia yang mengalami luka atau kontak tak langsung melalui gigitan dari hewan tersebut.
Menurut ahli, selain hewan pengerat di atas, hewan lainnya, seperti kucing, kelinci, domba, dan rusa juga bisa berperan sebagai perantara. Namun, perantara wabah yang paling sering jadi biang keladinya adalah kutu yang biasanya ada pada tikus.
Nah, bakteri ini sendiri bisa tumbuh dan berkembangan di kerongkongan kutu. Bakteri akan keluar dari kerongkongan kutu dan masuk ke kulit, ketika kutu tersebut menggigit hewan atau manusia dan mengisap darah dari tubuh inang.
Tahap berikutnya bakteri ini akan menyerang kelenjar getah bening hingga menyebabkan peradangan. Dari sini, penyakit plague bisa menyebar ke berbagai organ tubuh lain.
Gejalanya Berbeda-beda
Gejala penyakit pes bisa berbeda-beda dan muncul pada waktu yang berbeda sejak infeksi terjadi. Umumnya, gejala penyakit ini mirip dengan dengan flu, seperti demam yang terjadi dua hingga enam hari setelah infeksi terjadi. Namun, kata ahli gejala pes juga bisa bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi. Nah, berikut gejala berdasarkan jenisnya:
-
Bubonic plague, dapat muncul 2-5 hari setelah terkena bakteri. Biasanya gejala yang akan muncul berupa: nyeri otot, kejang, sakit kepala, merasa tidak enak badan, pembengkakan pada kelenjar getah bening yang biasanya ditemukan di paha, tapi bisa juga pada ketiak atau leher.
-
Pneumonic plague, pengidap jenis ini bisa merasakan gejalanya 2-3 hari setelah paparan. Gejalanya bisa berupa: batuk parah, demam, kesulitan bernapas dan sakit pada dada saat bernapas dalam-dalam, serta dahak yang berbusa dan berdarah.
-
Septicemic plague, ini merupakan jenis pes yang paling berbahaya. Septicemic plague bisa menyebabkan kematian sebelum gejala muncul. Nah berikut gejala-gejalanya yang bisa muncul: Sakit perut. perdarahan akibat masalah pembekuan darah, diare, mual, muntah, dan demam.
Ada Berbagai Faktor Risiko
Selain melalui gigitan kutu, penyakit pes juga bisa menyebar antarmanusia yang dapat terjadi pada pes paru-paru. Penyebarannya bisa melalui cipratan ludah saat pengidapnya batuk dan terhirup orang lain. Nah, berikut beberapa kondisi yang bisa membuat seseorang lebih rentan terserang penyakit pes.
-
Berprofesi sebagai dokter atau perawat hewan.
-
Sering melakukan kegiatan di alam terbuka.
-
Suka berpergian ke area di mana terdapat infeksi pes.
-
Tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk dan populasi hewan pengerat yang banyak.
-
Kontak langsung dengan hewan yang mati atau terinfeksi pes.
Punya keluhan kesehatan atau ingin tahu lebih jauh mengenai penyakit pes? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Baca juga: