Ini Risiko Salah Mengejan saat Melahirkan
Halodoc, Jakarta - Persalinan normal sampai sekarang masih menjadi pilihan sebagian besar wanita untuk melahirkan. Namun, seorang ibu yang ingin menjalani persalinan normal perlu mengetahui cara mengejan yang benar agar tidak membahayakan kondisi ibu dan bayi. Itu sebabnya, penting bagi ibu untuk belajar teknik pernapasan dan banyak mencari tahu perihal proses persalinan.
Selama proses persalinan, tak sedikit ibu yang mengikuti isyarat tubuh dan mengejan secara spontan karena tidak sabar ingin mengeluarkan sang bayi. Perlu ibu pahami bahwa salah mengejan dan tidak mengikuti perintah dokter atau bidan dapat menempatkan ibu pada risiko kesehatan seperti berikut ini.
Baca juga: Ini 20 Istilah Persalinan yang Perlu Diketahui Ibu
Risiko Salah Mengejan Saat Melahirkan
Persalinan normal dibagi menjadi empat fase, yaitu fase proses pembukaan mulut serviks, fase mengeluarkan bayi dengan, fase melahirkan plasenta, dan fase terakhir adalah pemantauan keadaan ibu setelah melahirkan. Nah, fase kedua adalah tahapan yang mengharuskan ibu mengejan untuk mengeluarkan bayi yang ada dalam rahim.
Selama fase kedua ibu diharuskan untuk mematuhi arahan bidan atau dokter untuk mengejan agar risiko masalah kesehatan pada ibu dan bayi bisa diminimalisir. Apabila ibu melakukan teknik mengejan yang salah, maka ibu mungkin berisiko mengalami masalah berikut :
- Pembengkakan Vulva Vagina
Pembengkakan vulva vagina sebenarnya normal terjadi selama masa kehamilan. Pembengkakan ini disebabkan oleh meningkatnya hormon progesteron atau bertambahnya volume darah serta berat badan selama kehamilan. Namun, pembengkakan pada vulva vagina juga bisa disebabkan oleh varises vagina akibat salah mengejan saat persalinan. Varises vagina juga dapat menutupi jalan lahir, sehingga berisiko membuat bayi terjepit.
- Perineum Robek
Perineum adalah area kulit yang berada di antara vagina dan anus. Area ini sering digunting secara sengaja untuk membantu melebarkan jalan lahir. Namun, pengguntingan perineum saat ini sudah jarang dilakukan kecuali ada indikasi tertentu.
Perineum pada dasarnya kulit yang elastis dan tidak mudah robek. Tetapi, perineum dapat mengalami robekan apabila ibu melakukan teknik mengejan yang salah. Ada 4 tingkat keparahan robekan daerah perineum ini, yaitu:
- Derajat 1. Di sekitar kulit perineum atau mukosa vagina mengalami robekan ringan.
- Derajat 2. Robekan melibatkan otot sekitar perineum.
- Derajat 3. Robekan sampai melibatkan otot sfingter ani. Tingkat keparahan ini kemudian dibagi kembali menjadi 3 kategori. Pada kategori 3A, otot sfingter ani eksternal robek kurang dari 50 persen. Sedangkan masuk kategori 3B bila otot sfingter ani eksternal robek lebih dari 50 persen. Kategori 3C ditandai dengan robeknya seluruh otot sfingter ani, baik internal dan eksternal.
- Derajat 4. Robekan meluas hingga ke daerah rektum, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
Baca juga: Lakukan Persalinan Normal, Siapkan 8 Hal Ini
Ibu yang mengalami robekan antara derajat 1-2 biasanya mudah ditangani dengan melakukan tindakan penjahitan dan bius lokal. Jika sudah mencapai derajat 3-4, ibu membutuhkan pertolongan yang lebih intensif untuk mencegah perdarahan hebat. Perdarahan adalah komplikasi persalinan yang bisa mengancam nyawa ibu.
- Perdarahan Subkonjungtiva
Mata terdiri dari banyaknya pembuluh darah yang tipis dan mudah sekali pecah apabila terjadi tekanan maupun trauma. Saat mengejan, ibu seringkali refleks untuk menutup mata. Nah, tindakan menutup mata ini bisa meningkatkan tekanan pada mata, sehingga pembuluh berisiko pecah tiba-tiba. Dalam dunia medis, pecahnya pembuluh darah pada mata disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.
Pecahnya pembuluh darah mungkin tidak terasa sakit dan tidak mengganggu penglihatan. Namun, kondisi ini cukup membuat mata ibu terasa tidak nyaman. Perdarahan subkonjungtiva umumnya ditandai dengan merah dibagian putih mata akibat ada darah yang menggumpal. Berita baiknya, perdarahan subkonjungtiva umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 5-10 hari.
- Inkontinensia Urine dan Disfungsi Seksual
Melansir dari laman Parents, teknik mengejan yang salah dapat meningkatkan laserasi dan episiotomi vagina, serta kelemahan dasar panggul, yang menyebabkan inkontinensia urine dan disfungsi seksual. Inkontinensia urine terjadi ketika seseorang tidak bisa mengontrol keinginan untuk buang air kecil, sehingga urine dapat keluar sewaktu–waktu. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh robeknya perineum. Semakin besar robekan perineum, semakin besar pula risiko ibu mengalami inkontinensia urine.
Baca juga: Ini 3 Fakta Doula sebagai Pendamping Persalinan
Kalau ibu tidak ingin mengalami kondisi-kondisi di atas, cegah dengan belajar untuk melakukan teknik mengejan yang benar. Selain itu, ibu juga wajib mengikuti arahan dokter atau bidan selama persalinan. Ibu juga bisa bertanya seputar persalinan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi, ibu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.