Ini Perbedaan Plasenta Akreta dan Plasenta Previa
Halodoc, Jakarta - Plasenta akreta dan plasenta previa adalah dua kelainan yang sering terjadi pada ibu hamil. Tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai kelainan kehamilan yang sama, padahal ternyata keduanya adalah kelainan yang berbeda. Simak ulasan berikut tentang perbedaan dari plasenta akreta dan plasenta previa.
Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah kondisi ketika ari-ari atau pembuluh darah pada plasenta bertumbuh pada dinding rahim terlalu dalam. Normalnya, plasenta ikut terlepas dari dinding rahim usai ibu melahirkan. Namun, ketika ibu mengidap plasenta akreta, plasenta tetap menempel pada dinding rahim setelah ibu melahirkan, baik sebagian atau seluruhnya. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan ibu mengalami perdarahan hebat setelah melahirkan.
Belum diketahui dengan pasti yang menyebabkan ibu mengalami kelainan plasenta akreta. Namun, beberapa ahli mengaitkan adanya bekas operasi caesar pada persalinan sebelumnya sebagai salah satu penyebab terjadinya kelainan ini. Pada beberapa kasus, ditemukan kondisi ketika ibu hamil yang mengidap plasenta akreta mengalami perdarahan hebat pada trimester ketiga.
Parahnya kelainan plasenta akreta dilihat dari seberapa dalam plasenta menempel pada dinding rahim. Kasus paling umum adalah menempelnya plasenta terlalu dalam pada bagian dinding rahim. Ada pula plasenta inkreta, yaitu ketika plasenta menempel semakin dalam pada rahim, bahkan hingga mencapai otot rahim. Bahkan, plasenta bisa menembus dinding rahim dan menempel pada organ lain, seperti misalnya kandung kemih meski hal ini jarang ditemui. Kondisi terakhir ini disebut dengan plasenta perkreta.
Plasenta Previa
Berbeda dengan plasenta akreta, plasenta previa adalah kondisi ketika letak plasenta rendah, sehingga menutupi bagian mulut rahim. Ketika ibu sedang hamil, terbentuk plasenta yang menempel pada bagian dinding rahim dan terhubung langsung janin melalui tali pusar sebagai jalur untuk menyalurkan oksigen dan zat nutrisi untuk menunjang perkembangan janin, juga sebagai saluran pembuangan zat sisa.
Pada kehamilan normal, plasenta mengalami perkembangan dan pelebaran dengan arah menjauhi serviks atau leher rahim. Namun, jika plasenta tidak berpindah atau tetap berada di dekat mulut rahim, maka jalur lahir janin terhalangi. Ini yang dinamakan dengan plasenta previa. Meski begitu, kondisi ini jarang terjadi pada ibu hamil.
Tanda plasenta previa yang sering muncul adalah perdarahan, tetapi tidak diikuti dengan rasa nyeri atau sakit yang terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Volume perdarahannya beragam dan berhenti dengan sendirinya, tetapi akan kembali terjadi selang beberapa hari kemudian. Meski begitu, tidak semua ibu hamil mengalami perdarahan walau didiagnosis mengidap plasenta previa.
Adapun tindakan pencegahan yang bisa dilakukan terhadap plasenta previa adalah mengurangi aktivitas berat yang dapat memicu kelelahan pada tubuh. Jika ibu mengalami perdarahan mulai trimester kedua hingga ketiga, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Nah, itu tadi perbedaan antara plasenta akreta dan plasenta previa. Meski sama-sama terjadi pada plasenta, keduanya ternyata berbeda. Sebaiknya, ibu rutin periksakan kondisi kandungan ke dokter guna mencegah terjadinya gangguan kehamilan lainnya. Ibu bisa bertanya pada dokter jika merasakan gejala aneh. Supaya lebih mudah, pakai aplikasi Halodoc. Namun, sebelum bisa memakainya, ibu harus download aplikasi Halodoc terlebih dahulu.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan