Ini Penjelasan Medis tentang Jatuh Cinta
Halodoc, Jakarta – Jatuh cinta adalah salah satu perasaan yang dapat membuat seseorang yang merasakannya gembira. Meskipun kondisi jatuh cinta dikatakan sebagai salah satu perasaan yang cukup misterius, nyatanya alasan seseorang jatuh cinta dapat diartikan dalam kondisi medis.
Baca juga: Perbedaan Pola Jatuh Cinta Pria Vs Wanita
Saat seseorang mengalami jatuh cinta, kondisi tubuhnya dibanjiri dengan beberapa hormon yang menghasilkan perasaan yang senang, obsesi dan juga kedekatan. Jatuh cinta memang berawal dari mata, namun, dari mata perasaan cinta diproses melalui pikiran dengan beberapa tahapan berikut ini:
1. Tertarik dengan Pasangan
Ketertarikan yang terjadi biasanya karena kamu melihat pasangan secara fisik, penampilan maupun suaranya. Ketertarikan yang terjadi karena peran reseptor opioid yang mengaktifkan otak dan pikiran. Bagian opioid memiliki peran untuk mengendalikan perasaan yang kamu rasakan, seperti perasaan tertarik atau tidak tertarik pada suatu hal. Aktivitas pada otak memang memiliki peran yang cukup besar pada proses jatuh cinta.
2. Kasmaran
Tahapan selanjutnya adalah tahap kasmaran. Setelah merasa tertarik dengan seseorang, biasanya kamu mengalami kondisi kasmaran. Kondisi kasmaran ditandai perubahan suasana hati yang selalu merasa gembira atau senang ketika kamu bertemu dengan pasangan. Saat mengalami kondisi kasmaran, tubuh dibanjiri oleh hormon yang membuat tubuh memiliki perasaan yang kuat. Adrenalin dan norepinefrin yang dihasilkan membuat detak jantung berdetak lebih cepat dan telapak tangan yang mengeluarkan keringat. Tidak hanya itu, hormon norepinefrin yang dihasilkan juga menyebabkan kamu sulit tertidur dan lebih perhatian pada segala sesuatu tentang pasangan. Sedangkan zat kimia dopamine yang dilepaskan oleh otak menimbulkan perasaan euphoria. Dopamine muncul sebagai respon dari rangsangan yang menyenangkan.
3. Jatuh Cinta Menjadi Candu
Pada tahap ini, jatuh cinta dapat melancarkan aliran darah menuju pusat kesenangan otak yang dikenal dengan nukleus akumben. Lonjakan aliran darah biasanya terjadi ketika kamu setiap kali melihat pasangan bertatap muka. Nukleus akumben merupakan bagian otak yang mengendalikan kenikmatan. Sehingga, setiap kali kamu bertemu dengan pasangan atau melihat pasangan dalam foto, otak mengirimkan sinyal bahwa kamu menikmati kondisi ini. Hal ini membuat jatuh cinta menjadi candu karena otak mengartikan kondisi ini sebagai hal yang memuaskan.
Baca juga: Kenapa Wanita Lebih Sering Baper saat Jatuh Cinta
4. Cinta Buta
Jatuh cinta dapat membuat perubahan pada hormon-hormon yang ada pada tubuh, salah satunya adalah berkurangnya hormon serotonin dalam tubuh khususnya pada laki-laki. Berkurangnya hormon serotonin membuat seseorang mengalami gangguan obsesif kompulsif dan membuat kamu terobsesi dengan pasangan.
5. Komitmen
Tubuh dan otak yang mulai terbiasa dengan perubahan hormon akan merasa kondisi yang lebih nyaman sehingga kamu jarang mengalami kondisi jantung yang berdetak lebih kencang dan gugup. Ini adalah tahap yang terakhir dalam jatuh cinta yaitu membentuk komitmen antara kamu dan pasangan. Pada tahap ini, tubuh memproduksi dua hormon yang dikenal sebagai hormon cinta yaitu oksitosin dan vasopresin. Meningkatkan kedua hormon ini membuat kamu merasa nyaman dan tentram berada di dekat pasangan.
Baca juga: Jatuh Cinta Bikin Berat Badan Meningkat, Masa Iya?
Itulah beberapa tahap yang terjadi pada tubuh dan juga otak ketika kamu mengalami jatuh cinta. Jangan lupa untuk selalu memupuk rasa cinta yang ada bersama pasangan agar kamu dapat menjalani hubungan yang sehat. Kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya pada psikolog mengenai masalah yang ada antara kamu dan pasangan.