Ibu Perlu Tahu, Dampak Jika Anak Mengalami Anemia Defisiensi Zat Besi
“Anemia defisiensi zat besi lebih rentan dialami oleh anak-anak ketimbang orang dewasa. Hal yang perlu diwaspadai adalah, gangguan ini bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, dan memengaruhi tubuh secara normal. Orangtua perlu mengetahui apa yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi dan seperti apa gejala agar bisa segera melakukan perawatan pada anak.”
Halodoc, Jakarta – Kamu pasti sudah sering mendengar tentang penyakit anemia atau kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh. Anemia bisa disebabkan banyak hal, salah satunya kekurangan zat besi dalam tubuh. Zat besi berperan penting dalam menghasilkan komponen sel darah merah atau hemoglobin. Ketika jumlah zat besi di dalam tubuh tidak memadai, maka otomatis pasokan hemoglobin juga berkurang.
Anemia defisiensi zat besi lebih rentan dialami oleh anak-anak ketimbang orang dewasa. Melansir dari American Family Physician, kondisi ini lazim dialami oleh pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak. Kondisi ini bisa disebabkan kurangnya asupan zat besi dari makanan yang dikonsumsi ibu pada masa kehamilan atau kurangnya zat besi yang dikonsumsi pada masa kanak-kanak.
Baca Juga: 5 Jenis Asupan Makanan untuk Pengidap Anemia
Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Anak
Masih melansir dari American Family Physician, anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi berisiko alami masalah kognitif. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan kecerdasan, dan memengaruhi fungsi tubuh secara normal.
Anemia defisiensi zat besi dapat terjadi secara bertahap. Pertama, menurunnya jumlah zat besi pada tubuh anak, maka hal ini memengaruhi fungsi otak dan fungsi otot anak yang sedang berkembang.
Menurut situs halaman Ikatan Dokter Anak Indonesia, anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi rentan mengalami masalah pada pertumbuhan serta perkembangan anak.
Kondisi ini mampu menurunkan sistem kekebalan tubuh pada tubuh anak sehingga anak rentan alami infeksi. Anemia defisiensi besi yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan dampak pada penurunan daya konsentrasi anak dan prestasi belajar anak.
Pada tahap tersebut, sel-sel darah merah tidak banyak berubah akibat tubuh menggunakan sebagian besar zat besi untuk membuat hemoglobin. Seiring berjalannya waktu, tubuh mulai membuat lebih sedikit sel darah merah, sehingga timbulah anemia.
Pada kasus yang jarang terjadi, anak dengan anemia defisiensi zat besi mengalami gangguan makan yang ditandai keinginan mengonsumsi barang, seperti serpihan cat, kapur, debu, atau kotoran.
Selain anak-anak, anemia defisiensi zat besi rentan dialami oleh remaja putri. Kondisi ini dipicu ketika remaja putri mengalami menstruasi. Lantas, bagaimana mengenali anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi? Simak ulasan berikutnya, ya.
Baca Juga: Anemia Defisiensi Zat Besi dan Folat Bisa Sebabkan Kematian?
Kelompok Anak yang Rentan Alami Anemia Defisiensi Zat Besi
Zat besi menjadi salah satu kandungan yang cukup penting bagi tubuh. Dengan terpenuhinya kebutuhan zat besi, maka tubuh mampu memproduksi sel darah merah (hemoglobin) yang sehat.
Pada kondisi defisiensi zat besi, menyebabkan tubuh kesulitan memproduksi sel darah merah (hemoglobin) yang berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Tanpa pasokan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh, menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal.
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga rentan mengalami kondisi ini. Berikut ini kelompok anak yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi:
- Anak dengan kelahiran prematur atau berat badan rendah.
- Anak yang memiliki penyakit kronis.
- Anak yang memiliki berat badan berlebih.
- Anak yang kurang mendapatkan asupan nutrisi dan gizi saat MPASI.
Umumnya, anak-anak yang mengalami anemia defisiensi besi mengalami penurunan nafsu makan, tubuh yang gampang lelah dan cenderung mudah sakit. Adapun tanda-tanda lainnya yang terlihat, yaitu:
- Kepala pusing atau berkunang-kunang.
- Denyut jantung yang cepat.
- Kulit terlihat pucat, terutama di sekitar tangan, kuku, dan kelopak mata.
- Anak menjadi lebih rewel.
Bayi yang mengalami kondisi di atas mudah diobati dengan memberikan ASI eksklusif. Bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, ibu bisa memberinya susu formula yang kaya zat besi.
Untuk anak-anak yang lebih besar, ibu perlu memberikan jenis makanan yang tinggi kandungan zat besinya. Ibu bisa bertanya pada dokter anak spesialis gizi melalui aplikasi Halodoc, tentang makanan apa saja yang mengandung zat besi yang cukup tinggi.
Apa Penyebab Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Anak?
Masalah anemia defisiensi zat besi yang dialami oleh balita sering disebabkan karena terlalu banyak minum susu sapi lebih dari 24 ons sehari atau kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah dan sayuran berdaun hijau. Masalah ini dapat terjadi pada anak yang gemar pilih-pilih makanan, sehingga ia tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup.
Baca Juga: Orang yang Berpotensi Terkena Anemia Defisiensi Zat Besi dan Folat
Penyebab lain anemia defisiensi zat besi pada anak, yaitu obesitas, alergi protein susu sapi, kesulitan dalam penyerapan nutrisi dari makanan (malabsorbsi) dan meningkatnya kebutuhan zat besi akibat dari infeksi yang berulang atau kronis. Jika ibu melihat tanda-tanda kurangnya zat besi pada Si Kecil, segera tangani karena kurangnya zat besi bisa membuat Si Kecil mudah terserang penyakit.
Referensi:
American Family Physician. Diakses pada 2019. Iron Deficiency and Other Types of Anemia in Infants and Children.
Kids Health. Diakses pada 2019. Iron-Deficiency Anemia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Iron deficiency in children: Prevention tips for parents.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses pada 2019. Anemia Kekurangan Zat Besi
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. What Causes Iron Deficiency in Your Child and How to Spot It.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan