Ini Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying
Halodoc, Jakarta – Banyak orangtua yang takut anaknya jadi korban bullying (perundungan) memang wajar. Namun, bagaimana jika Si Kecil yang menjadi pelaku bullying? Orangtua harus waspada, sebab enggak menutup kemungkinan kalau Si Kecil juga bisa terlibat dan menjadi pelaku dari hal negatif ini.
Pendek kata, bully merupakan seseorang yang gemar mengatakan atau melakukan sesuatu untuk menyakiti dan menguasi orang lain. Di negara kita saja, kasus ini sering terjadi di ranah pendidikan, mulai dari bangku sekolah dasar, bahkan hingga tingkat universitas.
Banyak Faktor Penyebab
Menurut ahli dari Proyek Teasing and Bullying, aksi perundungan biasanya dimulai pada beberapa anak sejak masa pra sekolah. Namun, hal ini akan meningkat seiring bergulirnya waktu hingga menjadi sebuah kebiasaan. Mirisnya tindakan bullying ini akan terus terjadi dalam berbagai bentuk perlakukan yang mengganggu sebelum para pelaku tertangkap.
Sementara itu, ada juga pendapat menarik dari ahli psikologi dari University of Illinois, AS, mengenai pelaku bullying. Mengutip Fox News, sang ahli menyebutkan bahwa anak yang melakukan perundungan terlihat seperti anak yang biasa saja di lingkungan sosialnya. Namun, umumnya banyak orang sering berpikir bahwa pelaku bullying, adalah orang-orang buangan sosial dengan harga diri rendah, sehingga mereka perlu mengganggu orang lain untuk merasa nyaman dengan diri mereka. Padahal, sebenarnya pelaku bullying sama sama dengan anak-anak populer pada umumnya. Mereka dikagumi oleh teman sebaya dan gurunya, terutama jika mereka menarik secara fisik. Lalu, yang menyebabkan anak jadi pelaku bullying?
Berdasarkan penelitian, anak-anak yang suka mem-bully biasanya mereka enggak merasa memiliki kemampuan atau tidak percaya diri. Contoh, bila di rumah ia bukan termasuk anak yang agresif atau bukan termasuk anak yang suka menunjukkan kekuatannya. Akibatnya, mereka akan mencari tempat lain untuk mengeluarkan kekuatannya dengan melakukan bullying di tempat lain, misalnya, di sekolah.
Enggak cuma itu, kata ahli, anak yang tidak terasah kemampuan empatinya dan sering melihat contoh kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan, juga berisiko menjadi pelaku bullying. Nah, berikut ini adalah penyebab lain anak jadi pelaku bullying seperti dikutip Bullyonline.
- Tidak ada teladan di rumah, sehingga anak tidak belajar mengenai perilaku yang benar dan salah.
- Mengalami kekerasan fisik di rumah sehingga melampiaskan kemarahan di luar rumah.
- Frustasi karena kegagalan akademis atau kegagalan di rumah. Contoh, orangtua yang bercerai.
- Mengalami kekerasan fisik di rumah sehingga melampiaskan kemarahan di luar rumah.
- Menjadi korban bullying yang berkepanjangan, sehigga berperilaku agresif untuk melindungi diri.
- Ditelantarkan di rumah, bahkan tidak diinginkan kehadirannya.
- Akibat pengaruh negatif dari lingkungan. Dengan kata lain, anak meniru apa yang ia pelajari dari sekitarnya.
Pengaruh Pola Asuh
Selain penyebab di atas, anak yang menjadi pelaku bullying biasanya memiliki proses pengasuhan yang kurang sehat dari lingkungan sekitar, orangtua, maupun dari keluarga besarnya. Selain itu, pelaku bullying biasanya memiliki tempramen yang sulit ditangani secara baik. Alhasil, semua itu akan mendorong anak untuk menjadi seorang pelaku bullying yang senang menindas orang lain yang dianggap lemah. Nah, menurut ahli, berdasarkan kajian teoritis dan asumsi ilmiah, anak-anak dengan kategori itu bisa saja dibesarkan dengan pola asuh permisif atau otoriter.
Terkait dengan fenomena bullying, sebetulnya enggak bisa ditentunkan apakah pola asuh bisa menyebabkan anak menjadi pelaku bullying. Pasalnya, tidak ada sesuatu yang pasti jika terkait dengan manusia. Dengan kata lain, pola asuh yang sama, bisa membentuk anak menjadi pribadi yang berbeda-beda.
Punya keluhan kesehatan dan ingin meminta saran dari dokter? Kamu bisa lho menggunakan aplikasi Halodoc untuk berdiskusi dengan dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.