Hemiplegia Bisa Terjadi di Usia Muda, Begini Gejalanya
Halodoc, Jakarta – Membuat pengidapnya tidak bisa menggerakkan salah satu sisi tubuhnya, hemiplegia merupakan gangguan neurologis yang tingkat keparahannya dapat bervariasi. Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada sistem kontrol otak ini dapat terjadi pada orang berusia muda, anak-anak, bahkan bayi dalam kandungan.
Berdasarkan kapan terjadinya, hemiplegia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
-
Hemiplegia kongenital. Terjadi akibat adanya cedera atau kerusakan otak saat bayi dalam kandungan, saat proses persalinan, atau setelah persalinan hingga bayi berusia 2 tahun.
-
Hemiplegia acquired. Jenis ini terjadi ketika anak sudah bertumbuh besar. Salah satu kondisi yang dapat memicu terjadinya hemiplegia jenis ini adalah stroke.
Baca juga: Ketindihan saat Tidur Bisa Jadi Gejala Hemiplegia?
Umumnya, gejala yang ditimbulkan hemiplegia adalah:
-
Kehilangan keseimbangan.
-
Kesulitan berjalan, menelan, dan berbicara.
-
Mati rasa, kesemutan, dan kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh.
-
Kesulitan menggenggam suatu benda atau objek.
-
Berkurangnya presisi pergerakan.
-
Kelelahan otot.
-
Kurangnya koordinasi.
Jika kamu atau Si Kecil menunjukkan beberapa gejala tersebut, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc, atau gunakan aplikasinya untuk membuat janji dengan dokter di rumah sakit, guna mendapatkan diagnosis pasti dan pengobatan. Jadi, jangan lupa untuk download dan install aplikasinya di ponselmu.
Berbagai Kondisi yang Dapat Sebabkan Hemiplegia
Umumnya, hemiplegia terjadi akibat perdarahan otak atau stroke hemoragik dan stroke iskemik, yaitu penyakit pembuluh darah pada cerebrum dan batang otak yang membuat asupan darah ke otak terganggu. Kondisi pada otak lainnya yang juga dapat memicu terjadinya hemiplegia adalah trauma atau cedera pada kepala.
Baca juga: Ternyata, Ini Penyebab Utama Terjadinya Hemiplegia
Hemiplegia juga dapat terjadi akibat tumor atau luka pada otak, abses otak, multiple sclerosis, meningitis, dan ensefalitis. Ketika kerusakan pada otak menyebabkan hemiplegia, sisi otak yang rusak akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berkebalikan dengan sisi otak.
Misalnya, jika kerusakan terjadi pada otak bagian kiri, tubuh bagian kanan yang akan lumpuh dan sebaliknya. Pada beberapa kasus yang cukup jarang terjadi, hemiplegia dapat disebabkan oleh penyakit menular akibat poliovirus atau poliomyelitis, gangguan sel saraf motorik pada saraf tulang belakang, batang otak, dan korteks motorik.
Meski dapat terjadi pada semua orang, dalam usia berapapun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang penyakit ini, yaitu:
-
Memiliki riwayat penyakit jantung, seperti serangan jantung, gagal jantung, atau pembengkakan jantung.
-
Pernah mengalami trauma saat melahirkan, kesulitan mengeluarkan bayi pada saat persalinan, serta terjadinya stroke perinatal pada bayi dalam 3 hari setelah lahir.
-
Mengalami masalah atau cedera pada otak, seperti stroke, cedera otak traumatis, atau tumor otak.
-
Mengidap infeksi, terutama ensefalitis dan meningitis.
-
Mengidap diabetes.
-
Mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi).
Baca juga: Masih Muda, Bisa Juga Kena Stroke
Komplikasi yang Mengintai Pengidap Hemiplegia
Karena merupakan kondisi yang berkaitan dengan cedera atau trauma pada otak, biasanya tidak hanya sistem motorik yang mengalami masalah. Umumnya, pengidap hemiplegia juga memiliki masalah medis lain yang menyertai, seperti:
-
Epilepsi. Dapat terjadi ketika fungsi dan aktivitas otak mengalami gangguan secara mendadak.
-
Perubahan tingkah laku dan emosional. Komplikasi ini paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Cedera pada otak dapat menyebabkan beberapa fungsi otak terpengaruh, sehingga tingkah laku dan emosional pengidapnya pun dapat terganggu. Beberapa gejala yang muncul adalah mudah marah, impulsif, agresif, mengalami mood swing, bahkan rentan terhadap depresi.
-
Gangguan penglihatan. Hemiplegia juga merupakan kondisi yang dapat memengaruhi penglihatan. Hal ini karena penglihatan manusia juga mengandalkan fungsi otak. Jadi, ketika terdapat gangguan pada fungsi otak, kemampuan melihat pengidapnya bisa saja terganggu. Komplikasi penglihatan yang mungkin terjadi pada pengidap hemiplegia adalah astigmatisme (mata juling), miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), serta kesulitan menggerakkan bola mata.