Hati-Hati, Sifilis Rentan Menular pada Anak-Anak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   20 Juli 2023
Hati-Hati, Sifilis Rentan Menular pada Anak-AnakHati-Hati, Sifilis Rentan Menular pada Anak-Anak

Halodoc, Jakarta – Sifilis atau yang disebut juga penyakit raja singa, adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena infeksi bakteri pada kulit, alat kelamin, mulut, dan sistem saraf. Penyakit ini sering menyerang orang dewasa, terutama yang sering ganti pasangan saat berhubungan intim atau tidak menggunakan pelindung.

Meski begitu, faktanya, penyakit menular seksual ini rentan menyerang anak, terutama bayi. Bahkan, infeksi dan penularannya bisa terjadi ketika sang buah hati masih berupa janin di dalam kandungan. Jika demikian, artinya sang ibu sudah terinfeksi dan menularkannya pada Si Kecil yang masih berada di dalam rahim.



Sifilis Kongenital yang Mengancam Bayi

Sifilis kongenital, begitulah penyakit yang rentan menular pada bayi ini disebut. Jika terjadi, gangguan kesehatan ini bisa mengancam jiwa bayi, karena berdampak pada terjadinya cacat seumur hidup.

Baca juga: Kenali 8 Gejala Sifilis pada Wanita

Bakteri jenis Treponema pallidum adalah penyebab dari terjadinya infeksi sifilis. Jika ibu yang sedang hamil mengalaminya, maka besar kemungkinan janin di kandungan juga terinfeksi. Penularannya terjadi melalui plasenta menuju ke janin.

Penyakit ini menyerang berbagai sistem organ janin yang masih berkembang di dalam rahim. Bagian organ yang bisa berdampak dari penyakit menular seksual ini adalah tulang, otak, dan sistem limfatik. Penularan bisa terjadi dengan cepat, terlebih jika ibu tidak segera mendapatkan penanganan ketika penyakit ini terdiagnosis di usia kehamilan trimester kedua.

Sifilis kongenital pada ibu hamil yang tidak segera diatasi memiliki risiko yang berbahaya, seperti bayi yang lahir prematur, memiliki berat badan rendah ketika lahir, keguguran, hingga bayi lahir mati. Hampir 40 persen bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis yang tidak diobati, lahir mati atau meninggal akibat infeksi setelah lahir.



Gejala Sifilis Kongenital pada Bayi, Balita, dan Anak-Anak

Mulanya, bayi akan lahir dalam keadaan sehat dan normal, meski sang ibu positif mengidap sifilis. Namun tak lama, gejala mulai muncul, seperti pembesaran pada liver, gangguan pada tulang, anemia, meningitis, munculnya ruam pada kulit, keluar cairan dari hidung, hingga lengan dan kaki yang tidak bisa digerakkan.

Baca juga: 4 Penyakit Menular Seksual pada Pria yang Perlu Diketahui

Sementara itu, gejala yang dapat muncul pada balita dan anak seperti gangguan pada kornea mata yang menyebabkan kebutaan, gangguan tulang, pembengkakan pada persendian, terjadinya gangguan pendengaran yang mengakibatkan ketulian, hingga gangguan yang terjadi pada kulit di sekitar genital, anus, dan mulut.



Bagaimana Penanganannya?

Penanganan sifilis pada ibu hamil hanya sebatas pada pemberian antibiotik jenis penisilin. Namun, obat ini hanya diberikan jika sifilis yang diidap ibu masih berada pada fase awal. Pasalnya, penanganan penyakit menular seksual ini pada tahap akut bisa membahayakan janin, yang bisa mengarah pada aborsi spontan.

Sementara itu, apabila bayi telah berhasil dilahirkan, pengobatan yang dilakukan juga masih dengan pemberian antibiotik, kira-kira pada usia 7 hari setelah kelahirannya. Pemberiannya didasarkan pada berat badan sang bayi dan riwayat kesehatan dan pengobatan yang dilakukan ibu.

Baca juga: Bagaimana Ciri-Ciri Sifilis pada Ibu Hamil?

Agar sifilis tidak terjadi pada ibu dan menular pada janin, ibu harus rutin memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Dengan demikian, segala kelainan yang terjadi bisa dicegah dan diatasi sedini mungkin. Ibu bisa menanyakan segala hal tentang kehamilan langsung pada dokter. Tentunya melalui aplikasi Halodoc. Caranya mudah, cukup download aplikasi Halodoc dan pilih layanan Chat with a Doctor. Ibu pun dapat langsung terhubung dan berbicara dengan dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.


Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Congenital Syphilis.