Mengenal Gejala Awal Difteri pada Anak yang Bisa Berbahaya

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Mei 2020
Mengenal Gejala Awal Difteri pada Anak yang Bisa BerbahayaMengenal Gejala Awal Difteri pada Anak yang Bisa Berbahaya

Halodoc, Jakarta – Bakteri difteri dapat masuk ke tubuh melalui hidung dan mulut. Penyakit ini dapat menyebar dengan menghirup tetesan yang mengandung bakteri difteri dari orang yang terinfeksi ketika dia batuk, bersin, atau tertawa.

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Stanford Children, gejala difteri timbul 2–5 hari setelah kontak dengan bakteri. Gejala dapat sedikit berbeda untuk setiap anak. Gejala paling umum adalah sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, demam, suara serak, pembesaran kelenjar getah bening di leher, detak jantung meningkat, pilek, dan pembengkakan atap mulut (langit-langit).

Gejala Difteri pada Anak

Gejala difteri kulit seringkali lebih ringan. Ini termasuk bintik-bintik kuning atau luka pada kulit. Gejala-gejala difteri dapat tampak seperti kondisi kesehatan lainnya. Untuk mendiagnosis sakit, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan anak. 

Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum anak. Hal itu juga akan tergantung pada seberapa parah kondisinya. Obat antibiotik digunakan untuk mengobati difteri pernapasan sedini mungkin, sebelum racun dilepaskan dalam darah. 

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Difteri Mematikan

Antitoksin dapat diberikan bersama dengan antibiotik, jika diperlukan. Bicarakan dengan dokter anak tentang risiko, manfaat, dan kemungkinan efek samping dari semua obat. Jika anak memiliki masalah pernapasan yang parah, ia mungkin memerlukan mesin pernapasan (ventilator mekanik). 

Tabung pernapasan dimasukkan di bagian depan batang tenggorokan (trakea) dalam operasi kecil. Ini disebut trakeostomi. Tabung dibiarkan di tempat selama diperlukan dan akan dilepas saat anak menjadi lebih baik.

Infeksi bakteri difteri menghasilkan racun dalam darah. Racun ini dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf. Selain itu, seorang anak dapat meninggal karena kehilangan napas (sesak napas) jika penyakit tersebut menyumbat tenggorokan.

Informasi lebih detail mengenai gejala awal difteri bisa ditanyakan langsung di aplikasi Halodoc.  Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Chat with a doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. 

Pencegahan Difteri

Di tahun pertama kehidupan anak, anak-anak biasanya diberi vaksin tripel (DTaP) yang mencakup difteri. Vaksin kombinasi ini juga melindungi terhadap tetanus dan pertusis. Oleh karena difteri masih umum terjadi di negara-negara dunia ketiga, vaksin masih diperlukan jika terjadi kontak dengan seseorang yang membawa bakteri tersebut. 

Perlu diketahui, jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

Baca juga: Ketahui Fakta Vaksin Difteri pada Ibu Hamil

  1. Masalah pernapasan

Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan racun. Toksin ini merusak jaringan di area infeksi langsung biasanya, hidung, dan tenggorokan. Infeksi menghasilkan membran keras berwarna kelabu yang terdiri dari sel-sel mati, bakteri, dan zat-zat lainnya. Membran ini bisa menghambat pernapasan.

  1. Kerusakan jantung

Toksin difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain di tubuh kamu, seperti otot jantung, menyebabkan komplikasi seperti peradangan otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis mungkin ringan atau berat. Paling buruk, miokarditis dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

  1. Kerusakan saraf

Toksin itu juga dapat menyebabkan kerusakan saraf. Ini termasuk saraf ke tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Saraf ke lengan dan tungkai juga bisa meradang yang menyebabkan kelemahan otot.

Jika toksin difteri merusak saraf yang membantu mengendalikan otot yang digunakan dalam bernapas, otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Pada titik itu, anak mungkin perlu bantuan mekanis untuk bernapas. Dengan pengobatan, kebanyakan anak dengan difteri selamat dari komplikasi ini, tetapi pemulihannya seringkali lambat. 

Referensi:

Stanford Children’s Health. Diakses pada 2020. Diphtheria In Children.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diphtheria.