Gangguan Panik Bisa Terjadi Secara Genetik?
Halodoc, Jakarta - Termasuk salah satu gangguan kecemasan, gangguan panik adalah kondisi yang ditandai dengan terjadinya serangan panik tiba-tiba. Serangan tersebut dapat terjadi kapan dan di mana saja, serta berulang-ulang. Benarkah gangguan ini dapat terjadi karena pengaruh genetik?
Ya, pada beberapa kasus, gangguan panik memang dicurigai diturunkan secara genetik. Namun, belum ada penelitian yang mampu membuktikan alasan gangguan ini bisa diturunkan pada salah satu atau beberapa anggota keluarga saja, tetapi tidak pada anggota keluarga yang lainnya.
Baca juga: Gejala dan Serangan Panik yang Selama Ini Diabaikan
Terdapat bagian otak tertentu dan proses biologi yang memegang peranan kunci dalam mengatur perasaan takut dan kecemasan. Pengidap gangguan panik memiliki kekeliruan dalam menginterpretasikan gerakan atau sensasi tubuh yang sebenarnya tidak membahayakan, sebagai suatu ancaman. Selain itu, faktor dari luar seperti faktor lingkungan juga dianggap menjadi pemicu gangguan ini.
Beberapa faktor tersebut adalah:
-
Stres. Merupakan pemicu paling utama.
-
Riwayat kesehatan keluarga.
-
Kejadian traumatis yang pernah dialami, seperti kecelakaan atau sakit keras.
-
Perubahan drastis dalam hidup, seperti bercerai atau memiliki anak.
-
Mengonsumsi kafein dan nikotin yang terlalu berlebihan.
-
Riwayat mengalami kekerasan fisik atau seksual.
Beberapa faktor risiko tersebut hanyalah acuan umum. Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang gangguan panik dan hal-hal yang dapat menyebabkannya, kamu bisa diskusikan langsung dengan dokter. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.
Baca juga: Temperamen Mudah Berubah, Mungkin Gejala Serangan Panik
Gejala yang Dialami Pengidap Gangguan Panik
Gejala gangguan panik biasanya berkembang pada usia remaja menuju ke dewasa. Tanda-tanda yang akan dirasakan ketika mengalami gangguan ini adalah mengalami lebih dari tiga kali serangan panik dan selalu merasa takut karena serangan panik yang terus terjadi.
Dalam satu kali serangan panik, gejala-gejala yang terjadi dapat bertahan selama 10-20 menit. Meski pada kasus yang jarang terjadi, gejala panik bisa muncul lebih dari satu jam. Sementara itu, gejala-gejala lain yang berhubungan dengan serangan panik adalah:
-
Pusing;
-
Mual;
-
Sesak napas;
-
Merasa seperti tercekik;
-
Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki;
-
Nyeri dada;
-
Berkeringat;
-
Menggigil;
-
Gemetar;
-
Kejang;
-
Mulut kering;
-
Jantung berdebar;
-
Perubahan kondisi mental, seperti merasakan bahwa seluruhnya tidak nyata atau depersonalisasi.
-
Rasa takut akan kematian.
Jika kamu sering mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan tadi, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter atau psikolog, agar penanganan bisa dilakukan segera. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.
Baca juga: Sering Mudah Panik? Bisa Jadi Serangan Panik
Bisakah Gangguan Panik Dicegah?
Meski belum ada metode khusus untuk mencegah gangguan panik, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan secara mandiri untuk mengurangi gejala-gejala yang terjadi, seperti:
-
Hindari jenis-jenis makanan atau minuman manis, mengandung kafein, atau beralkohol.
-
Berhenti merokok dan tidak menyalahgunakan NAPZA.
-
Melakukan aktivitas menyehatkan, seperti berolahraga.
-
Mencukupi kebutuhan tidur dan istirahat.
-
Latihan manajemen stres dan teknik relaksasi, misalnya dengan melakukan teknik pernapasan dalam dan panjang, yoga, atau melemaskan otot-otot.
-
Bergabung bersama komunitas yang memiliki permasalahan yang sama. Hal ini untuk menciptakan kesadaran, pemahaman, hingga membiasakan diri untuk menangani kepanikan.
Referensi:
PsyCom (Diakses pada 2019). Panic Attacks & Panic Disorder: Symptoms, Causes, and Treatment
WebMD (Diakses pada 2019). Mental Health Panic Disorder
NHS (Diakses pada 2019). Panic Disorder