Ganggu Tidur, Kenali Fakta Obstructive Sleep Apnea
Halodoc, Jakarta – Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan yang membuat pengidapnya berhenti bernapas sementara saat tidur. OSA terjadi ketika aliran udara berhenti selama 10 detik, menyebabkan penurunan aliran udara dan kadar oksigen dalam darah. Pada kasus yang parah, OSA terjadi selama 10-60 detik dan berulang tiap 30 detik.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Sleep Apnea Picu Kematian
Tanda dan Gejala Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Pada kasus OSA, jalan napas tersumbat sehingga aliran udara ke paru-paru tersendat. Kondisi ini membuat pengidap OSA mendengkur, mudah lelah, napas sering berhenti dan terengah-engah saat tidur, sulit tidur pada malam hari (insomnia), serta bangun dengan mulut kering atau tenggorokan serak. Sebagian pengidap OSA takut tidur kembali karena merasakan sensasi tercekik pada fase apnea. Pada pria, OSA bisa menurunkan gairah seksual (disfungsi seksual).
Faktor Pemicu Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Ada dua faktor pemicu obstructive sleep apnea (OSA) yang perlu diketahui, antara lain:
- Faktor yang tidak bisa diubah, seperti usia, jenis kelamin, serta bentuk dan ukuran jalan napas abnormal (seperti rahang kecil, lidah besar, jalan napas sempit, amandel). Seiring bertambahnya usia, seseorang lebih berisiko mengidap OSA. Selain itu, orang berjenis kelamin laki-laki berisiko dua kali lebih besar terkena OSA dibandingkan wanita.
- Faktor yang bisa diubah. Misalnya, penyakit yang berhubungan dengan gangguan napas (seperti emfisema, asma, obstruksi nasal, hipotiroid, akromegali, amyloidosis, kelumpuhan pita suara, sindrom Down) dan gaya hidup (seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, konsumsi obat). Seseorang dengan kelebihan berat badan (overweight atau obesitas) berisiko lebih besar mengidap OSA dibandingkan yang berbadan ideal.
Baca Juga: Sering Merasa Lelah, Mungkin Kena Sleep Apnea
Diagnosis dan Pengobatan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Obstructive sleep apnea (OSA) didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan darah. Jika penyebab belum diketahui secara jelas, dokter mengobservasi pola tidur melalui tes polisomnografi.
Tes ini membantu dokter mengamati pola pernapasan, detak jantung, kadar oksigen tubuh, dan tingkat kekerasan dengkuran yang bisa menjadi tanda terjadinya OSA. Selain di klinik, diagnosis bisa dilakukan di rumah menggunakan alat perekam khusus.
OSA diobati dengan tiga pilihan pengobatan, disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit. Semakin tinggi tingkat keparahan, semakin dibutuhkan kombinasi pengobatan untuk memastikan aliran udara masuk ke paru-paru saat tidur. Berikut pilihan pengobatan untuk atasi OSA, yaitu:
- Perubahan gaya hidup. Misalnya, menjaga berat badan tetap ideal, rutin berolahraga, konsumsi makanan sehat, berhenti merokok, istirahat saat merasa lelah, serta menghindari konsumsi alkohol dan kafein. Olahraga kardio juga disarankan agar dapat menurunkan berat badan yang berlebih.
- Pakai alat buatan saat tidur. Tujuannya untuk menjaga posisi rahang dan mempertahankan posisi lidah agar tidak jatuh ke belakang. Misalnya, alat bernama cervical collars (bantal leher) dan continuous positive airway pressure (masker udara).
- Pembedahan, dilakukan pada kasus OSA yang parah.
Baca Juga: Kenali Ciri Sleep Apnea pada Anak
Itulah tanda obstructive sleep apnea yang perlu diwaspadai. Kalau kamu punya keluhan serupa, jangan ragu berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan